New Life || 37. Cerita

19.2K 1.6K 119
                                    

"Siang sayang, udah puas tidurnya?" sapa Regan ketika melihat sepasang mata indah adiknya terbuka. Balasan dari adiknya cukup membuatnya senang, walaupun hanya sebuah senyum tipis, itu sudah termasuk kemajuan.

"Mamah sama Bunda lagi pergi, yang lain juga pada lagi sibuk sendiri. Jadi... Adek cantik Kakak ini bakal ngehabisin waktu sama Kakak gantengmu ini sampai malem. Gimana? Suka?"

Memang hanya ada mereka berdua saja diruangan luas bernuansa putih ini. Ketika ibunya meminta dia untuk kerumah sakit ia langsung datang kesini. Kedua kakak tertuanya tengah sibuk di kantor, bagaimana pun juga kantor tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Belum lagi dengan Papahnya yang kini menghilang entah kemana. Jika saja menjadi anak durhaka diperbolehkan, ia sangat ingin menghajar pria yang sudah membuatnya ada di dunia ini. Lalu kedua saudaranya yang lain tengah beristirahat. Dia tahu, semalam para saudaranya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Biarlah mereka beristirahat sekarang.

"Kenapa hm? Nggak suka sama Kakak?" tanya Regan lagi. Adiknya yang tak kunjung memberi respon membuatnya berpikir jika Revika tidak ingin hanya bersama dirinya. Bisa saja adiknya ini ingin bersama ibunya kan?

Kepala Revika menggeleng pelan. "Vika suka..." lirihnya pelan. Senyum Regan seketika mengembang mendengar itu. Diusapnya lembut sisi wajah adiknya. Wajah pucat itu sedikit terlihat lebih baik sekarang.

"Kak... Papah mana?"

Pertanyaan Revika sontak membuat tangan Regan berhenti mengusap wajah adiknya. Pria itu terhenyak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut adiknya. Ia ingat kejadian sebelum adiknya dilarikan kerumah sakit. Adiknya ditemukan pingsan di depan kamar kedua orangtuanya. Apa mungkin adiknya tahu?

"Papah lagi ada urusan, kenapa sayang?" memang dia ingin menanyakan apa Revika mengetahui sesuatu tentang kedua orangtua mereka. Tetapi ia masih ingat dengan kondisi adiknya sekarang. Biarlah nanti dia akan bertanya di waktu yang tepat.

"Kak..." suara Revika terdengar gemetar, matanya mulai berkaca masih menatap sosok kakaknya. "Papah jahat..." lirihnya pelan. "Papah punya hubungan sama Tante Helena. Mamah Alina minta cerai dari Papah..." lanjut gadis itu pelan. Begitu pelan hingga menyerupai bisikan.

Hati Regan mencelos mendengar itu. Tubuhnya masih belum bereaksi. Melihat adiknya kini terisak pelan. Jadi adiknya tahu? Adiknya tahu jika orangtua mereka tidaklah seharmonis yang terlihat? Bahkan adiknya tahu jika ibu mereka meminta cerai pada ayah mereka. Adiknya tahu semua itu, dan hanya diam saja? Memendam semuanya sendirian. Entah sehancur apa perasaan adiknya ini.

"Kak..."

Lirihan Revika menyadarkan Regan. Pria itu segera menundukkan tubuhnya. Jemarinya mengusap pelan pipi adiknya lembut. Menghapus jejak air mata disana. Dikecupnya pelan kedua kelopak mata adiknya bergantian. Menyalurkan rasa sayangnya.

"Semua akan baik-baik saja, percaya sama Kakak." ucapnya pelan kemudian mencium kening adiknya lama. Seakan tengah menyalurkan kekuatan pada adiknya lewat itu. Dia ingin adiknya kuat. Dia tidak ingin adiknya lemah karena hal ini. Kata baik-baik saja memang ampuh untuk menenangkan seseorang, meski mereka tahu jika tidak ada yang baik-baik saja sekarang.

"Vika mau duduk." ucap Revika sarat akan permintaan. Matanya menatap memohon pada sang kakak ketika melihat kakaknya akan menolak.

Menghembuskan nafas pelan, Regan membantu adiknya untuk duduk. Lalu dia sendiri duduk di kursi tepat sebelah ranjang adiknya. Tempat dimana dia menunggu adiknya sejak pertama datang tadi.

"Vika mau kasih tahu sesuatu." ucap Vika masih dengan suaranya yang lemah, tidak seperti biasanya.

"Apa sayang?"

New Life (#1 Wiratama's) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang