Chapter 19 - Bayangan

2.9K 277 138
                                    

Gaju dan Griffin saling berpandangan.

Kedua mahluk berbeda spesies itu kembali berusaha untuk mengintimidasi musuhnya. Tapi hal itu hanya berlangsung sebentar. Griffin yang memang terlihat lebih beringas sejak mencium bau darah dari Tian tadi dengan cepat kembali mengepakkan sayapnya dan meloncat ke arah Gaju.

Gerakannya lebih tepat jika disebut glide dibandingkan dengan terbang. Seperti seseorang yang bemain gantole atau paralayang, Griffin membentangkan sayapnya dan menggunakan tenaga dari tolakan kakinya tadi untuk meluncur ke arah Gaju dengan cepat.

Gaju melompat ke atas, dia ingin beraksi seperti dalam imajinasi seorang reader yang memintanya untuk melompat ke atas punggung Griffin lalu berpegangan erat kepada leher sang mahluk buas itu. Mungkin setelah itu dia akan mempunyai kesempatan untuk menancapkan jarumnya di mata sang Griffin.

Tapi,

Di saat Gaju sedang meloncat di udara dan sudah separuh jalan bergerak ke arah punggung Griffin yang sedang meluncur ke arahnya, kepala Rajawali sang Griffin tiba-tiba mengayun ke samping dan paruhnya menusuk lurus ke arahnya. Lebih tepatnya bersiap mencabik tubuhnya, karena bentuknya yang melengkung ke bawah.

Sreeettttttt.

Booommm.

Gaju terpelanting ke samping kanan Griffin. Tubuhnya terhempas keras diatas tanah dan membuat debu dan daun berterbangan.

"Urghhhh," Gaju kembali memuntahkan darah dari mulutnya.

Rencananya tadi terlihat cukup brilian, tapi Gaju lupa kalau dia tak seperti Griffin. Dia juga belum melakukan persiapan yang cukup untuk melakukan manouver di udara dengan menancapkan jarum yang bertali ke tanah atau pohon sebagai poros bagi manouvernya.

Itu artinya, saat dia melompat ke atas tadi, Gaju adalah sasaran empuk bagi sang Griffin. Gaju meloncat dan tidak bisa menghindar. Akibatnya, serangan paruh dari Griffin yang tak secepat serangan kaki dan cakarnya, tidak dapat dia hindari.

Gaju juga tak menyadari betapa flexible dan mengerikannya leher Rajawali sang Griffin. Sama seperti leher ayam, bebek, angsa atau unggas yang lain, leher Griffin juga mampu bermanouver dengan sempurna dalam arah tak terbatas dan sangat cepat.

Karena dua faktor itulah tadi Gaju akhirnya menerima serangan fatal pertamanya dalam pertarungan ini.

"Gaju, kamu tidak apa-apa?" teriak Adel dengan nada kuatir melihat kondisi Gaju yang terdesak hebat.

Gaju hanya diam dan tak menyahut, dia tak punya waktu untuk memikirkan yang lain.

"Apa lagi?" gumam Gaju sambil berpikir keras, luka sobek di dadanya tak begitu dia hiraukan, karena luka itu tak separah yang terlihat.

Wuuussshhhhhh.

Gaju melenting ke samping menghindari sabetan cakar depan Griffin. Gaju belum menginjak tanah kembali ketika serangan kedua datang dengan kecepatan yang sama. Kali ini sabetan sayap Griffin dengan bulunya yang tebal dan kuat.

Buuuaaaaakkkkkkkk.

Gaju kembali terpelanting ke belakang. Tak ada luka signifikan. Dia berhasil menangkisnya tadi. Stamina Gaju juga mulai terasa melemah, tapi daya juang mahluk itu, sang Griffin justru terlihat makin beringas dan menguat.

Buakkkkk. Buakkkkkk. Buuuuukkkkkkk.

Beberapa saat kemudian, Gaju seperti bola di tangan Griffin yang menggunakan kedua cakar depannya untuk menendang dan menampar tubuh Gaju kesana kemari. Tapi, Gaju tak menerima luka separah yang terlihat. Dia hanya mengikuti saja kemauan sang Griffin untuk sementara sambil memikirkan bagaimana caranya untuk membuat sang Griffin cidera.

Gaju - The Survivors (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang