New Life || 04. Cemburu [Revisi]

49.3K 3.3K 73
                                    

"Kenapa lama?" pertanyaan dari Reza menyambut kedatangan Revika dan Gibran.

Sepasang kakak adik itu datang sedikit terlambat dari jam makan malam seperti biasa. Mungkin jika hanya Revika yang terlambat masih mereka maklumi, karena ini baru pertama kali bagi Revika ikut makan malam keluarga, berbeda dengan Gibran yang sudah tahu aturan rumah ini. Beruntung Gibran datang bersama dengan Revika, jadi lelaki itu lolos dari ceramah panjang kedua ibunya.

"Kepo aja urusan anak muda." jawab Gibran acuh. Lelaki itu menarik kursi, kemudian mempersilahkan adiknya duduk.

"Makasih Bang." ucap Revika disertai senyum manisnya setelah duduk.

Gibran hanya mengangguk seraya mengacak pelan rambut adiknya gemas. Lelaki itu duduk dikursi sebelah adiknya. Sedangkan di sebelah kiri Revika ada Reza. Generasi muda tertua itu seakan memang menyiapkan kursi itu untuk Revika agar duduk disebelahnya.

"Ayo makan." ucap Rian membuka makan malam.

Berbeda dari makan malam biasanya, untuk keluarga Wiratama malam ini sangatlah spesial. Begitupun dengan makan malam berikutnya. Dimana semua anggota keluarga berkumpul. Apalagi dengan adanya Revika, putri bungsu keluarga Wiratama.

Baik Farah maupun Alina, kedua wanita itu tersenyum haru menyaksikan kelengkapan keluarga besar mereka. Akhirnya, semuanya bisa berkumpul seperti sekarang. Padahal sebelumnya, sangat sulit membuat semua anggota keluarga berkumpul. Setelah para generasi muda menginjak usia dewasa, mereka semua keluar dari rumah. Memilih tinggal di apartemen dengan alasan dekat dengan kampus ataupun kantor. Kecuali Gava tentunya, sebenarnya anak itu juga ingin seperti para saudaranya. Tetapi karena bujukan sang bunda, jadilah ia tetap di rumah. Begitupun dengan generasi tertua, setelah kehilangan cucu perempuan mereka, pasangan lansia itu memilih pindah ke Bandung, dengan alasan ingin menghabiskan masa tua bersama.

Ruang makan yang biasanya sepi, kini terisi dengan ocehan Gava yang ditanggapi para saudaranya. Meski Revika masih sedikit canggung, gadis itu mencoba untuk berbaur. Juga dengan Regan yang terus menggoda Revika. Sungguh pemandangan yang sangat diinginkan selama ini.

"Abang... Kak Regan nyebelin!" adu Revika pada sang Abang. Dia tahu kalau kakaknya hanya bercanda, tapi lama-lama menyebalkan juga.

"Perlu Abang timpuk biar otaknya normal lagi?" balas Gibran setelah menelan makanannya.

"Gava wakilin Bang!" seru Gava semangat. Kapan lagi ia bisa menimpuk kakak yang kata Revika menyebalkan itu.

"Berani?" tanya Regan menantang.

Wajah Gava yang tadinya cerah berubah muram. Tentu saja dia tidak berani. Selain tidak sopan, sudah pasti dia kalah kalau baku hantam dengan sang kakak. Secara, Regan itu preman--kalau katanya--ya, dilihat saja dari wajah juga kelakuan. Apalagi dulu Regan kerap kali terlibat perkelahian. Gava masih sayang dengan nyawanya.

Ditengah percakapan para anggota keluarga, ada satu orang yang merasa berbeda. Reza Davilla Wiratama. Dia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri. Bukan karena dia tidak bisa masuk kedalam percakapan ataupun keluarganya acuh padanya. Karena semua itu tak penting baginya. Yang penting baginya adalah sang adik perempuan satu-satunya. Adik bungsunya. Dia merasa seperti tak berguna atau lebih tepatnya tak dianggap oleh sang adik? Entahlah. Yang jelas, ia merasa cemburu pada Gibran, karena Revika mau bermanja pada Gibran sedangkan padanya bahkan terkesan takut.

"Akhir pekan kita semua kerumah Oma dan Opa kalian. Papah harap kalian bisa ikut semua." ucap Rian setelah acara makan malam selesai.

Semua generasi muda-minus Revika-terdiam kemudian saling pandang. Mereka seakan berkomunikasi lewat mata mereka. Dan semua orang akhirnya menatap pada Reza, kakak tertua mereka.

New Life (#1 Wiratama's) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang