Jarum berwarna keperakan itu menancap dengan sukses dan membuat Griffin mengerang kesakitan.
"Aaaagggggkkkkkkkk."
Griffin mengepakkan sayapnya membabi buta dan melayang panik tak tentu arah. Kepala Rajawali miliknya bergerak kesana kemari karena merasakan sakit luar biasa di mata kanannya.
Grusaaakkkkk.
Tubuh Griffin menabrak pepohonan yang ada di sebelah kirinya karena gerakannya yang tak beraturan itu. Pohon yang berdiameter setengah meter dan memiliki tinggi lebih dari 20 meter itu tumbang terkena hempasan tubuh Griffin.
"Aaagggggkkkkkkkkkkk."
Suara Griffin terdengar makin keras menggelegar, tapi suara itu bukan suara seekor binatang yang sedang menunjukkan dominasinya, teriakan itu lebih menyerupai teriakan kesakitan binatang yang teraniaya.
Gaju memperhatikan semua gerak gerik Griffin dengan seksama.
Tadi adalah perjudian terakhirnya. Kalau serangan ini tak juga membuat Griffin menyerah untuk memangsa mereka, Gaju tak tahu lagi apa yang akan dia lakukan.
Bruaaaakkkkkkk. Grosaaaaaaakkkkk.
Griffin yang tadi tumbang dan menabrak pohon kembali mencoba berdiri dengan keempat kakinya. Tapi rasa sakit yang dia rasakan dan tak kunjung hilang dari mata kanannya membuat tubuhnya bergetar menahan sakit.
Griffin melihat ke arah musuhnya yang baru saja membuatnya merasakan siksaan terhebat yang pernah dia alami dengan mata kirinya.
Gaju tersenyum pahit. Dia merasa semua usahanya tadi sia-sia.
Gaju menarik napas dalam-dalam, "Sampai disinikah perjuanganku?" keluh Gaju pelan.
Griffin yang sudah kembali berdiri tegap dengan keempat kakinya dan sayap yang kembali ditekuk, melihat tajam ke arah Gaju dengan mata kirinya. Sedangkan mata kanannya tertutup dan darah terlihat masih menetes dari sela-sela kelopak matanya.
Griffin melihat mahluk kecil didepannya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Persetan!!" teriak Gaju lalu tiba-tiba meloncat dan mengayunkan pukulan tangan kanannya.
Wuussshhhhh.
Griffin melihat Gaju yang menyerangnya dengan tiba-tiba dengan menggunakan tangan kanannya, serangan yang sama dan memberikan rasa sakit luar biasa pada mata kanannya yang tak kunjung hilang sampai sekarang.
Gruuussaaaakkkkkk.
Dengan panik Griffin melompat ke belakang tanpa mempedulikan apapun, bahkan dia menabrak beberapa pohon yang berukuran agak kecil dan menimbulkan suara keras tadi.
Gaju tertegun.
Gaju lalu melihat ke arah tangan kanannya yang masih dalam posisi terayun di atas kepala dan kearah Griffin.
Gaju dengan cepat tahu alasannya.
Tak seperti dugaannya, Griffin yang berada di depannya ini kemungkinan masih remaja atau bahkan anak-anak. Termasuk juga tingkat kecerdasan logikanya.
Saat Gaju mengangkat tangan kanannya tadi dan ingin menyerang Griffin, secara insting, Griffin merasa ketakutan karena luka yang diterimanya sebelum ini dengan serangan yang sama. Itu artinya Griffin sama sekali tak memahami bagaimana cara Gaju menyerangnya yang telah membuat dia terluka.
Gaju tersenyum lebar ketika melihat Griffin dengan panik berusaha untuk menjauh dari dirinya.
Gaju tahu kalau Griffin kini bukan lagi ancaman baginya. Dengan cepat, Gaju melesat ke arah samping dan mencabut sebuah jarum yang tertancap di batang pohon yang ada disana.
Gaju ingat dengan pasti dimana kelima jarumnya yang telah digunakan untuk bertarung tadi berada.
Gaju lalu berjalan menuju Griffin yang masih dengan panik mencoba untuk berjalan mundur dengan ekor berada di antara kedua kaki belakangnya.
Sebuah pemandangan unik terlihat, seekor binatang buas mengerikan yang berukuran besar dengan panjang tubuh lebih dari 4m terlihat ketakutan saat berhadapan dengan seorang anak yang umurnya hanya 12 tahun.
Gaju menimang-nimang jarum berwarna keperakan di tangan kanannya sambil berjalan pelan menuju Griffin.
"Hei, G..." teriak Gaju memanggil sang Griffin.
Dengan seenaknya Gaju memanggil creature level 3 itu dengan nama yang dia buat sendiri. Seolah-olah Griffin hanyalah anak kucing yang ditemuinya di pinggir jalan.
Griffin terdiam dan melirik ketakutan ke arah Gaju.
"Aku tahu kamu cerdas. Lihat ini!" kata Gaju sambil menunjukkan jarum di tangan kanannya.
Griffin memperhatikan benda kecil dan berkilat yang dipegang oleh Gaju.
Gaju lalu mengangkat jarum di tangannya lalu mempraktekkan gerakan menusuk ke arah matanya dengan pelan-pelan.
Griffin memperhatikan semua gerakan Gaju dengan seksama. Sesaat kemudian, teriakan keras terdengar dari mulut Rajawalinya.
"Aaaaagghhhhhkkkkk."
Setelah melihat Gaju tadi, Griffin kini paham apa yang terjadi dengan mata kanannya yang sakit luar biasa hingga saat ini.
Tersangkanya adalah benda kecil berkilat di tangan bocah itu.
Gaju tersenyum.
Griffin memahami isyarat yang dia berikan, itu artinya, mahluk ini bisa diajak berkomunikasi. Tapi, prioritasnya saat ini bukanlah membuat Griffin menjadi piaraannya. Yang terpenting dan harus dia lakukan secepatnya adalah menyelamatkan Tian.
Gaju lalu menunjuk ke arah Gunung dan berteriak lantang, "Pergi!!"
Griffin melihat ke arah Gaju dengan tatapan kebingungan. Dia mengalihkan pandangannya berulang-ulang antara Gaju dan Gunung yang ditunjuk oleh bocah itu.
Gaju tersenyum pahit. Sepertinya, butuh usaha keras untuk membuat mahluk ini mengerti kata-katanya.
"Pergi!!" teriak Gaju lagi, kali ini selain menunjuk Gunung dengan tangan kirinya, Gaju menggunakan tangan kanannya untuk menusukkan jarum ke matanya.
Griffin melenguh pelan lalu dengan panik dan ketakutan dia mengepakkan sayapnya tanpa berpikir panjang dan terbang meninggalkan tempat ini.
Hanya desiran angin dan daun yang turun pelan-pelan dari atas yang tersisa dari kepergian Griffin tadi.
Adel menyaksikan semua adegan yang terjadi di depan matanya dengan tatapan tak percaya.
"Gaju baru saja menjinakkan seekor creature level 3 yang mengerikan seperti Griffin?" gumam Adel pelan.
Gaju tak memperdulikan Adel dan melesat ke arah Tian yang terbaring tak sadarkan diri. Setelah dia berada di sebelah Tian, dengan cepat Gaju menusukkan jarum di tangannya ke titik Limiter untuk mengaktifkannya kembali.
Adel hanya memperhatikan semua tindakan Gaju tanpa berkomentar apa-apa.
Gaju lalu memeriksa luka di tubuh Tian dengan teliti. Ada luka bekas cakaran yang mengerikan dan mengoyak baju sekaligus tubuh Tian.
Tadi, Gaju tak sempat memperhatikan dengan teliti luka Tian, tapi saat ini, setelah melihatnya lagi dengan lebih teliti, Gaju merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya.
Luka Tian sangat fatal.
Kuku tajam Griffin yang hanya 'menggores' soulmate-nya meninggalkan bekas luka memanjang dari dada turun ke perut Tian. Luka itu sedalam kurang lebih setengah centimeter dan terlihat lebih dalam di bagian antara dada dan perut.
Seberapa dalamkah setengah centimeter?
Di bagian dada, jelas tulang dada Tian sekarang hancur, di bagian perut Tian, organ dalamnya pasti juga terkena luka sobek dan bukan hanya kulit perutnya saja yang terbuka.
Dan itu semua membawa ke satu kemungkinan saja setelah Gaju menggunakan semua kemampuan otaknya untuk menganalisa kondisi tubuh Tian dan seberapa parah luka yang dialami soulmate-nya.
Sebuah kepastian yang sangat tidak bisa diterima oleh Gaju setelah semua yang dia lakukan dan pertaruhkan dalam pertarungan tadi.
Nyawa Tian tak dapat tertolong lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Ficção Científica(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..