Halooo
Sebelum mulai aku mau numpang promosi dulu. Aku ada cerita baru nih. Judulnya Let Me Down Slowly. Tentang backstreet campur misteri gitu. Tahu kan kalau aku suka bikin yang muter-muter. Kuy baca! Tebak sebenarnya siapa peneror Eric.
Happy Reading!
Semua berjalan tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Ia pikir ucapan wanita itu hanya bualan semata. Namun semua menjadi fakta hari ini. Pada malam ini, hari ulangtahun adiknya.
"Kenapa kalian repot mencariku? Padahal aku akan datang kerumah kalian nanti, memberikan kado ulangtahun pada adik kalian. Dan jangan lupakan kejutan yang sudah kusiapkan untuk keluarga kalian."
Berawal dari dia yang menemukan obat di kamar adiknya. Obat yang seharusnya menggunakan resep dokter. Tetapi adiknya saja tidak mendapatkan obat ini dari dokter. Lalu mengorek informasi dari ibunya. Mencari kembali memori tentang tragedi yang sempat ia lupakan. Dan dia sadar, adiknya tidak akan diculik jika Kakak dan Ibunya tidak lalai karena membantunya. Salahnya. Walaupun ibunya mengatakan itu bukan salahnya, tetap saja ia merasa bersalah. Tetapi bukan hanya itu yang ia dapatkan. Sebelumnya ia sudah menyaksikan pertengkaran kedua orangtuanya. Hal yang begitu tabu baginya. Walaupun dia geram, ia tidak ingin kedua orangtuanya berpisah. Memang ada anak yang ingin memiliki keluarga hancur? Tidak. Jika ada, mereka hanya mencoba menerima. Masalahnya bukan hanya pada dia, tetapi adik kecilnya. Ia tidak ingin melihat adiknya hancur karena kedua orangtuanya berpisah.
Dan disinilah ia sekarang. Berada di kamar sang kakak. Dari semua saudaranya, kakaknya lah yang paling bisa membuatnya nyaman untuk bercerita. Walaupun dari luar terlihat begitu kaku dan cuek pada sekitar. Kakaknya adalah sosok yang begitu peduli pada adik-adiknya. Memang dia melarang adik-adiknya berucap tidak sopan walau hanya sekedar menggunakan lo-gue namun itu hanya setelah kembalinya adik mereka. Sebelumnya Reza biasa saja. Mungkin sekarang agar tidak mempengaruhi otak adik mereka.
"Kak? Lo inget kejadian waktu adek diculik dulu? Lima belas tahun yang lalu."
"Inget."
"Gimana bisa? Mamah bilang ingatan kita dihapus biar nggak trauma, kenapa lo bisa inget?"
Tersenyum tipis, Reza kembali menghisap rokok kemudian menghembuskan asapnya. Jangan heran ketika melihat sulung Wiratama merokok. Memang bukan pecandu, tetapi ketika ada masalah maka zat nikotin akan menjadi teman dekatnya. Hal itu juga berlaku bagi Regan. Kakak beradik yang tengah berada di balkon kamar Reza kini tengah menikmati zat nikotin yang sudah lama tidak mereka rasakan.
"Inget waktu gue kecelakaan tiga tahun lalu?" tanya Reza tanpa menoleh. Punggungnya ia sandarkan pada pagar pembatas, namun tatapannya kosong mengarah pada pintu kaca. "Gue inget sehabis gue siuman. Tapi gue nggak cerita sama siapapun. Karena gue sadar, kisah yang mereka karang juga buat kebaikan gue. Kebaikan lo. Gue yang udah gede aja hampir gila lagi kalau inget kejadian dulu, apalagi pas kita masih kecil?"
"Salah gue bang, ha-"
"Salah kita. Salah gue, lo, sama Mamah. Kita sama-sama lalai. Lupa kalau ada adek kita yang harus dijaga disana." memang bibirnya berkata seperti itu, namun dalam hati ia menyalahkan diri sendiri. Dia yang saat itu tengah menggendong adiknya. Lalu ia tinggalkan adiknya begitu saja. Tidak bisa berbuat apapun ketika adiknya menangis memanggil namanya. Setiap kali ia mengingat itu, rasanya ia ingin mati saja. Wajar orangtuanya menghapus ingatannya, jika ia masih ingat kejadian itu sejak dulu, mungkin hanya ada nama Reza sekarang.
"Gue nemu ini." Regan mengeluarkan botol kecil dari sakunya. "Dikamar adek. Satu udah gue kasih ke dokter buat diperiksa ini obat apaan. Tapi feeling gue ini obat depresi." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...