New Life || 48. Siksaan

21K 1.5K 156
                                    

Gelap. Sunyi. Hanya ada dirinya diruangan yang tidak ia ketahui seperti apa bentuknya. Tubuhnya merasakan dinginnya lantai. Tubuhnya terasa sakit. Kenapa dia ada disini? Memori akan kejadian beberapa saat lalu terputar seketika di kepalanya. Dimana sebuah fakta mengejutkan -dimana dia dikhianati oleh wanita sialan itu- lalu tubuhnya yang diseret paksa oleh anak buahnya sendiri. Sial! Seharusnya dia tidak mempercayakan banyak hal pada wanita itu. Hingga para pengawal yang disewanya juga. Pantas saja para orang-orang berbaju hitam itu menurut pada Elena, karena memang wanita itu sudah mengurusnya dari awal.

Rahel

Satu nama terlintas dikepalanya. Matanya langsung berpendar. Menatap sekeliling akan tetapi percuma. Karena semuanya gelap. Bahkan dia tidak bisa melihat kakinya sendiri. Beruntung anggota tubuhnya masih bisa ia rasakan. Rintihan keluar dari bibirnya ketika dia berusaha untuk berdiri.

Ia ingat, sebelumnya orang-orang sialan itu menyiksanya terlebih dahulu. Memukulinya tanpa ampun. Tanpa melihat jika dia seorang wanita. Tidak peduli dengan jerit sakit yang ia keluarkan. Mereka semua... Benar-benar kejam. Apa putrinya juga mendapat hal yang sama?

"Rahel..." lirihnya pelan. Begitu pelan layaknya bisikan. Tenaganya terkuras begitu banyak hingga untuk mengeluarkan suara begitu sulit baginya.

"Ra-"

"Akhhh!"

"Rahel!" pekiknya ketika mendengar suara jeritan itu. Begitu nyaring. Terdengar dekat. Tetapi dia tidak bisa melihatnya sama sekali. Kakinya melangkah asal akan tetapi baru dua langkah tubuhnya sudah terhuyung. Kembali mencium lantai dingin. Kakinya tidak kuat menopang tubuhnya.

"Argh!"

Matanya menatap nyalang sekitar. Jika memang kekuatan super itu ada, mungkin sekarang matanya tengah mengeluarkan sinar laser yang siap membelah apapun. Mencari sosok yang sedari tadi menjerit menahan sakit.

Klik

Matanya sontak terpejam ketika serangan cahaya menerobos masuk ke retina matanya. Beberapa kali ia mengerjap untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya. Kepalanya bergerak menatap sekitar. Ruangan kosong tanpa lubang cahaya sedikitpun. Sekali lagi, terdengar suara 'klik' disusul dengan sebuah tirai yang terbuka. Dia baru sadar, jika disalah satu sisi dindingnya adalah kaca.

"Rahel!" pekiknya histeris. Seakan mendapat kekuatan, kakinya bergerak cepat menuju dinding kaca itu. Menatap nanar sosok yang duduk menunduk dengan beberapa orang pria berdiri disana. Ada yang memegang rotan, ada yang memegang cambuk, bahkan ada yang memegang pistol. "Rahel! Rahel!"

Tuk tuk

Kepala Helena langsung menoleh ke asal suara. Di dapatinya sosok pria dengan setelah yang masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu. Wajah dingin seolah menunjukkan jika dia tidak memiliki perasaan.

"Bagaimana? Betah dengan tempat tinggal barumu?" sudut bibir merah itu tertarik membentuk senyum lebar atau lebih tepat sebuah seringaian.

"Bedebah!" dengan terseok Helena berlari menuju Reza, siap menerjang pria itu. Masih dengan sikap tenangnya, Reza membiarkan Helena mencengkeram jasnya kuat. Berdiri saja wanita ini tidak benar, dan sekarang berniat melukainya? Ckck.

"Reza!"

Bukan, itu bukan suara Helena. Melainkan sebuah suara dari luar. Suara yang sudah Helena hafal. Wanita sialan itu! Tak lama kemudian pintu yang dia pikir adalah bagian dari dinding sebelumnya terbuka dan menampakan sosok itu. Elena.

"Wow!" beo Elena ketika melihat Helena yang kini masih mencengkram jas Reza kuat. Menatap takjub hal tersebut.

"Kenapa kesini?" tanya Reza sarat akan ketidaksukaan.

New Life (#1 Wiratama's) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang