Tian hanya menangis dan menundukkan kepalanya. Dia juga tak menyangka kalau semuanya terjadi secepat ini.
Tian berpikir mungkin setelah Tahap Ketiga, akan ada Tahap Keempat dulu selama beberapa waktu. Tapi, ruangan, meja dan dua buah pisau diatasnya membuat dia yakin kalau waktunya perpisahan tiba.
Dan Tian tak bisa membendung airmatanya karena semua itu.
=====
"Aku ingin Prajurit sempurna tanpa kelemahan yang disebut emosi," tiba-tiba terdengar sebuah suara dalam setiap ruangan yang dimasuki oleh para Kandidat dan semua orang tahu suara siapa itu, suara si Gila, Professor MoMu.
"Kalian semua adalah prajurit sempurna, sebagian dari kalian bahkan sudah menjadi Petarung Level 2, seorang Super Human yang setara dengan Knight dan Beast King."
"Dengan kekuatan yang kalian miliki, kalian lebih dari layak untuk mulai memimpin pasukan Dunia Bawah yang sudah disiapkan."
"Tapi..."
"Sebagai seorang Pemimpin, cepat atau lambat, kalian akan dihadapkan pada sebuah pilihan dalam mengambil keputusan."
"Dan aku ingin kalian bisa menggunakan kepala kalian saat itu terjadi."
"Aku ingin kalian mengambil keputusan tanpa dipengaruhi perasaan."
"Sebagian dari kalian, mungkin saling mencintai, mungkin saling membenci, dan bahkan mungkin sama sekali acuh tak acuh."
"Tapi semua itu adalah bentuk dari sebuah emosi."
"Kelemahan terbesar yang dimiliki oleh ras kita."
"Aku ingin kalian menghilangkan batasan emosi itu."
"Aku ingin kalian meninggalkan penjara tak berwujud yang selalu membelenggu logika kalian."
"Ambil pisau itu dan habisi soulmatemu."
"Saat ini semua berakhir, aku hanya ingin memiliki 5 orang Jenderal yang pemberani, kuat dan tak terbelenggu oleh emosi."
"Ini adalah batu asahan terakhir yang harus kalian lewati, lakukan dan bebaskan diri kalian. Setelah ini, tak ada lagi yang membatasi kalian. Kalian akan menjadi petarung yang sudah dibaptis dan siap untuk bertarung untuk umat manusia," kata sang Professor mengakhiri ceramahnya.
=====
Di dalam ruangan ketiga, Gama tersenyum kecil.
"Pada akhirnya, ini semua harus terjadi. Maafkan aku Tien. Tapi bagiku, kamu bukanlah apa-apa. Aku tak membencimu, tapi aku juga tak pernah menganggapmu. Kamu sudah cukup menikmati indahnya hidup bersama Koga kan?" gumam Gama pelan.
Tien melihat ke arah Gama dengan mata terbelalak ketakutan, sekejap mata kemudian, Tien merasakan rasa sakit luar biasa di bagian dadanya.
Sebuah pisau tertancap disana dan Gama sudah kembali berdiri di tempatnya semula.
"Kalau boleh jujur, aku memimpikan hal ini ribuan kali selama beberapa tahun ini. Betapa memuaskannya menancapkan sebuah pisau ke dadamu. Seorang wanita tanpa integritas yang hanya ikut kemana angin membawanya," kata Gama sambil tersenyum.
"Dan jujur saja, rasanya sangat memuaskan, sama seperti dalam bayanganku selama ini," bisik Gama sambil mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Kau?" gumam Tien di sela-sela hembusan napas terakhirnya.
Tien tak menyangka kalau semuanya akan berakhir seperti ini.
Tapi semua sudah terlambat, hanya kegelapan yang menantinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Fantascienza(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..