"Selamat ulang tahun sayang."
Senyum wanita itu terlihat begitu mengerikan dimata Revika. Sorot mata yang menarik dirinya kedalam masalalu. Semua adegan itu berputar begitu saja di kepalanya. Seperti rekaman yang dilihat kembali. Menimbulkan rasa takut yang sudah ia coba lawan selama ini.
"Semoga Vika dan keluarga Vika selalu bahagia."
Itulah keinginannya tadi. Apa terlalu sulit? Apa terlalu berlebihan hingga Tuhan tidak mengabulkannya? Atau memang kebahagiaan tidak mau singgah ke kehidupannya. Jadi begini takdirnya? Terjerat pada tali kekang kasat mata yang membuat hidupnya kembali terbelenggu dalam kegelapan.
Satu kakinya melangkah mundur tanpa sadar. Tubuhnya gemetar, rasa takut tidak bisa ia sembunyikan lagi. Ia takut. Benar-benar takut. Bisakah ia menghilang saja sekarang?
"Kemari sayang. Apa kamu tidak merindukanku?"
Semua orang tersentak dari keterkejutannya setelah mendengar suara wanita itu kembali. Wanita yang kini tersenyum lebar disebelah suami Alina. Rian. Sosok yang menghilang beberapa hari terakhir dan sekarang muncul bersama dengan Helena. Sang mantan kekasih.
"Apa yang kamu lakukan Rian?!" bentak Alivia geram. Jika saja tidak ada Rahendra yang menahannya, sudah pasti dia akan menampar bolak-balik wajah wanita ular itu! Ia bersumpah untuk itu.
Alih-alih menjawab, Rian hanya diam tanpa ekspresi. Tatapannya tidak terbaca. Sekilas ayah dari tiga anak itu terlihat begitu mirip dengan sosok ayahnya -Rahendra.
"Tidak pernah berubah." Helena terkekeh pelan. Kakinya melangkah maju. "Nyonya Alivia yang terhormat, apa Anda masih mengingat saya?" tanya Helena dengan gaya angkuhnya.
Alivia menggeram tertahan. Matanya menatap tajam wanita yang kini berdiri tak jauh darinya. Berdiri dengan gaya angkuhnya. Menatap semua orang dengan dagu terangkat.
"Kalau begitu biar saya memperkenalkan diri." Helena kembali mengulas senyum. "Helena Anadya Herawan. Istri dari Pratama Herawan, pria yang berhasil Anda singkirkan." walaupun ia mendesis diakhir kalimat, detik berikutnya ia kembali mengulas senyum.
Helena terkekeh sendiri layaknya orang gila. Pandangannya mengedar menatap orang-orang. Keluarga Wiratama lengkap berada disini semua. Lalu pandangannya jatuh pada sosok yang berdiri dibalik meja bersama kakaknya. Senyumnya semakin lebar melihat sosok itu takut melihatnya.
"Hai dear! Kenapa masih berdiri disana? Tidak ingin memberi pelukan hangat pada Mamah mu ini?"
Tubuh Revika tersentak. Tanpa diperintahkan kakinya sudah melangkah mundur. Hingga ia merasakan punggungnya menabrak sesuatu. Keras. Ia tahu apa itu.
"Berhenti menganggu putriku Helena! Sebenarnya apa mau mu?!" bentak Alina. Tidak ada lagi sosok manis dengan wajah lembut. Semua sudah tergantikan, sangat berbeda dengan Alina yang biasa. Hell, memang ibu mana yang tidak akan maju ketika melihat anaknya disakiti? Ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Biarlah nyawanya yang ia taruhkan sekarang. Asal putrinya selamat. Asal keluarganya bahagia.
"Suamimu. Bagaimana?"
Tersenyum tipis, Alina melemparkan tatapan mengejek. "Ambillah. Dan pergi dari sini!"
"Ow, ow! Kau dengar itu Rian? Istrimu sudah melepasmu." Helena tertawa keras seakan ada hal lucu. "Kenapa tidak kau lakukan saja sejak dulu?" tanyanya kembali menyorot Alina.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...