Tahap Ketiga, Day 4, Tengah hari.
Koma terkapar kelelahan saat matahari bersinar dengan teriknya dan berada tepat di atas kepala. Tapi Koma tak merasakan panasnya terik mentari itu. Dia terlindungi dari kejamnya sinar mentari di bawah lindungan pepohonan dan ceruk alami yang menjadi surganya.
Koma merasakan rumput yang lembut di bawah tubuhnya dan angin semilir yang berbau garam datang dari arah laut, membuat keringatnya dapat dengan cepat mengering tetapi meninggalkan sedikit rasa lengket di kulitnya yang putih.
Dia kelelahan, tapi sangat menikmati semua proses latihan ini. Karena Koma tahu, tanpa pengorbanan keberhasilan tak akan pernah datang.
=====
“Tinggal bentar lagi kan Gaju?” tanya Tian sambil memberikan sepotong daging rusa yang sudah dipanggang dan diberi garam oleh Tian.
Aju tadi memburu rusa liar itu dan mereka menggunakan hewan itu untuk makan siang mereka saat ini. Mereka berempat sebenarnya memiliki makanan siap saji di dalam tas ransel masing-masing, tapi mereka memutuskan untuk menggunakan itu untuk kondisi terdesak, kondisi dimana berburu dan mendapatkan sumber makanan dari alam tak memungkinkan lagi.
Mereka berempat duduk melingkar di dekat sebuah perapian kecil di bawah rindangnya pohon dan tebing yang tidak terlalu tinggi dari Gunung yang dituju oleh grup ini.
“Kita sudah berada di kakinya, aku rasa, kita tinggal mendaki sedikit saja,” jawab Gaju.
“Tak perlu sampai ke puncak kan?” tanya Adel yang memegang dua tusuk daging rusa dengan kedua tangannya.
Tian hanya mencibir ke arah Adel dan memakan dagingnya dengan pelan.
“Ngapain liatin segitunya?” protes Adel saat melihat cibiran Tian.
“Cewek kok barbar gitu sih? Makan pake dua tangan. Nggak ada feminim-feminimnya,” kata Tian sambil tertawa.
“Eh, Dada Rata, protein tinggi itu bagus buat pertumbuhan badan. Kalau kamu makan dikit dan sok jaim kek gitu, kapan mau tumbuh tu dada?” kata Adel yang membuat Tian langsung terdiam.
Gaju dan Aju pura-pura tak mendengar dan asyik menikmati makanan di tangan mereka.
=====
Seorang remaja laki-laki terlihat berlari dengan kecepatan sedang di pinggiran Hutan. Dia tak mau masuk terlalu dalam ke Hutan tapi tetap membutuhkan perlindungan dari Hutan untuk membuatnya mudah bergerak dan terhindar dari bahaya.
Gama masih mengenakan body armor lengkap miliknya, meskipun benda itu membuat tubuhnya terasa lebih berat dan membutuhkan stamina lebih untuk menggunakannya, tapi tanpa body armor miliknya ini, Gama tahu kalau dia tidak memiliki kesempatan hidup di Hutan.
Gama tak seperti tim Gaju yang berniat untuk menuju ke Gunung dan mendirikan base camp mereka disana, jauh dari Komplek dan jangkauan Tim Koga.
Gama juga tak seperti Koma yang hidup menyendiri di surga kecilnya yang berada di sebelah timur Pulau, tanpa sepengetahuan siapa pun.
Gama memutuskan untuk menyusuri tepian Hutan dan mendirikan base campnya di salah satu tepi Hutan yang berada di sebelah barat Pulau, berkebalikan dengan Koma yang ada di timur, ataupun Gaju dan grupnya yang ada di Utara.
Tak ada apa pun yang istimewa di sebelah barat Pulau yang menjadi tujuan Gama, tapi dia sudah memutuskan kalau tempat ini adalah tempat paling cocok untuknya sebagai persinggahan pertama.
Gama tak pernah memutuskan untuk menetap di satu tempat. Baginya, selalu bergerak adalah opsi teraman. Dan arah barat adalah arah teraman yang akan dia tuju sekarang.
=====
“Kurang ajar!! Tia, dasar Cewek Sawo Matang!!” gerutu Songnam sambil berjalan di sela-sela pepohonan yang tidak terlalu rindang.
Seperti Gasa yang mulai menyisir Komplek tadi pagi dan bertemu dengan Gama, Songnam juga harus melakukan tugasnya untuk memimpin Explorer Team dari Tim Koga. Mereka sedang melakukan mapping area Hutan yang terluar dan dekat dengan Komplek.
Sama seperti Koga yang memilih pasangan hanya dari wanita Asia, Songnam juga sama, dia tak suka bergaul dengan Kandidat yang sedikit berbeda warna kulitnya. Karena itu, kemarin sore saat pembagian Tim dan dia harus memilih anggotanya, hanya ada dua orang yang berhasil menjadi anggotanya.
Sako, alias Satu Kosong, seorang perempuan yang memiliki keturunan Jepang, dan Duma, Dua Lima, dengan ciri genetik dari Asia Selatan.
Tapi, tadi pagi, sebuah kabar gembira membuat Songnam tersenyum cerah, Tien bergabung bersama Tim Koga. Tanpa berpikir panjang Songnam mengajak Tien ke Explorer Team dan kini mereka berempat bergerak di dalam Hutan dengan hati-hati.
Kenapa Songnam senang sekali saat Tien ikut bergabung dengan tiba-tiba?
Karena Tien bukanlah Kandidat biasa. Dia memiliki kemiripan dan karakter fisik yang mirip dengan Tian, sang Idola. Selain itu, berbanding terbalik dengan Tian yang merupakan seorang Strategist, Tien lebih berbakat dengan fisiknya. Tien mempunyai skor PA 2.7, sama dengan Gasa dan Tutu yang terpilih menjadi leader Attack dan Defense Team.
Tien bisa dengan mudah meminta Koga untuk memberinya posisi yang bagus dalam Tim Koga, bahkan mungkin lebih bagus daripada dirinya sendiri, karena Tien memiliki kemiripan wajah dengan Tian, dan Songnam tahu kalau kekasihnya memiliki obsesi terpendam untuk Tian.
Songnam tak tahu apakah perasaan Koga adalah obsesi atau sesuatu yang lain. Tapi dia yakin kalau Koga punya ketertarikan luar biasa kepada sosok Tian.
Sebelum Tien menyadari kelebihannya dan peluangnya untuk mendapatkan posisi yang bagus dalam Tim Koga, Songnam berpura-pura mengulurkan tangannya dan menarik Tien ke dalam Timnya.
Tien yang masih merasa asing dengan Tim Koga, tentu saja menerima uluran tangan Songnam, kini mereka berempat, Explorer Team dari Tim Koga sedang menjalankan tugasnya bersama.
=====
"Professor?" tanya seorang Pengurus kepada sang Professor di dalam ruangan kontrol dalam Komplek Pengurus.
"Broadcast sekarang," kata sang Professor pendek.
"Baik Professor," jawab sang Pengurus dan segera melaksanakan perintah itu.
======
Bip bip bip.
Suara alarm terdengar dari semua mini komputer yang ada di tubuh masing-masing Kandidat.
Setelah Ujian Eliminasi, karena tak ada lagi aturan dari Pulau, para Kandidat yang mungkin merasakan kebebasan untuk berekspresi banyak yang memodifikasi mini komputer mereka.
Ada yang menjadikan benda itu sebagai kalung, ikat pinggang, emblem dada, pengganjal pintu kamar, alas kaki, dan bahkan menjadikan mini komputer mereka sebagai gantungan kunci.
Ketika suara alarm serentak berbunyi dari mini komputer masing-masing, mereka semua yang terlalu ekstrim memodifikasi mini komputer mereka berteriak kaget dan segera melepasnya.
Gaju dan timnya, Koga, Gama, Koma dan beberapa Kandidat yang memiliki kecerdasan diatas Kandidat yang lain tahu kalau benda secanggih itu tak akan mungkin tak berguna. Mereka tetap menyimpannya dengan hati-hati.
"Selamat siang para Kandidat."
"Pulau tak lagi memberikan aturan, tapi Pulau tetap akan memberikan penyemangat untuk para Kandidat."
"Yang pertama, mini komputer penting untuk Kandidat, sangat penting seperti nyawa kalian."
"Yang kedua, mulai Tahap Ketiga, Pulau akan mengenalkan sistem poin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaju - The Survivors (Completed)
Science Fiction(Action, Fantasy, Sci-Fi) This page is intentionally left blank. *Biar berasa kek baca buku-buku luar negeri ya kan? Wkwkwk..