Chapter 34 - True Goal

2.7K 287 110
                                    

"Seharusnya aku sudah mati. Kenapa aku masih hidup?" gumam Tian kebingungan.

"Ruangan apa ini?"

"Kenapa luka di tubuhku bisa sembuh?"

"Gaju?"

Hanya keheningan yang menjawab semua pertanyaan Tian.

Tapi, keheningan itu tak berlangsung lama. Pintu ruangan tempat Tian berada tiba-tiba terbuka.

Tian dengan cepat membalikkan badannya dan melihat ke arah pintu.

Tubuh Tian bergetar.

Dia melihat sosok itu. Sosok yang sangat ditakuti oleh semua Kandidat di Pulau. Seorang laki-laki tua dengan rambut sedikit acak-acakan dan mengenakan pakaian berwarna putih yang terlihat awut-awutan.

Sang Professor.

Yang membuat tubuh Tian bergetar adalah karena Tian sadar, saat ini, sosok Professor yang berdiri di depannya bukanlah hollogram seperti biasanya.

Professor sekarang benar-benar berdiri di depannya.

Professor yang sebenarnya, dalam tubuh manusianya.

Real Professor.

"Gadis kecil, kenapa kau terlihat takut sekali? Apakah kau berpikir aku akan memakanmu?" tanya sang Professor sambil menyeringai dengan nada bercanda.

Tapi candaan itu sama sekali tak membuat Tian menjadi lebih rileks.

Siapa yang bisa tetap tenang dan santai di hadapan orang gila seperti Professor tua ini?

Tian hanya bisa terdiam tanpa kata-kata. Dia menatap Professor dengan tatapan curiga dan memasang sikap waspada.

Professor hanya tertawa kecil melihat reaksi Tian.

"Gadis kecil atau aku sebaiknya memanggilmu Tian?" tanya sang Professor.

"Tian, kamu sekarang ada di dalam Komplek. Lebih tepatnya Komplek Pengurus," lanjut Professor.

"Seperti yang kamu tahu, kamu seharusnya sudah meninggal. Tapi soulmate-mu, membuat kesepakatan denganku," Professor melihat ke arah Tian untuk menunggu reaksi gadis itu.

Seperti dugaannya, raut muka Tian sedikit berubah ketika mendengar kata-kata Professor barusan.

"Kesepakatan?" tanya Tian dengan muka terkejut dan kebingungan.

Professor tersenyum lebar, dia lalu mengangkat tangannya.

"Matikan kamera pengawas dalam ruangan ini!" kata Sang Professor entah kepada siapa.

Tak lama kemudian, Professor kembali melihat ke arah Tian.

"Gaju, soulmate-mu, berhutang kepadaku sebesar 1000 poin dan sekarang menjadi target buruan seluruh Kandidat di Pulau demi dirimu..." Professor menahan kalimatnya dan kembali melihat reaksi Tian.

Tian terpana ketika mendengarnya.

"Gaju... Dia..." hanya dua patah kata yang bisa keluar dari mulut Tian.

"Dari dulu, aku selalu penasaran dengan konsep kerja emosi manusia. Apalagi emosi terkuat antara sepasang laki-laki dan perempuan. Emosi yang mungkin disebut dengan 'cinta' atau 'sayang', aku sangat tertarik dengan hal itu," potong sang Professor.

"Saat melihat apa yang kamu lakukan untuk Gaju, aku tahu kalau kamu mungkin memiliki emosi itu untuk Gaju."

"Awalnya aku pesimis kalau seorang anak dengan sikap apatis seperti Gaju juga bisa memiliki emosi yang sama sepertimu."

Gaju - The Survivors (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang