Gaju dan timnya bergerak naik ke Gunung. Mereka memang memutuskan untuk makan siang tadi di kaki Gunung.
Setelah beberapa menit, mereka berempat merasakan suatu keganjilan di sekeliling mereka. Tak ada suara hewan kecil terdengar atau binatang buas yang menghadang mereka. Seolah-olah Hutan di sekitar mereka hanya berisi flora tanpa fauna.
Mereka yang diajari prinsip survival sedari kecil, tentu sadar ada sesuatu yang salah dengan keheningan yang sekarang ada di depan mereka.
Keheningan di alam liar berarti tanda bahaya.
Semua orang yang mempelajari trik survival di alam bebas tahu hal itu.
"Aju, scout di depan," kata Adel.
Aju menganggukkan kepalanya.
Bahkan bagi seorang fighter seperti dia, kondisi alam tak biasa seperti ini membuat seluruh tubuhnya menjerit memberi peringatan akan adanya tanda bahaya. Karena itu, dia tak bertanya sama sekali dengan perintah Adel.
Aju berlari dengan cepat dan menjaga jarak 20 meter di depan Adel dan Tian.
Gaju juga memperlambat laju larinya dan memposisikan dirinya di belakang. Bertindak sebagai back shield bagi dua strategist yang memiliki kelemahan dalam close combat fighting dibandingkan Gaju dan Aju.
Mereka berempat bergerak dalam formasi itu diantara rindangnya pepohonan dan trek tanah yang mendaki.
Perdu dan semak tak lagi banyak ditemui di lereng gunung yang lumayan terjal ini. Hanya pepohonan rindang yang menghalangi jalan dan pandangan mereka.
Setelah bergerak hampir setengah jam, Aju yang menjadi scout di depan, mengangkat tangannya yang terkepal, tanda bagi rekan-rekannya untuk berhenti bergerak.
Dengan cepat, Tian dan Adel memanjat pohon di dekat mereka dan berdiri di atas dahan.
Aju kembali dan mendekat ke arah mereka bertiga.
"Aku melihat clearing beberapa puluh meter di depan. Bau darah tercium kuat. Ada beberapa patahan dahan di sana. Kurasa bekas pertarungan," kata Aju dengan muka serius.
Hilang sudah karakter keseharian Aju yang terlihat mesum dan tak bertanggung jawab. Dia berubah menjadi sosok fighter yang dapat diandalkan.
"Aku akan mendekat dan melakukan investigasi. Kalian tunggu disini," kata Aju.
Tapi saat Aju memutar badannya, Gaju melesat lebih dulu.
"Kau tunggu disini dan lindungi mereka berdua," kata Gaju dengan suara pelan tapi bernada tegas.
Aju terpaku di tempatnya.
Mereka bertiga hanya melihat sekelebat bayangan Gaju dan tak lama kemudian sosoknya menghilang.
"Tian, kamu yakin akan membiarkan Gaju melakukan scouting?" bisik Adel.
"Humph. Kamu tak mengenal Gaju-ku," jawab Tian pelan.
Aju dan Adel hanya berpandangan mata dan terdiam.
Gaju sudah berdiri di atas sebuah pohon yang berada di dekat clearing.
Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling clearing itu dan bergumam dalam hati, "Tempat ini memenuhi kriteria untuk basecamp permanen."
Gaju lalu memeriksa bekas pertarungan yang ada di bawah sana.
Gaju sedikit mengrenyitkan dahi.
"Ular Daun, Harimau Pohon, Serigala Angin..."
Jejak tapak ditanah, sisa sisik, bulu-bulu yang berceceran, semua itu memberikan petunjuk bagi Gaju yang dapat dengan mudah memberitahu identitas binatang buas yang terlibat pertarungan sengit di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Fantascienza(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..