Harusnya ini nggak di update sekarang, tapi melihat seberapa antusias kalian sama cerita ini bikin aku terharu. Berhubung kalian nggak pelit buat kasih bintang cerita ini, jadi aku kasih bonus update sekarang.
Jan lupa votement ya? Biar tambah semangat akunya wkwk. Happy reading guys!
🍁🍁🍁🍁
Waktu yang tidak Revika sukai adalah setelah sarapan. Revika ingin memiliki kegiatan yang tidak membuatnya bosan. Membaca cerita setiap saat untuk membunuh rasa bosan pun lama-lama membosankan baginya. Kedua ibunya selalu melarang dia melakukan pekerjaan seperti membersihkan rumah ataupun memasak. Padahal dia ingin belajar memasak. Dari cerita yang dibacanya, wanita yang bisa memasak itu terlihat keren. Tapi dia bahkan belum pernah menyentuh kompor.
Menghela nafas, Revika menjatuhkan pandangannya pada hamparan kolam renang belakang rumah. Betapa besarnya rumah keluarga orangtuanya ini. Seperti kerajaan besar seperti pada dongen yang dibacakan Ibu Helena sewaktu dia kecil.
"Nggak dalem kan ya?" tanyanya entah pada siapa dengan mata terus menatap pada air yang tenang. Perlahan dia menundukkan tubuhnya dan duduk ditepi kolam. Perlahan kakinya ia masuk kedalam air. Tak apalah, waktu awal datang dia pun melakukan ini dengan kakaknya.
"Airnya seger." ucapnya riang. Tetapi dia tidak melakukan hal lebih. Pagi tadi dia sudah mandi, dan dia belum ada niatan untuk mandi lagi.
Lama Revika duduk disana. Memainkan ujung kakinya yang ada di dalam air. Ada kesenangan tersendiri saat dia bermain dengan air seperti ini.
"Permisi Nona."
Suara tersebut membuat kepala Revika menoleh. "Ada apa Enni?" tanya Revika pada wanita yang berprofesi sebagai pelayan di rumah besar Wiratama.
"Sudah waktunya untuk makan siang, Nyonya Alina juga Nyonya Farah sudah menunggu dimeja makan." ujar Enni.
Revika mengangguk. Tak terasa sudah jam makan siang saja. Menarik kakinya dari dalam air, Revika beranjak dari duduknya. Kakinya melangkah, namun naas, lantai yang terkena air dari kakinya terasa licin. Seperti adegan di film yang di slow motion, tubuhnya terjengkang kebelakang.
Byur!
Dan dalam hitungan detik tubuhnya sudah terjatuh ke dalam air. Matanya otomatis terpejam karena air yang masuk. Nafasnya dia tahan, tangannya berusaha bergerak menggapai apapun yang dia bisa. Tidak ada yang di dengarnya. Dunia seakan diam. Tubuhnya pun tak kunjung sampai ke permukaan.
Lama dia mencoba menahan nafasnya tapi tidak bisa. Rasa takut mendominasi dirinya. Apa dia akan tenggelam? Apa ini akhir hidupnya? Pertanyaan itu muncul dalam kepalanya ketika merasakan sesak luar biasa. Rasanya sesak dan dia takut. Dimana para Kakaknya? Dimana orangtuanya? Kenapa mereka tidak menolongnya? Apa mereka tidak menyayanginya?
Kesadaran Revika mulai terenggut. Rasa sesak bercampur takut membuatnya tidak berdaya. Tangannya sudah tidak bergerak lagi. Dan di detik berikutnya, kesadarannya benar-benar menghilang.
*****
"NONA!" pekik Enni ketika melihat tubuh majikannya terjungkal kebelakang. Tubuhnya membeku melihat tubuh putri tunggal majikannya jatuh kedalam air. Kejadiannya terlalu cepat, otaknya bahkan belum sempat mencerna semuanya.
"Kenapa kau berteriak Enni? Dimana etikamu?"
Pertanyaan dari seseorang yang tiba-tiba muncul dari pintu dibelakangnya membuat Enni membalikan tubuhnya. Disana berdiri sang nyonya besar sambil menatapnya tajam. Sepertinya suaranya terlalu keras sampai membuat majikannya itu marah. Itu baru suaranya, bagaimana dengan kenyataan putri dari majikannya yang tenggelam?
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...