Koga mendekat ke arah kotak hitam itu dan sama seperti yang terjadi dengan Adel, sebuah suara ‘bip’ lemah terdengar dan mengagetkan mereka berlima.
Bip.
“Scanning..."
“Identitas telah dikonfirmasi.”
“Kandidat Kosong Tiga berada di dekat Paket.”
“Apakah Anda ingin membuka paket?”
Kelima orang itu terdiam. Koga melihat kearah Tia dan Tia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Buka!” kata Koga pelan.
Tak lama kemudian, sebuah benda yang terlihat menyerupai sebuah suntikan lengkap dengan jarumnya terlihat di dalam kotak Hitam yang telah terbuka di depan mereka.
Tanpa menunggu penjelasan apa pun atau aba-aba dari Tia, Koga dengan cepat menyambar suntikan itu dan langsung menggulung lengan baju camou miliknya.
Mereka berlima sudah familiar dengan benda itu. Bukankah ini sama dengan serum yang dulu mereka dapatkan saat masih di Tahap Satu?
Tanpa berkata apa-apa Koga menyuntikkan serum itu ke lengannya. Dia lalu membuang bekas suntikan yang tidak lagi berisi apa-apa ke samping tubuhnya.
Koga memejamkan mata dan menunggu.
Tiba-tiba, seluruh tubuh Koga terasa seperti terbakar. Panas dan menyakitkan.
"Aaaaaarrgggghhhhhh," Koga berteriak panjang karena rasa sakit yang dialaminya.
Dia hanya mampu bertahan dalam hitungan detik sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
Sebuah niat jahat sempat terbersit dalam kepala Tia saat melihat kondisi Koga yang sekarang tak berdaya sama sekali itu. Tapi, hanya sesaat saja, kilatan mata sinis itu kembali meredup ketika Tia menyadari keberadaan Tien dan Songnam.
Mereka berdua memang terlihat saling memusuhi, tapi ketika sesuatu mengancam Koga, Tia yakin kalau mereka berdua tanpa ragu akan melindunginya dan bekerja sama. Tia tak yakin kalau dirinya dan Gasa akan sanggup menghadapi mereka berdua.
"Ini bukan waktu yang tepat," gumam Tia dalam hati.
"Gasa, bawa Koga ke tempat aman. Dia vulnerable saat ini. Jangan sampai ada yang memanfaatkan kesempatan ini," kata Tia pelan.
Tien dan Songnam melirik ke arah Tia dengan tatapan berterima kasih. Mereka percaya kini kalau Tia adalah bawahan yang setia.
Tapi, dalamnya hati manusia, siapa yang tahu?
=====
"Gaju, di sebelah kanan. Ular Daun dewasa," kata Tian yang berdiri beberapa meter di belakang Gaju.
Gaju menganggukkan kepalanya lalu bergerak cepat ke arah kanannya tanpa ragu.
Sejak mereka berdua kembali bersatu beberapa hari lalu, Gaju memang memutuskan untuk fokus menjadi seorang fighter. Suatu hal yang sangat mudah bagi Gaju.
Meskipun sebenarnya dia mampu juga melakukan analisa dalam pertarungan, tapi dia membiarkan Tian melakukannya.
Bukankah mereka soulmate?
Soulmate yang harus saling mempercayai dalam kondisi apapun.
Karena itu, Gaju juga sudah memberi tahu Tian tentang hutangnya sebesar 1000 poin kepada sang Professor.
Gaju tak mengharapkan apa pun dari hal itu. Dia hanya berusaha untuk tidak menutup-nutupi apapun kepada soulmatenya.
Karena Gaju tahu, Tian, soulmatenya, sudah memberikan seluruh jiwa dan raganya untuk dirinya. Dan itu dibuktikan dengan sebuah tindakan, bukan hanya ucapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Fiksi Ilmiah(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..