Chapter 29 - Anomali

2.7K 283 9
                                    

Gaju bergerak cepat diantara pepohonan. Dia menuruni lereng Gunung dan menuju ke arah selatan, arah di mana komplek berada.

Sebelumnya, ada dua pilihan bagi Gaju, bergerak naik ke Gunung atau menuruni Gunung. Tetapi Gaju memilih opsi yang kedua dengan alasan yang sederhana, dia menduga kalau di puncak Gunung berdiam mahluk-mahluk kuat yang berada di luar jangkauannya saat ini.

Menurut legenda, sama seperti Griffin, Naga juga menyukai tempat yang tinggi di atas Gunung untuk bersarang. Dan kalau creature level 3 benar-benar ada, Gaju curiga kalau Pulau mampu menciptakan hewan mistis itu.

Apalagi setelah melihat item-item diluar akal seperti yang dilihatnya dalam daftar item dari mini komputernya. Gaju semakin yakin kalau Pulau punya kemampuan melakukan itu.

Kini, Gaju juga mulai curiga kalau Pulau tidak dibuat dan diprakarsai oleh sebuah organisasi. Sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan dan membuat semua item dan creature yang ada di Pulau tak akan mungkin dilakukan dengan kemampuan sebuah organisasi biasa.

Setidaknya pasti ada sebuah entitas sekelas negara yang ada di belakang Pulau, atau bahkan beberapa negara yang bekerjasama dan menciptakan Pulau ini.

Lalu, kenapa mereka membutuhkan prajurit super dengan segala kemampuan istimewa seperti itu?

Setelah para Kandidat berhasil melalui masa pelatihan tak manusiawi di Pulau ini, apa yang harus mereka lakukan?

Berapa jumlah kuota maksimal yang ingin dihasilkan oleh Pulau?

Banyak sekali pertanyaan tak terjawab di kepala kecil Gaju, bahkan dengan segala pengetahuan yang dia miliki.

Apalagi, sedari dulu Gaju sudah menyadari kalau Pulau ini juga merupakan suatu anomali.

Gaju pernah berusaha menemukan letak Pulau ini dengan menggunakan semua bantuan pengetahuan Geografi yang dapat dia temukan dari Library milik Komplek dan hasilnya.

Nol besar.

Sampai detik ini, Gaju tak bisa mengetahui dimana letak keberadaan Pulau misterius ini.

Gaju juga pernah berusaha menciptakan sendiri alat bantu penglihatan yang disebut 'teleskop' sederhana dengan bantuan alat seadanya yang ada dalam Workshop.

Dia mengamati setiap sudut Pulau dan mengarahkan teleskopnya ke laut. Setelah ratusan, bahkan ribuan kali mencoba, tak pernah sekalipun Gaju melihat benda apa pun di luasnya laut. Tak ada hewan, burung, kapal ataupun pulau lain.

Gaju juga sudah menggunakan metode lain, yaitu dengan rasi bintang, tapi hasilnya juga nihil. Seolah-olah, Pulau ini selalu bergerak jika Gaju menggunakan patokan rasi bintang untuk menentukan lokasi dari Pulau yang sebenarnya.

Gaju juga pernah mencoba untuk mengetahui darimana para Pengurus datang dan pergi. Karena selain Professor, semua Pengurus adalah orang yang berbeda setiap saat dia berinteraksi dengan mereka.

Termasuk juga semua supply kebutuhan sehari-hari mereka seperti makanan, minuman, obat-obatan.

Darimana mereka berasal dan dikirim?

Apakah dari laut dengan menggunakan kapal?

Apakah dari udara dengan menggunakan pesawat?

Dan dari semua keanehan yang diamati oleh Gaju sejak dulu, yang paling tak masuk akal adalah tak pernah ada perubahan iklim yang berarti di Pulau sejak dulu.

Tak ada musim semi, musim panas, musim gugur atau musim dingin yang menjadi ciri area subtropis. Tak ada juga musim penghujan atau musim kering yang menjadi ciri khas area tropis.

Seolah-olah Pulau ini terletak dalam sebuah rumah kaca yang berukuran raksasa dan dengan kondisi klimat yang terkontrol dan tetap sepanjang tahun. Sebuah ide gila dan mustahil tapi justru paling masuk akal bagi Gaju.

Sampai akhirnya, Gaju menyerah dan memaklumi semua keanehan dari Pulau yang misterius ini dan menyimpannya. Hingga nanti dia punya kesempatan untuk mendapatkan jawabannya.

=====

Booommmmm.

Seekor Harimau Tanah terlempar ke belakang setelah terkena pukulan Gaju.

Gaju melesat mendekati Si Harimau Tanah yang berwarna coklat polos dan tak memiliki motif sama sekali di tubuhnya itu.

Tak seperti sepupunya si Harimau Pohon yang masuk dalam kategori level 4, Harimau Tanah adalah binatang buas biasa yang hanya dikategorikan sebagai creature level 5. Bernilai sebanyak 1 poin bagi Gaju.

Tapi itu tak menghalangi Gaju untuk membantainya.

Sekecil apapun, poin tetaplah poin.

"Rroooooaaaaaarrrrr," si Harimau mengaum dengan suara keras sambil mencoba berdiri dengan tubuh limbung.

"Sorry," bisik Gaju pelan sambil mengayunkan kepalan tangannya untuk memukul kepala si Harimau Tanah.

Kraaaaakkkkkk.

Bunyi mengerikan terdengar dari kepala si Harimau yang tubuhnya terhempas ke tanah dengan keras dan cairan berwarna merah bercampur sedikit warna putih menyebar keluar ke sekeliling mereka berdua.

Gaju menarik napas dalam dan mendekatkan gelang di tangan kanannya ke tubuh sang Harimau yang tak bernyawa.

Bip.

Sebuah suara notifikasi kecil terdengar dari gelang Gaju dan sebuah angka terlihat berkedip di layar mini komputernya. Angka 143 yang ada di sana berkedip sekali dan berubah menjadi angka 144.

"Huft," Gaju membuang napas perlahan lalu menghilang dari tempat itu.

Ini buruannya yang keenam sejak tadi pagi dan semuanya adalah creature level 5, memberinya tambahan sebanyak 6 poin dan membuat poinnya bertambah dari 138 menjadi 144 poin.

=====

"Songlan, lihat itu!!" teriak Tutu, sang leader dari Attack Team kepada Songlan.

Songlan yang mendengar teriakan Tutu segera meloncat dan mendekat.

"Disana," kata Tutu sambil menunjuk ke arah sebelah kirinya.

Songlan melihat ke arah yang ditunjuk Tutu lalu mengrenyitkan dahi. Tapi, tanpa menunggu Tutu, Songlan melesat ke arah itu.

Tutu memberi isyarat kepada dua anak buahnya untuk bergerak mengikuti Vice Leader Tim Koga.

Beberapa detik kemudian, mereka berempat sudah berdiri di sebelah sebuah bangkai seekor Harimau Tanah yang terkapar bersimbah darah.

"Sadu, check," perintah Tutu kepada salah satu anak buahnya.

Sadu yang dipanggil oleh Tutu dengan cepat mendekat dan berjongkok di dekat bangkai Harimau Tanah itu.

Sadu memang yang paling cerdas diantara mereka berempat. Dia memiliki IC 2.7, jauh diatas Songlan, Tutu, dan Duma yang memiliki skor sama untuk nilai IC mereka, yaitu 2.3 poin.

Sadu tersenyum ke arah soulmate-nya yang sekaligus leader tim Attack, Tutu, "Ini bangkai Harimau Tanah, masih hangat, prediksi waktu kematian tak lebih dari 1 jam yang lalu."

"Kematian diakibatkan oleh pukulan benda tumpul ke kepala yang mengakibatkan tulang kepala pecah. Mungkin dengan pukulan tangan," lanjut Sadu.

Songlan dan Tutu menganggukkan kepalanya.

"Gaju?" tanya Tutu.

"Mungkin," jawab Songlan sambil tertawa lebar.

"Akhirnya, aku menemukanmu," lanjutnya.

Dia tak begitu kuatir dengan kemampuan Gaju, karena dia sendiri juga bisa menghancurkan kepala seekor Harimau Tanah atau creature level 5 lain dengan kepalan tangannya. Sama seperti bangkai hewan yang sekarang ada di depan mereka.

"Kemana larinya buruan kita?" tanya Songlan ke arah Sadu.

Satu-satunya wanita dalam tim ini yang sekaligus mempunyai keahlian sebagai tracker yang mampu membaca dan melacak jejak buruan mereka.

Gaju - The Survivors (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang