Tahap Ketiga, Day 1112.
Sepasang remaja yang terlihat mulai beranjak dewasa dan berusia belasan tahun sedang bermesraan di tepi pantai. Rambut hitam si gadis terlihat berkibar tertiup angin dan membuatnya terlihat makin eksotis. Ditambah lagi dengan wajahnya yang cantik dan oriental. Siraman cahaya mentari senja juga menambah kecantikan alami gadis yang sama sekali tak mengenal make up itu.
“Aku serius. Kita akan survive berdua,” kata si remaja laki-laki dengan penuh percaya diri, tak sesuai dengan wajah dan fisik mereka yang masih jauh dari kata dewasa.
Si gadis hanya tersenyum dan kembali memeluk mesra kekasihnya.
Untuk sesaat, dia ingin sekali kalau apa yang dikatakan kekasihnya benar-benar akan terwujud, tapi Tian tahu kalau itu adalah suatu kemustahilan.
Mereka berdua terus menikmati kebersamaan mereka di tempat itu hingga Matahari tak lagi menampakkan sinarnya.
Tian merapikan bajunya dan melepaskan diri dari pelukan Gaju, “Gaju mau tetap disini dulu?” tanya Tian ke arah Gaju.
Gaju menganggukkan kepalanya. Dia masih menatap ke arah Matahari yang pelan-pelan mulai terbenam dan membuat langit di sekelilingnya berwarna jingga. Dan Gaju hanya bisa menarik napas panjang.
“Aku kembali dulu. Jangan lama-lama, aku akan menyiapkan makan malam sebentar lagi,” kata Tian.
Gaju melihat ke arah Tian, “Sebentar saja, lima belas atau tiga puluh menit,” jawab Gaju.
Tian tersenyum lalu tubuhnya pelan-pelan melayang meninggalkan pantai ini. Tian melayang keatas dengan bantuan sebuah piringan bundar kecil di bawah kakinya, menaiki tebing curam yang berada di sebelah utara Pulau. Tempat dimana Gunung yang paling tinggi ada di Pulau. Tempat dimana Pulau memiliki tebing curam yang dalam dan memanjang dari sisi Barat Daya hingga Timur Laut Pulau.
Tapi, di bagian Utara Pulau yang yang bertebing curam dan langsung berbatasan dengan Gunung, ada sebuah tempat yang menjorok ke arah Utara membentuk sebuah tanjung kecil yang terbuat dari tebing tinggi dan curam.
Di bawah tanjung yang bertebing inilah, Gaju dan Tian menemukan sebuah pantai berpasir yang tak seberapa luas. Berbeda dengan surga milik Koma yang tersembunyi dalam teluk yang masuk ke dalam sebuah gua didalam tebing. Pantai milik Gaju dan Tian adalah sebuah pantai berpasir yang terbuka tetapi dengan tebing yang curam di belakangnya.
Karena tebing itu menjorok ke arah utara, dari pantai kecil yang terletak di sebelah barat dari tebing itu, Gaju dan Tian dapat menikmati pemandangan Sunset terindah setiap hari tanpa terhalang oleh apa pun.
Gaju menarik napas dalam dan tetap menikmati sinar-sinar terakhir dari Matahari yang sedang beranjak ke peraduannya itu.
Gaju lalu memejamkan matanya.
Gaju saat ini berusia 15 tahun. Sejak Tahap Ketiga dimulai saat para Kandidat berumur 12 tahun, banyak hal yang telah dia lalui. Semua pengalaman dan pertarungannya membawa Gaju dan Tian menjadi jauh lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak melebihi umur mereka yang sebenarnya.
Gaju menarik napas dalam-dalam dan kembali menghempaskannya saat sinar mentari terakhir yang berwarna jingga hilang ditelan kegelapan malam di kejauhan.
Gaju dan Tian, mungkin juga beberapa Kandidat yang lain, seandainya mereka sedikit saja memperhatikan alam di sekitar mereka seperti apa yang Gaju dan Tian baru saja lakukan, mereka pasti menyadari kalau Pulau, Lautan, Matahari, Langit, Bintang, Angin, dan semua yang ada di tempat ini adalah sebuah kepalsuan.
Karena, Gaju sudah ratusan kali duduk menikmati senja disini, awan, sinar mentari, burung yang terbang dikejauhan, semua detail yang terlihat nun jauh di ufuk barat sana, terlihat sama dan diulang-ulang, seperti sebuah film.
Setahun sejak Gaju mendapatkan Undying Implantnya, dia berniat untuk membuat perhitungan dengan mahluk yang telah memberikan kenang-kenangan yang sampai saat ini masih tergores di tubuh Tian.
Gaju dan Tian lalu memburu Griffin ke Gunung yang terletak di sebelah utara Pulau.
Gaju yang kembali menggunakan metode akupunktur gilanya, kembali sedikit demi sedikit memperkuat fisiknya. Tak seperti dulu saat di awal-awal menggunakan metode ini, dimana Gaju bisa memperoleh peningkatan 0.03 poin setiap kali dia menusukkan jarum ke titik dantian-nya, Gaju kini hanya bisa memperoleh maksimal peningkatan 0.01 poin.
Tubuh Gaju sendiri yang sudah mencapai limitnya saat dia melakukan metode gilanya, sekalipun dibantu oleh regeneration speed yang dia peroleh dari Undying Implant, tetap saja tidak bisa membuat dia bisa melakukan latihan yang menyiksa ini setiap saat.
Setelah beberapa kali mencoba dan gagal untuk mendapatkan peningkatan attribute apapun selama beberapa minggu, Gaju akhirnya tahu kalau dengan kondisi tubuhnya yang sudah mencapai limit dan dibantu dengan Undying Implant, dia hanya akan mendapatkan peningkatan attribute ketika dia melakukan latihan ini setiap seminggu sekali. Itupun peningkatan attributenya sangat minim dan hampir tak terasa, sebesar 0.01 poin.
Karena itu, Gaju membutuhkan waktu setahun untuk membuat dirinya memiliki attribute fisik dengan skor 8.9 poin. Saat itulah, Gaju cukup punya kepercayaan diri untuk menghadapi Griffin dan membalaskan dendamnya.
Sejak awal, Gaju memang melarang Tian untuk ikut campur dalam program balas dendamnya. Karena itu, dia melawan Griffin seorang diri di Gunung yang menjadi markas dari sang Griffin. Dengan kekuatan physic milik Tian, sebenarnya sesuatu yang sangat mudah bagi Tian untuk menghabisi Griffin.
Setelah berlatih dan bertarung sebagai seorang Psychic selama setahun lebih, Tian kini mampu menggunakan kekuatannya secara maksimal. Kekuatan yang sangat mengerikan dan bahkan melebihi Gaju sekalipun.
Menurut Mental Training Knowledge, buku yang dijadikan panduan oleh Tian untuk melatih kemampuan Psychic-nya, setiap orang mempunyai batas kemampuan yang berbeda-beda dalam memanipulasi mental energy.
Untuk mempermudah penggolongan para Psychic, ilmuwan membedakan mereka berdasarkan limit atau batas dari seberapa besar output yang bisa digunakan oleh para Pyschic dalam memanipulasi mental energynya.
Besarnya output ini dikorelasikan antara total skor IC dengan Strength yang mampu dihasilkan.
Tian sendiri, masuk dalam kategori Genius karena setelah berlatih keras, Tian mampu mengkonversi 50% intellectual capability-nya menjadi strength murni. Itu artinya, dari skor IC Tian yang fantastis dan mencapai 20.4 poin, Tian memiliki skor strength 10.2 ditambah skor aslinya.
Attribut fisik Tian sendiri sangat membuat siapapun iri termasuk kekasihnya.
Karena itu, bagi Tian, bukanlah hal yang susah untuk menghabisi Griffin yang dulu melukai dadanya dan membuatnya hampir tewas. Tapi Tian sangat menghargai keinginan Gaju untuk membalaskan dendam mereka sejak dulu.
Gaju dan Griffin bertarung tanpa henti selama berjam-jam. Griffin dengan gaya penuh dominasinya, Gaju bertarung seolah-olah ini adalah pertarungan terakhirnya, sama sekali tak mempedulikan luka-luka yang ada di tubuhnya dan dengan gagah berani beradu pukulan dengan sang Griffin.
Tapi, Griffin yang awalnya yakin akan mendominasi Gaju, akhirnya hanya bisa pasrah dan menjadi sasaran kebrutalan si Bocah yang sudah menunggu kesempatan itu datang sekian lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/194913482-288-k814887.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Ciencia Ficción(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..