Semua yang di dunia adalah fana. Seindah apapun sebuah pesta, pasti akan berakhir juga.
Sama seperti kehidupan damai Gaju, Tian, Adel dan Aen. Hari ini adalah hari terakhir Ujian Tahap Ketiga. Hari ini juga menjadi tanda bahwa usia mereka genap 16 tahun. Meskipun mereka sama sekali tak tahu kapan pastinya tanggal lahir masing-masing, mereka menganggap kalau usia mereka sama dengan penanggalan yang digunakan di Pulau.
Pagi ini, Adel duduk termenung di atas lereng bukit yang berada di sebelah atas gua yang di dalamnya digunakan sebagai rumah oleh Gaju dan Tian.
Dia terlihat sedih saat melihat matahari terbit pagi ini.
“Betapa indahnya…” gumam Adel pelan.
Adel memang sengaja mematikan Eye Implant miliknya, karena jika dia menggunakannya, dengan kemampuan mata yang dia miliki, Matahari yang indah itu akan menjadi sebuah gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar saja.
Adel ingin menipu dirinya sendiri, dengan mencoba mempercayai bahwa apa yang sekarang dilihatnya adalah nyata.
Dengan mengatakan kepada dirinya sendiri, kalau hari ini, bukanlah hari terakhir dia bisa menghirup udara yang tak terlihat di depannya ini.
Tak lama kemudian, Gaju datang dan duduk di sebelah Adel.
Tian yang menyuruhnya, tapi tanpa diberitahu oleh Tian, Gaju tahu apa yang sekarang sedang dipikirkan oleh Adel. Tapi dia sama sekali tak punya kata-kata untuk menghiburnya. Adel menyadari kehadiran Gaju. Dengan perlahan-lahan Adel merapat dan menyenderkan kepalanya ke tubuh Gaju. Gaju hanya diam saja dan membiarkan Adel melakukan apa yang gadis itu ingin lakukan.
Karena Gaju membiarkannya, Adel makin berani lalu dia memeluk tubuh Gaju. Tak lama kemudian tubuh Adel mulai terguncang pelan.
Dia menangis.
Gaju menarik napas dalam. Setangguh apapun Adel dan juga Tian, mereka tetaplah seorang wanita, mahluk halus yang mudah tersentuh dan terbawa suasana. Sama seperti yang terjadi sekarang ini. Gaju, Tian, Adel dan bahkan mungkin juga Aen, mereka berempat tahu kalau Adel dan Aen mungkin akan dieliminasi oleh Pulau hari ini. Nasib mereka jelas.
“Gaju. Semuanya memang berawal dari obsesi. Obsesiku yang mungkin juga berasal dari penolakan diriku sendiri akan kondisi fisik yang aku miliki,” bisik Adel pelan.
“Aku benci tubuh ini. Aku benci rambut ini. Aku benci semua yang kupunya.”
“Kamu adalah sosok terindah yang pernah kulihat. Aku yakin kalau kita akan mempunyai anak-anak yang sempurna dan aku impikan.”
“Terdengar sangat aneh dan mustahil kan? Tapi memang semua berawal dari sana, dan aku selalu berharap kalau semua itu hanyalah mimpi yang tak akan pernah jadi nyata.”
“Tapi aku salah. Semakin lama, ini bukan lagi obsesi.”
“Gaju…”
“Aku benar-benar menyayangimu,” bisik Adel mesra sambil menangis sesenggukkan dalam pelukan Gaju.
Gaju tak tahu apa yang harus dia lakukan atau katakan kepada Adel. Dia hanya terdiam dan tangannya bergerak untuk memeluk tubuh Adel makin erat.
=====
“Bagaimana Professor?” tanya salah seorang Pengurus kepada Professor.
Mereka sedang membicarakan nasib Adel dan Aen. Sebuah anomaly dari peraturan yang mereka buat untuk Ujian Tahap Ketiga.
Gaju-Tian lolos ketika Gaju mengeliminasi Tutu-Sadu saat tim Koga mengejar Gaju dulu.
Gama-Tien lolos ketika Gama mengeliminasi Tulan-Aso seorang diri dan tanpa bantuan bahkan percapakapan sekalipun dengan Aso.
Koma-Songnam lolos ketika Koma mengeliminasi Songlan-Sako seorang diri dengan teknik instant movement miliknya.
Koga-Em lolos setelah Koga selama hampir 2 bulan memburu pasangan Gasa-Tia dan akhirnya berhasil mengeliminasi mereka.
Dan kini tinggal sepasang Kandidat lagi yang menjadi anomaly dan sedang dibicarakan oleh para Pengurus dan Professor. Lebih tepatnya, Pengurus itu sedang menunggu keputusan dari Professor tentang mereka.
“Aju tewas di tangan Tsa. Itu takdir. Duma juga tewas megenaskan di tangan Songlan. Tapi Songlan sendiri tewas di tangan Koma,” gumam Professor.
“Menyisakan Adel dan Aen sebagai pemenang tanpa bertanding.”
“Tapi… So what? Takdir dan keberuntungan itu bisa juga termasuk dalam kategori kekuatan seseorang.”
“Memang kenapa kalau mereka tak bertarung atau membunuh kandidat lain tapi masih tetap berhasil melaju ke tahap selanjutnya?” kata Professor mulai mengeras.
“Umumkan!! Adel dan Aen tetap akan lolos ke tahap selanjutnya!” kata Sang Professor Gila.
=====
Bip.
Sebuah suara yang ditunggu oleh semua orang terdengar. Kini hanya tersisa 10 orang Kandidat saja di Pulau.
Gaju, Tian, Adel, dan Aen, semua berkumpul di tempat Adel dan Gaju bermesraan tadi. Tapi kali ini tentu saja Adel dan Gaju tak bisa melakukan apa-apa. Saat bunyi Bip terdengar dari notification mini komputer di tangan mereka, Adel dan Aen terperanjat kaget. Seolah-olah, mereka adalah seorang tersangka yang terkejut mendengar ketukan palu hakim saat menjatuhkan vonisnya.
“Adel?” bisik Aen pelan dengan raut muka ketakutan.
“Tenang saja. Apa yang harus datang pasti akan datang juga,” jawab Adel sambil melihat ke arah Aen.
“Huft,” Aen menghembuskan napas panjang dan mencoba untuk menekan rasa takut dalam dadanya.
Gaju dan Tian hanya bisa melihat berdua dengan raut muka kuatir dan peduli. Sekalipun mereka berdua sudah lolos, tapi ketika menyaksikan apa yang dialami oleh Adel dan Aen, mereka juga merasa sedikit sesak dalam dada.
=====
“Rrrrrrrrr,” suara dengkuran pelan menyerupai dengkuran seekor kucing terdengar dari sebuah bangunan yang berdiri kokoh di antara bebatuan karang yang ada di sebelah barat Pulau.
Suara dengkuran halus itu berasal dari sesosok gadis bertubuh seksi yang masih tertidur di atas ranjang tanpa benang sehelai pun. Seorang laki-laki berkulit gelap memeluk tubuh gadis yang terlihat jelas bukan dari ras manusia itu sambil tersenyum dalam tidurnya.
Bip.
“Tsa…” gumam si Gama.
“Rrrrrrr,” hanya suara dengkuran dari Tsa yang terdengar menyahuti kata-kata Gama.
“Tsa!” panggil Gama lagi.
Si Gadis Harimau yang sekarang mungkin lebih cocok sebagai kucing jinak itu lalu membuka matanya dan berdiri, tanpa merasa malu dia berjalan dan melangkah ke arah meja yang ada di dekat sana dan memberikan benda itu ke Gama.
Tak lama kemudian, Tsa kembali tertidur sambil memeluk Gama dan dengkuran halus itu kembali terdengar.
Gama dengan penasaran melihat ke arah notifikasi itu lalu tertegun.
“Live broadcast will be started on 5 second.”
“Ha? Live Broadcast? 5 second. Oh shittt!!” maki Gama saat dia tersadar kalau dia masih dalam keadaan telanjang bulat.
Buakkkk.
Gama langsung menendang Tsa terjatuh dari kasur dan dia meletakkan mini komputernya ke atas kasur. Sebuah hologram lalu muncul sesaat kemudian.
“Meongg!!!” teriak Tsa marah saat berdiri dari lantai, tapi ketika Tsa melihat sosok hologram yang keluar dari mini komputer Gama, Tsa langsung terdiam dan meringkuk di lantai ketakutan.
Gama menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya dan melihat ke arah hologram sang Professor yang muncul di depannya sambil mengedarkan pandangan ke segala arah.
“Dasar Cabul!!” maki Prof MoMu sesaat setelah dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Fiksi Ilmiah(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..