Ini bonus chapter dedicated untuk Kak ghivana yang berulang tahun hari ini.
Semoga keluarga Kak Ghivana selalu diberi kelancaran rejeki, kesehatan dan keselamatan.
Semoga anak-anaknya dapat tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholehah, berbakti kepada orang tua. Amin.
Chapter berikutnya on progress. Ditunggu aja.
=====
Setelah kegelapan menyelimuti tempat Gaju menikmati senja, dia memutuskan untuk kembali ke rumah.
Ya, rumah.
Gaju dan Tian memutuskan untuk menggunakan goa yang dulu dipakai oleh Griffin untuk menjadi markas mereka. Apalagi setahun setelah Tahap Ketiga dimulai, Gaju dan Tian juga menyadari bahwa seiring dengan berjalannya waktu, poin tak lagi berharga seperti sebelumnya.
Beberapa item special juga tak lagi tersedia dalam daftar item yang diberikan oleh Pulau, seperti Intelligence Armor, Undying Implant dan lain-lain.
Kini, poin hanya digunakan untuk membeli kebutuhan hidup yang sifatnya luxury dan sehari-hari. Itulah kenapa mereka menyebut goa dengan rumah. Karena mereka memang membuat goa itu menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk tinggal.
Selama tiga tahun ini, Gaju dan Tian juga beberapa kali bertemu dan bertarung dengan Kandidat yang lain. Sepak terjang mereka berdua juga sudah diketahui oleh semua Kandidat di Pulau.
Gaju bertarung dengan mengandalkan gaya yang brutal dan frontal, dia mendapatkan julukan North Demon oleh rekan-rekan sesama Kandidat. Sedangkan Tian bagaikan seorang Dewi yang dengan anggun dan gemulai akan menggerakkan tangannya dan menyebabkan semua musuhnya terbang ke segala arah dengan mental energynya. North Angel adalah julukan yang disematkan kepada Tian.
Sebuah pasangan yang unik, seorang petarung brutal dan seorang psychic yang cantik seperti bidadari. Mereka dianggap sebagai Raja dan Ratu yang menguasai wilayah utara Pulau.
Di bagian Barat, seorang petarung yang menggunakan Armor berwarna merah dan sampai detik ini diyakini sebagai Kandidat terkuat, menebarkan terornya. Seorang Kandidat yang akan dengan santainya berdiri dan membiarkan musuh-musuh di depannya menyerang sekuat tenaga tanpa bergerak dan bergeming.Petarung itu adalah Gama dengan Intelligence Armor-nya.
Bahkan, setahun yang lalu, berita yang paling mengguncang di Pulau tersebar dengan cepat di antara para Kandidat yang hanya tersisa 18 orang itu.
Gama berhasil menaklukkan Tsagaan Bar.
Dua tahun setelah Tahap Ketiga dimulai, hampir semua Kandidat pernah bertemu dengan dua ras lain yang menghuni Pulau, Elf dan Beastmen.
Elf menghuni di sebelah Timur Laut, sedangkan Beastmen di sebelah Barat Laut. Dengan pasukan mereka yang terdiri dari puluhan petarung level 3, tidak semua Kandidat berani masuk wilayah kekuasaan mereka. Tentunya aturan itu tak berlaku bagi para Kandidat Monster.
Seiring berjalannya waktu, Kandidat juga sering mengalami pertarungan dengan kedua ras tersebut. Mereka semakin mengenal karakter mereka dan gaya bertarung masing-masing ras. Karena memang itulah tujuan awal Professor menyiapkan dan melepas mereka ke Pulau. Untuk menjadikan para tahanan itu sebagai batu asahan bagi anak didiknya.
Karena itu, mereka semua tahu betapa hebatnya para petarung dari ras Elf dan Beastmen.
Saat, Gama berhasil menaklukkan Tsagaan Bar, semua Kandidat terpana. Tsa adalah pemimpin dari ras Beastmen. Sekalipun dia bukan pemimpin secara normative dan mengatur rasnya di bagian Barat Laut, tapi secara actual, Tsa adalah petarung terkuat dari ras Beastmen yang ada di Pulau.
Karena itu, ketika Gama berhasil menaklukkan Tsa, semua orang menarik kesimpulan bahwa si Negro dengan Armor merah menyalanya itu adalah Kandidat terkuat di Pulau.
Sebagian kecil Kandidat memang merasa iri dengan apa yang dilakukan oleh Gama, bukankah dia hanya mengandalkan Armornya saja untuk mencapai posisinya sekarang. Apalagi dengan kemampuan fisik Gama yang dibawah rata-rata. Mereka juga bisa seperti Gama kalau mereka mempunyai Armor itu.
Seperti itulah isi sebagian besar kepala dari Tim Koga yang selama ini selalu hidup dalam bayang-bayang Koga. Mereka memang hidup aman dan nyaman, tapi hanya itu. Tak ada peningkatan kekuatan sama sekali yang mampu membantu mereka kembali ke tujuan awal dari Pulau ini.
Hingga akhirnya mereka hanya menikmati hidup mewah yang sekarang mereka jalani di bawah perlindungan sayap Koga.
Sejak dulu, Gama adalah seorang lunatic.
Dia selalu bertingkah seperti orang gila yang labil secara emosi. Kadang tertawa, sesaat kemudian dia akan menangis, lalu dia akan tersenyum sedih tak berapa lama kemudian. Otak dan pikiran Gama terlalu indah dan cemerlang untuk bisa diikuti oleh orang normal.
Apalagi setelah dia mendapatkan Armor miliknya. Gama berubah. Dia menjadi seorang petarung yang benar-benar menyerupai seorang dewa perang. Tanpa berpikir, tanpa bertanya, langsung menerjang ke arah musuhnya dengan penuh percaya diri dan tak kenal takut.
West Lunatic, julukan yang Gama terima karena sepak terjangnya.
Sama seperti Gaju, Tian, dan Gama, Koga dan Koma juga masing-masing mendapatkan julukan setelah bertahun-tahun Tahap Ketiga dimulai. Koga dijuluki dengan South King, sedangkan Koma dengan East Shadow.
Di Pulau bagian Utara dikuasai oleh pasangan North Demon dan Angel, Pulau bagian Barat dikuasai oleh West Lunatic, bagian Timur oleh East Shadow dan bagian Selatan oleh South King.
Selain keempat monster itu, masih ada Songlan yang merupakan mantan tangan kanan Koga dan sekarang bergerak tak tentu arah di Pulau. Dan dua grup ras Elf dan Beastmen yang hanya berdiam di areanya tanpa bergerak terlalu jauh. Seolah-olah ingin melihat apa yang sedang manusia–manusia itu lakukan.
Dengan menurunnya kegunaan poin setelah beberapa tahun Tahap Ketiga dimulai, setelah mereka tak berhasil atau tak menemukan lagi item yang berguna untuk menambah kekuatan mereka. Para Kandidat menggunakan poin yang mereka dapatkan sama seperti Gaju dan Tian, memenuhi kebutuhan hidup luxury yang mungkin mereka dapatkan.
Karena kondisi hidup yang berubah, dari yang awalnya penuh dengan pertarungan dan perjuangan, kini beralih ke kehidupan natural dan berjalan apa adanya. Dengan semua kebutuhan mewah yang bisa mereka dapatkan dan bahkan belum pernah para Kandidat nikmati sebelumnya, para Kandidat seakan terlena dan sebagian besar dari mereka mulai kehilangan semangat untuk berlatih dan memperkuat diri.
Ini adalah part kedua dari Tahap Ketiga yang memang disengaja oleh Professor.
Part pertama dari Tahap Ketiga adalah perjuangan, survival, dan benefit. Sedangkan part kedua, berisi sebuah ujian yang lebih panjang dan susah. Sangat susah bahkan bagi Kandidat sekalipun. Part kedua ini menguji semangat dan konsistensi.
Saat kita dihadapkan pada marabahaya, saat keselamatan kita terancam, saat kita sedang kesulitan, kita akan mempunyai semangat juang yang luar biasa.
Tapi, saat kita sedang nyaman, penuh dengan kemewahan, merasa aman dan tanpa ancaman, apakah kita tetap akan memiliki semangat juang dan bertarung yang sama?
Itulah tujuan terpenting yang ingin dicapai oleh Professor.
Karena, bahkan sebelum dia melawan semua ras yang ada di Permukaan, dia sudah kelelahan dan kehilangan batas kesabaran saat berhadapan dengan para manusia sendiri.
Manusia yang sudah merasa nyaman dengan apa yang dimilikinya. Manusia yang merasa kalau kehidupan di Dunia Bawah tak layak dipertaruhkan demi sebuah impian untuk kembali ke Permukaan.
Manusia-manusia yang sudah terjebak dalam zona nyaman dan kehilangan semangat juang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Science Fiction(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..