"Jalan bareng, tidur bareng, kenapa kamu nggak ngajak Kakak tercakepmu ini dek?" keluh Gava menyambut kedua saudaranya yang baru saja bergabung di meja makan untuk sarapan.
"Cakepan Taehyung." jawab Revika kemudian terkekeh. Apalagi melihat wajah kakak termudanya itu cemberut. Dengan senang hati dia menghampiri sang kakak kemudian mencium kedua pipi kakak termudanya itu.
"Tae- Tae apa tadi? Ya itulah, emang siapa dek?" bukan Gava yang bertanya, melainkan Regan. Jiwa keponya mulai nampak. Bagaimanapun dia itu manusia, dan manusia selalu memiliki jiwa kepo.
"Tae ayam kali." timpal Gava kemudian terkekeh sendiri. "Aw! Sakit dek." adunya ketika merasakan cubitan keras di perutnya.
"Lagian bias Vika ngapain dijelek-jelekkin?!"
Bukannya merasa takut dengan kemarahan adiknya, Gava malah ingin tertawa. Wajah adiknya itu imut plus manis, untuk menjadi garang malah aneh. Bukannya terkesan galak malah jadi terlihat imut. Dengan mata mendelik tajam yang malah membuat semakin imut dengan sepasang mata belo itu. Berkacak pinggang dengan tampang seperti ibu-ibu marah yang malah terlihat lucu dimata Gava.
"Bias itu apa Ngel?" kini giliran Gibran yang bertanya. Membuat Gava tersadar dari aksi pengamatannya pada sang adik.
"Ish!" decak Revika kesal kemudian menghentakkan kakinya, berjalan menuju kursinya. Bibirnya mencebik kesal. "Tanya-tanya kayak tahu aja." gerutunya pelan. Yang terdengar tidak jelas oleh yang lain karena seperti gumaman.
"Hah? Apa dek?"
"Enggak. Udah ayo makan!" ajaknya yang langsung diiyakan oleh Papahnya.
Sarapan berlangsung seperti biasanya. Bedanya mereka semua kini memakai baju santai. Tidak ada yang memakai seragam sekolah ataupun setelan formal. Artinya semua orang akan tetap berada di rumah hari ini. Tidak ada yang berpergian.
"Hari ini kita semua nggak ada acara kan?" tanya Rian setelah selesai membahas tentang pendidikan anak-anaknya. Berhubung mereka -Gibran, Regan, dan Gava- sudah akan lulus, makanya mereka membahas akan melanjutkan kemana. Dari Gava yang ingin masuk ke Universitas yang sama seperti kedua kakaknya. Gibran yang tidak ingin bekerja di perusahaan milik keluarganya, karena dia ingin belajar dari nol. Katanya ingin mendapat pengalaman baru. Dan Regan yang belum ingin bekerja dalam waktu dekat. Katanya ingin menikmati waktu senggangnya.
"Enggak, kenapa Pah? Mau liburan ya?" sahut Gava. Dirinya hanya asal bertanya saja, tidak tahunya malah dijawab dengan anggukan Papahnya. "Eh beneran?" tanyanya ragu. Karena tumben sekali mereka mengadakan jalan-jalan keluarga.
Selama hidupnya, jalan-jalan yang pernah dia rasakan bersama keluarga adalah ketika dia bersama semua saudaranya ke kebun binatang. Walaupun sudah tidak tepat bagi usianya yang akan menginjak dewasa, dia senang-senang saja kesana karena bersama semua saudaranya. Terlebih ada adik kesayangannya.
"Kemana Pah?" tanya Revika menimpali. Dari nada bicaranya saja sudah kelihatan jika gadis itu begitu antusias.
"Putri Papah maunya kemana?" tanya balik Rian. Sebenarnya dia pun belum merencanakan liburan ini. Hanya iseng saja karena melihat semua orang ada dirumah. Biasanya walaupun weekend, pasti ada saja salah satu dari mereka yang tak ada dirumah.
Terlihat jika Revika berpikir. Kepalanya bergerak untuk menatap semua anggota keluarganya. Menimang tempat mana yang harus dia pilih. Sebenarnya dia ingin ke taman bermain, tapi bagaimana dengan orangtuanya?
"Pantai!" jadilah dia memilih tempat yang juga ingin dia kunjungi sejak lama. Menurutnya tempat itu bisa untuk semua kalangan usia. Jadi menurutnya tidak masalah bagi para orangtua.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...