Si Monyet berdiri dengan cepat dan meloncat dengan lincah. Jangan tertipu dengan penampilannya yang terlihat kecil dan tak begitu besar, Monyet Tanpa Ekor memiliki stamina yang luar biasa, ciri khas dari mamalia kelas primata.
"Sssssshhhhh," Ular Daun meluncur ke samping dan masuk ke dalam semak-semak dengan cepat setelah serangannya berhasil mengenai tubuh Monyet Tanpa Ekor.
Mencoba bertarung terbuka dengan Monyet Tanpa Ekor? Hanya dalam mimpi.
Ular Daun tahu benar kalau kelebihan utama dari Monyet Tanpa Ekor selain staminanya adalah agility atau kelincahan dari mahluk itu.
Trik yang digunakan oleh Ular Daun adalah dengan melakukan hide and attack alias serangan gerilya.
Monyet melihat ke sekelilingnya dengan waspada. Dia memperhatikan gerakan dedaunan dengan seksama dan teliti, selincah apa pun Ular Daun bergerak diantara dedaunan, dia pasti meninggapkan jejak dan Monyet berniat memanfaatkan itu.
Grussakkkkkk.
Si Monyet langsung meloncat menghindar ketika mendengar suara dedaunan yang bergerak tanpa berpikir sama sekali.
Ketika dia melihat benda yang meluncur ke arahnya, Monyet terkejut, bukan sang Ular, tapi sebatang pohon yang terbang melintas di bawah tubuhnya.
"Kiiikkkkkk."
Si Monyet terpekik kaget ketika menyadari ada sebuah mulut menganga yang sedang menunggunya di bawah sana.
Dia mungkin kebingungan bagaimana caranya si Ular Daun melakukan trik itu. Tapi, bingung dan instinct survival sama sekali tak berhubungan bagi si Monyet, dengan gerakan cepat dia meraih batang kayu yang melayang di bawahnya dengan kaki dan mencengkeramnya kuat.
Mulut si Monyet menyeringai keji ketika berhasil melakukannya. Dia berniat menggunakan trik yang dipakai oleh Ular Daun untuk menghabisinya.
Monyet memegang batang pohon yang tadi dilempar dengan kakinya dan menghunjamkannya ke bawah. Ular Daun melihat manouver Monyet dengan mata terbelalak ketakutan.
Rencana yang dia susun rapi, justru kini menjadi bumerang baginya. Dia berusaha menutup rahangnya tapi gerakannya kalah cepat dengan serangan si Monyet.
Crassssssshhhhhh.
Batang pohon itu masuk ke dalam mulut Ular Daun yang menganga lebar. Alih-alih tubuh si Monyet yang disantapnya, justru batang kayu yang sekarang menghunjam masuk ke dalam mulutnya.
Ular Daun mengerang kesakitan dan mengatupkan rahangnya, tapi Monyet bergerak lebih cepat dan dengan lincah menggunakan batang kayu yang sekarang berada di dalam mulut si Ular Daun sebagai pijakan.
Monyet Tanpa Ekor mendarat dengan pelan di depan Ular Daun yang menggeliat kesakitan dengan sebuah batang kayu seukuran tubuhnya yang sekarang menancap ke dalam perutnya dan membuat dia tak bisa mengatupkan rahangnya.
Koma memperhatikan semuanya dengan seksama. Tangan kanannya meraih ke pisau belati yang ada di tangannya. Dia bergerak pelan dan mengambil sikap duduk berjongkok dengan satu kaki di bawah. Bersiap untuk melancarkan serangannya dengan instant movement-nya.
Sasarannya? Monyet Tanpa Ekor, binatang buas level 4 yang terlihat telah berhasil memenangkan pertarungan ini dengan kecerdikannya.
Ular Daun menggeliat kesakitan di tanah dan berguling kesana kemari. Dia mencoba mengatupkan rahangnya tapi terganjal oleh batang kayu yang kini ada dalam rongga mulutnya.
Dia juga berusaha melarikan diri, tapi tak bisa. Ular tak punya kaki, satu-satunya cara untuk bergerak di atas tanah adalah dengan melata, dan batang kayu itu mencegahnya untuk meliukkan tubuhnya.
Ular Daun melihat ke arah Monyet Tanpa Ekor dengan tatapan pasrah. Sebuah kesalahan kecil yang harus dibayarnya dengan nyawanya.
Monyet Tanpa Ekor menyeringai dan melihat ke arah Ular Daun dengan tatapan keji.
Ini alam liar.
Strong World.
Hanya yang terkuat dan bisa memanfaatkan setiap peluang untuk menang akan mampu bertahan hidup. Dan pertarungan ini kembali mengingatkan si Monyet Tanpa Ekor akan fakta itu.
Tapi.
Instinct yang dimilikinya sedari tadi menjerit kencang akan adanya bahaya yang mengancam. Karena itulah Monyet Tanpa Ekor memutuskan untuk menunggu dan tidak mendekati musuhnya yang menggeliat ketakutan itu.
Dia berpikir bahwa ancaman bahaya yang mengincarnya dan menjerit tanpa berhenti itu berasal dari Ular Daun yang sekarang mengerang kesakitan di depannya.
Geliat Ular Daun makin lama makin melemah dan sorot matanya kini terlihat pasrah. Monyet Tanpa Ekor masih tetap menatap ke arah Ular Daun dengan pandangan waspada sebelumnya, tapi setelah melihat sorot mata pasrah Ular Daun, sekalipun instinctnya masih tetap memperingatkan ancaman bahaya yang tak kunjung berhenti, Monyet Tanpa Ekor kini tak setegang tadi dan melepaskan sikap waspadanya.
Dan tiba-tiba Si Monyet merasakan sakit luar biasa hanya sesaat setelah dia rileks dan melepaskan kewaspadaannya.
"Kiikkk?" Si Monyet melirik ke arah sumber rasa sakit itu dan sebuah benda tertancap di dada sebelah kirinya.
Dia tak melihat atau merasakan kapan serangan itu datang tapi benda itu telah terbenam di dadanya dan menusuk tepat ke jantungnya yang ada di dada kirinya.
"Kiiiikkkk?" Si Monyet menahan sakit dan pandangan matanya mulai terasa kabur.
Si Monyet Tanpa Ekor juga mulai merasakan kalau tenaganya menghilang secara perlahan-lahan. Tapi dia berusaha melihat ke arah sekelilingnya dan mencoba mencari tersangka yang menyerangnya.
Koma berjalan pelan dan keluar dari persembunyiannya.
Dengan kecepatan yang luar biasa, Koma mengeksekusi serangannya secara akurat dan sempurna.
Flawless.
Serang, tanpa suara, secepat kilat, dan tepat sasaran. One attack, one kill, without mistakes.
Ular Daun melihat semuanya dan berdesis pelan. Sorot matanya terlihat senang dengan kemalangan yang baru saja menimpa musuhnya. Ajalnya memang tak terhindarkan, tapi melihat musuhnya ikut menemaninya, Ular Daun merasa senang.
Pemenang sebenarnya dari pertarungan ini bukanlah dirinya atau Si Monyet Tanpa Ekor, tapi mahluk yang baru saja menunjukkan dirinya itu.
Mahluk yang berukuran tubuh lebih kecil daripada dia dan Si Monyet, tapi berhasil mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Dua tubuh binatang buas tumbang tanpa nyawa tak lama kemudian.
Koma berjalan mendekati kedua tubuh itu dan mengambil poin yang ada dari mereka.
"178 poin. Hmmm," gumam Koma pelan.
Tanpa berpikir panjang, Koma tahu selisih poin yang dimilikinya dengan sang Top Skorer yang setiap hari namanya selalu didengungkan oleh Pulau melalui sistem notifikasi mini komputer miliknya.
"125 poin lagi," gumam Koma pelan sambil melihat ke arah Barat.
Dia datang dari sisi timur dan dia tahu kalau buruannya berada di sisi baratnya. Meskipun tak ada yang memberitahunya, tapi instinct Koma mengatakan demikian.
Tanpa mempedulikan kedua bangkai binatang buas level 4 yang ada di dekatnya, bayangan Koma lalu menghilang dari tempat itu.
Sama seperti saat dia datang, tanpa suara dan sangat cepat. Kecepatan yang sampai saat ini dianggap sebagai nomor satu di Pulau, bahkan mengalahkan kecepatan sang Monster terkuat Koga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Ciencia Ficción(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..