Selamat Hari Raya Idul Fitri semuaaaaa
Cieee yang udah selesai puasa. Gimana kabar kalian? Tetep sehat kan?Minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin. Maaf atas semua kesalahanku di dunia oren ini baik sengaja ataupun enggak.
Happy Reading!
Seperti ucapan Regan saat makan malam, malam ini Revika tidur bersama sang kakak. Tentu dengan senang hati gadis itu menerimanya. Tidak tahukah mereka jika ia masih merasa sedikit takut jika harus tidur sendiri di kamarnya yang luas itu? Saat mandi tadi, dia sudah membayangkan malam panjangnya karena tidak bisa tidur. Tapi semua itu hanya angan belaka karena sekarang ia sudah berada dalam dekapan sang kakak. Bergelung nyaman disana hingga pagi menjelang. Jangan lupakan lagu pengantar tidur yang Regan nyanyikan untuknya. Kakaknya ini sangatlah pengertian.
Pagi menyambut. Sinar mentari berlomba-lomba muncul menyinari bagian bumi yang lain. Menandakan jika waktu tidur bagi semua orang sudah selesai. Sekarang saatnya mereka untuk bangun dan memulai aktivitas mereka dengan semangat.
Seperti dikamar bernuansa abu itu, pria dengan anting di telinga kanannya terus saja memandangi gadis yang masih tertidur nyenyak dalam dekapannya. Bergelung nyaman di dalam sana. Seolah silaunya sinar mentari tak menggangunya. Malah membuatnya semakin masuk kedalam dekapan kakaknya. Sungguh pemandangan yang menggemaskan.
Sudah hampir satu jam Regan bergeming. Matanya terus memandang wajah lelap adiknya, tangannya juga tak berhenti untuk mengusap rambut lembut adiknya. Rambut halus beraroma stroberi, entah sejak kapan ia menjadi suka dengan aroma shampo anak-anak. Ya, aroma rambut adiknya adalah shampo anak-anak, karena aroma shampo gadis kebanyakan tidak seperti ini.
Tok, tok, tok!
"Regan? Gue masuk."
Belum Regan menjawab, pintu sudah lebih terbuka, menampakan sosok kakak tertuanya dengan setelan formal andalannya. Apa pria itu tidak panas menggunakan pakaian seperti itu setiap hari?
"Gada yang ngijinin lo masuk." sinis Regan, meski suaranya pelan namun masih terdengar oleh kakaknya.
"Tidur jam berapa dia semalem?" alih-alih menjawab ucapan adiknya, Reza malah memberi pertanyaan.
"Sekitar jam sepuluh." jawab Regan, atensinya kembali pada sang adik yang masih nyenyak tidur.
"Mandi sana lo! Vika biar gue yang bangunin."
Meski malas, Regan menurut juga. Dia tahu perasaan kakaknya yang juga ingin bersama adik mereka yang sudah lama tak bertemu. Meski mereka berdua terkesan kurang dekat, tapi nyatanya keduanya sangatlah dekat. Tak jarang mereka saling berbagi isi hati. Reza akan banyak bicara saat mengeluarkan unek-uneknya, biasanya disertai dengan amukan. Jadi tempat curhat Reza biasanya di ruang olahraga. Berbeda dengan Regan yang akan langsung mengoceh pada sang kakak, dan jika sang adik sudah mulai bersuara, Reza akan menjadi pendengar yang baik.
Dari luar semua keluarga Wiratama terkesan tak tersentuh, sebenarnya mereka semua sangat terbuka pada keluarga. Ajaran sejak kecil orangtua mereka yang membuat mereka seperti itu. Hanya saja, Reza lebih nyaman bercerita pada Regan begitupun sebaliknya.
Setelah menghilangnya Regan dibalik pintu kamar mandi, Reza mendekat kearah ranjang. Tatapannya tak lepas dari adik kecilnya yang masih meringkuk diatas ranjang. Bahkan tidurnya tak terganggu meski sang kakak melepas pelukannya. Suara kedua kakaknya pun tak membuatnya terbangun. Apa senyenyak itu tidur adiknya?
Memikirkan itu membuat Reza teringat akan masa lalu adiknya, apa sebelum ini tidur adiknya tak pernah sepulas ini? Apa selama ini tidur adiknya nyaman diatas ranjang seperti dia juga semua keluarganya?
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...