Tian terdiam di dalam helikopter yang membawanya ke dalam Hutan. Dia terlihat senang dan bahagia meskipun ada sorot kesedihan mendalam tercampur dalam tatapan matanya.
Tak sampai hitungan menit Helikopter tanpa suara itu terbang di atas pepohonan yang sangat lebat dan tinggi. Tian melirik ke arah bawah dengan pandangan ragu. Lalu dia melihat ke arah personel Pengurus yang menggunakan seragam ala militer dan sering disebut dengan Penjaga itu.
“Kamu yakin kita di posisi yang tepat?” tanya Tian ke arah Penjaga yang duduk menemaninya dalam kabin penumpang.
“Benar. Ini berdasarkan koordinat mini komputer milik Kandidat Tiga Tujuh yang kami lacak real-time. Posisinya masih tak bergerak dari titik ini sejak tadi malam,” jawab sang Penjaga.
“Huft,” Tian mendengus kesal ke arah Penjaga dan menaikkan resleting baju camou miliknya.
“Bersiap untuk vertical landing,” kata sang Penjaga kepada Pilot yang ada di depan.
Tak lama kemudian, seutas tali dijatuhkan dari atas Helikopter ke arah bawah. Tian meliriknya lalu berdiri dan tanpa memberikan hormat atau ucapan terima kasih apa pun, Tian meloncat ke bawah dan dengan cepat tangannya meraih tali yang menggantung itu.
Tian tersenyum lebar ketika meluncur ke bawah dengan berpegangan kepada tali itu. Sekalipun dia tadi bersikap agak ketus kepada sang Penjaga, dia tahu kalau Penjaga tak akan bohong. Gaju ada di bawah sana, diantara rerimbunan pohon yang tumbuh lebat dan menjulang tinggi.
Mungkin sedang berburu? Mungkin sedang beristirahat? Mungkin sedang menikmati waktunya? Tian tak tahu tapi dia sangat senang untuk kembali bertemu dengan soulmatenya itu.
Tian memegang tali itu dengan tangan kirinya lalu menggunakan kakinya untuk mengait tali itu. Dia mulai menahan laju turunnya pelan-pelan sambil dengan seksama melihat ke arah sekelilingnya. Mencari petunjuk sekecil apa pun tentang keberadaan soulmatenya.
=====
Gaju merasakan sesuatu.
Salah satu benangnya tiba-tiba bergetar dan membuatnya terbangun. Gaju segera bangun dan mengambil sikap waspada. Tapi ketika Gaju melihat benang logam yang memberinya sinyal bahaya, Gaju sangat terkejut.
Griffin?
Gaju tidak mempedulikan ranselnya, dia langsung meloncat dari lubang kepompong yang dibuatnya di bagian bawah pohon dan seperti seekor kera dengan cepat memanjat pohon yang dia gunakan untuk tidur.
Sejak pertarungan dengan Griffin, Gaju berpikir bagaimana caranya untuk mendeteksi kedatangan mahluk itu. Tak seperti binatang buas lainnya yang mungkin menyergapnya dari pohon atau semak-semak, Griffin datang dari udara. Dan Gaju membuat alat pendeteksi sederhana menyerupai wind indicator yang ada di airport.
Ketika terjadi perubahan angin yang tiba-tiba, benang yang terhubung dengan wind indicator akan memberitahu Gaju kedatangan siapapun musuhnya dari udara.
Gaju dengan lincah melompat dari dahan ke dahan dengan cepat. Hanya dalam hitungan detik, Gaju sudah berdiri diatas pohon, tersembunyi diantara rimbunya dedaunan. Baju camou ala tentara yang berwarna hijau menyembunyikan sosok Gaju dan membuatnya tak terlihat.
Dan Gaju melihatnya.
Sebuah helikopter yang canggih dan terbang tanpa suara diatas pepohonan.
Tapi tetap saja baling-baling si Helikopter memberikan sinyal yang tadi membangunkan Gaju dan membuatnya waspada. Dengan beberapa pertanyaan dalam kepalanya, Gaju menunggu di tempatnya dan melihat ke arah Helikopter itu.
Tak lama kemudian, seutas tali dilempar dari Helikopter ke arah bawah, hanya beberapa meter dari pohon tempat Gaju menyembunyikan dirinya.
Sesaat kemudian, Gaju melihatnya.
Sosok gadis kecil berambut panjang dan berwajah cantik. Dengan senyuman di bibirnya dan sorot mata yang tenang dan raut muka ceria terlihat berdiri di sana.
Angin bertiup dan membuat rambut hitam sang Gadis terbang ke segala arah. Membuat sosok gadis itu terlihat semakin menarik.
Cahaya mentari pagi mengenai wajah sang Gadis yang berseri-seri dan dengan penuh percaya diri meloncat turun dari Helikopter tempatnya berdiri sesaat tadi.
Sang Gadis dengan berani meloncat turun dengan lincah. Dan untuk sesaat terlihat terbang di udara, sebelum akhirnya dia meraih tali itu dan menggunakan kakinya untuk menahan laju tubuhnya.
Mungkin dia tak memakai gaun berwarna putih yang terlihat mempesona, mungkin baju camou ala tentara yang terlihat terlalu besar untuknya tak menampakan sosok tubuhnya. Mungkin Gaju juga tak melihat sayap yang terbentang dari punggungnya.
Tapi, saat ini, Gaju seperti sedang menyaksikan seorang angel yang terjatuh dari surga.
Angel miliknya.
Yang terjatuh dari surga untuk menemui sang Demon pujaannya. Demon yang tangannya telah berlumuran darah dan penuh dosa.
Gaju tanpa ragu menggerakkan tangan kirinya ke arah tali yang berada di atas Tian. Sebuah jarum yang berkilauan dengan cepat membelit tali itu dan dengan sebuah sentakan pelan, tali yang tadinya tegak lurus itu mulai bergerak miring ke arah Gaju.
Tian kaget untuk sesaat ketika menyadari pergerakan tali yang dipegangnya. Tapi ketika Tian melihat benang halus yang hampir tak terlihat mata membelit tali di atas kepalanya, Tian tersenyum cerah seketika.
Tian melirik ke arah pohon tempat tali itu tertarik dan tahu kalau ada seseorang yang menunggunya disana. Seseorang yang membuat dirinya rela melakukan segalanya, termasuk mengorbankan nyawanya.
Tian masih bergerak turun dan tali itu makin mendekati ke arah pohon tempat Gaju bersembunyi.
"Lepaskan!" sebuah kata pendek terdengar di telinga Tian dan tanpa ragu Tian mengikutinya.
Dengan penuh percaya diri Tian melepaskan pegangannya dari tali itu dan membiarkan tubuhnya terjatuh ke bawah.
Srakkkkkk.
Sebuah suara terdengar dan sesosok bayangan terlihat melesat dari rimbunnya dedaunan di pucuk pohon yang ada di dekat Tian.
Bayangan itu lalu menangkap tubuh Tian dan Tian membiarkannya.
Gaju memeluk Tian dan tersenyum. Kedua sosok yang saling berpelukan itu lalu turun ke bawah dengan cepat.
Penjaga melihat semuanya tanpa ekspresi lalu memberikan perintah kepada Pilot untuk meninggalkan tempat ini.
Helikopter itu lalu menghilang tanpa suara, sama seperti saat benda itu datang ke tempat ini.
Gaju dan Tian masih berpelukan dan saling tersenyum dan bertatapan mata.
Mereka seakan tak peduli kalau saat ini mereka sedang meluncur turun dari ketinggian puluhan meter di atas tanah.
"Gaju, bagaimana kabarmu?" bisik Tian lirih.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?" tanya Gaju.
"Aku juga," jawab Tian pelan.
"Beberapa hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagiku. Tapi hari ini adalah yang terbaik dari semuanya," kata Gaju.
"Selamat datang kembali. I missed you," lanjut si Aneh sambil tersenyum lebar.
"I missed you too," jawab Tian pelan dan menyenderkan kepalanya ke tubuh Gaju.
Gaju tertawa kecil. Tak ada lagi rasa kuatir dalam dirinya saat ini.
Soulmate-nya sekarang sudah kembali berada disisinya. Tak ada lagi yang perlu dia pikirkan. Sekarang saatnya bagi Gaju untuk benar-benar fokus untuk menjadi yang terkuat di Pulau dan dia tak akan membiarkan kejadian seperti sebelumnya menimpa Tian lagi.
Untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Fiksi Ilmiah(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..