"Songlan, kau kuat," puji Koma kepada Songlan sambil meloncat mundur, "Mmm, soulmate-mu Sako kan?" tanya Koma tak lama kemudian.
Songlan melihat kebingungan kearah Koma untuk sesaat, lalu tiba-tiba seperti disadarkan oleh sesuatu, Songlan melihat ke arah Sako yang ada di Gedung dan bergerak ke arah sana.
"Koga, Gama. Gerakan ini disebut dengan instant movement. Aku akan menunjukkannya sekali kepada kalian. Silahkan cari cara untuk menghindarinya," kata Koma sambil melihat ke arah Koga di dalam ruangannya dan Gama di atas langit sana.
Bzzzzt.
Tubuh Koma yang tadi tegak berdiri di tengah tanah lapang dan sekejap mata kemudian, sebuah jeritan terdengar di telinga semua orang.
"Aaaaaarrrgghhhhhhhhhh," Sako tersungkur dengan sebuah belati yang menusuk ke arah dada sebelah kiri dari arah punggungnya.
Bayangan seorang yang memakai baju serba hitam terlihat di belakangnya sambil menatap ke arah Songlan yang masih melesat ke arah sini. Tapi saat Songlan melihat tubuh Sako yang tersungkur setelah terkena serangan Koma, sesuatu terasa seperti tercabut dalam dada Songlan.
Sako mungkin tak pernah merasa kehilangan saat Songlan pergi. Sako juga mungkin akan melakukan semuanya demi survival termasuk menggadaikan tubuhnya. Tapi Sako sampai kapanpun adalah soulmate Songlan. Dan mereka pernah punya masa bahagia bersama-sama.
"Dalam sebuah pertarungan, emosi memegang peranan penting. Emosi bisa mempengaruhi penilaian kita akan situasi sekitar dan diri kita sendiri," sebuah suara terdengar di telinga Songlan saat dia masih dalam kondisi terpana ketika melihat tubuh Sako yang kini tak lagi bernyawa.
"Dan kamu, kehilangan focus di saat yang berbahaya," gumam Koma yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Songlan.
Wushhhhhhh.
Surrrrrrrrrrrr.
Darah segar mengalir dari luka yang menganga di leher Songlan. Koma melihat ke arah Koga dan Gama lalu tanpa berkata apa-apa bayangannya menghilang.
Hanya satu kata yang terlintas di kepala Gama, Koga dan yang lainnya. Cepat. Cepat sekali sampai titik dimana mereka kehilangan kata-kata untuk menggambarkan seberapa cepat gerakan Koma. Kecepatan yang mungkin tak seharusnya dimiliki oleh seorang manusia.
Dengan raut muka serius, Gama melihat angka statistic yang ditunjukkan oleh Armor kepadanya. Estimated Speed 5.9 poin. Gama menarik napas panjang, dirinya sendiri mempunyai atribut speed sebesar 4.0 poin. Itu dalam keadaan memakai Armor dan terbang melayang di angkasa. Koma memiliki kecepatan hampir 1.5x dari kecepatan maksimum Gama.
Gama hanya bisa menarik napas dalam dan panjang. Kalaulah Koma berniat melarikan diri dari seseorang di Pulau ini, tak ada akan yang bisa mengejarnya. Pantas saja dia dengan percaya diri menunjukkan serangannya barusan.
Beberapa detik kemudian sebuah pengumuman diterima oleh semua Kandidat yang tersisa.
"Hari ke-1 Ujian Tahap Ketiga."
"Selamat kepada pasangan Kosong Lima dan Kosong Enam karena berhasil lolos ke Tahap selanjutnya karena telah mengeliminasi pasangan Kosong Sembilan dan Satu Kosong."
"Selamat berjuang bagi Kandidat yang lain."
Dari dua puluh Kandidat yang lolos ke Tahap Ketiga, kini hanya tersisa 13 orang saja. Dari ketiga belas orang itu, enam orang diantaranya sudah lolos ke Tahap Keempat, sedangkan 7 orang lainnya masih harus memperjuangkan nasibnya untuk bisa lolos ke tahap selanjutnya.
Padahal ini masih hari pertama ujian di Tahap Ketiga, waktu ujian masih 6 bulan lagi. Tetapi ketika melihat progress dari ujian ini, mungkin sebuah hasil final bahkan bisa diketahui tak lebih dari 3 minggu setelah semua ini dimulai.
Pulau telah berhasil menanamkan ideologinya kepada para Kandidat.
Sebuah ideology yang sangat brutal, bahwa demi keberlangsungan hidup kita sendiri, nyawa orang lain sama sekali tak berharga.
Bahkan seseorang seperti Gama yang terobsesi dengan keunikan kehidupan dapat dengan mudahnya menghabisi nyawa Tulan dan Aso.
Dua orang yang paling beruntung dalam ujian ini mungkin adalah Tien dan Songnam. Mereka tak melakukan apapun dan bahkan tak ada di sisi soulmate mereka, tapi mereka tanpa sadar dan sama sekali tanpa mengeluarkan keringat lolos ke tahap selanjutnya.
Keberuntungan adalah sebagian dari kekuatan kita juga. Mungkin ungkapan ini benar adanya bagi mereka berdua. Sejak mereka ditakdirkan menjadi pasangan Gama dan Koma, mereka secara tidak langsung bagaikan mendapatkan dewi keberuntungan sebagai penjaga mereka. Sampai detik ini.
Dari keenam Kandidat yang tersisa, Koga sama sekali tak kuatir. Hanya ada Adel, Aen dan pasangan Gasa-Tia yang bisa menjadi incarannya. Adel dan Aen bukanlah sebuah pilihan karena mereka tak memiliki soulmate lagi.
Pilihan terakhir yang akan menjadi sasaran Koga tentu saja adalah pasangan Gasa-Tia.
Jika Koga yang sedemikian bodohnya, jika dibandingkan dengan Tia, bisa memahami situasi ini, tentu saja Tia lebih dahulu paham dan mengerti akan konsekuensi dari hasil pertarungan yang menggemparkan di lapangan dekat Komplek tadi.
Saat Koma berhasil menghabisi nyawa Songlan tadi, Tia hanya butuh waktu berpikir selama beberapa detik sebelum dia mengambil kesimpulan untuk segera meninggalkan tempat ini. sejauh mungkin. Sejauh mungkin dari mahluk yang bernama Koga.
=====
Adel dan Aen dengan penuh kewaspadaan menaiki lereng Gunung yang ada di sebelah utara Pulau ini. Mereka hanya mempunyai satu tujuan yaitu menemui Gaju dan Tian, North's Demon dan Angel.
Sejak pertarungan sengit di Komplek seminggu lalu, Adel memang memutuskan berpisah dengan Gama. Adel sendiri sudah menyerah untuk bisa lolos ke tahap selanjutnya karena sudah tidak ada lagi pasangan yang bisa menjadi sasarannya, terkecuali jika dia ingin melawan pasangan Kandidat monster.
Tak lama kemudian, Adel pun melihatnya, sebuah gua yang berukuran besar dan tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Adel lalu mengajak Aen mendekat kearah sana. Ingatan Adel kembali melayang ketika dia dan Aju bersama-sama dengan Gaju dan Tian bertarung melawan Griffin di tempat ini.
Saat itu, Griffin merupakan monster yang luar biasa menakutkan bagi mereka, tapi sekarang, Adel pun dapat mengalahkan Griffin dengan mudah.
Sosok Gaju yang bertarung satu lawan satu dengan mahluk mengerikan itu masih sangat membekas di kepala Adel. Sosok yang selama ini dia kagumi dan ternyata memang layak untuk menjadi idola dan calon ayah bagi anak-anaknya.
Tapi, Adel tahu kalau mungkin dia tak akan bisa hidup lebih lama lagi. Ujian Tahap Ketiga hanya berlangsung selama 6 bulan dan tak seperti perkiraan Pulau, ujian ini bisa dikatakan telah selesai bahkan hanya dalam waktu seminggu setelah dimulai.
Kandidat-kandidat itu jauh lebih brutal daripada yang dibayangkan oleh Pulau. Atau mungkin semua itu karena perbedaan kemampuan yang luar biasa antara para Kandidat yang membuat mereka dengan mudah dapat menghabisi rekan-rekannya.
Karena semua pertimbangan itulah Adel mengajak Aen untuk ke Utara. Menemui pujaan hati Adel sebelum Pulau membawanya pergi untuk dieksekusi karena tak lolos Ujian Tahap Ketiga. Setidaknya, Adel masih punya waktu enam bulan untuk menikmati sisa hidupnya di samping Gaju.
=====
Author's note:
Nganu.
Sebelumnya saya minta maaf kalau akhir-akhir ini kurang disiplin update-nya. I'm losing the drive.
Tapi, saya usahakan kembali right on track.
Khusus untuk malam ini, saya mohon maaf agak telat update. Malam minggu cuy, anak istri ngajak jalan dan ini baru saja nyampe rumah. Semoga kalian belum lupa kalau saya juga punya status lain sebagai seorang suami dan ayah selain pura-pura menjadi author kacangan di dunia orange. Wkwkwkwk.
Satu chapter lagi segera update setelah ini sebagai kompensasi semalam ndak ada update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Ciencia Ficción(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..