Hari Senin, berarti Revika akan kembali sendirian dirumah. Ayah dan Bundanya tengah ke Bandung sekarang. Mamahnya masih kurang sehat dan ditemani oleh suaminya. Jika dia memilih bergabung, sama saja dia akan bosan. Diapun tidak ingin mengganggu kedua orangtuanya. Jadi berakhirlah dia didalam kamarnya sendiri. Kakak-kakaknya sudah mewanti-wanti dirinya agar tidak dekat-dekat lagi dengan kolam renang. Tanpa mereka beritahupun dia pasti tidak akan mendekat kesana lagi. Dia takut.
Tok tok!
Lamunan Revika buyar. Kepalanya menoleh pada pintu yang diketuk. Tak lama kemudian pintu tersebut terbuka. Terlihat wajah kakak tertuanya. Matanya melihat kebadan kakaknya. Sulung Wiratama itu mengenakan pakaian santai rumahan. Padahal dia sangat yakin jika tadi kakaknya memakai setelan jas lengkap.
"Kakak nggak kerja?" tanya Revika seraya mendudukan tubuhnya. Terkadang dia memang takut pada kakaknya yang satu ini. Tetapi dia mencoba menekan rasa takut tersebut, dia tidak ingin menyakiti perasaan kakaknya. Kata kak Galih, Kak Reza sangat menyayanginya. Semua perlakuan yang dilakukan pria itu adalah bentuk sayangnya pada Revika. Yah, begitulah penjelasan Galih.
Reza menggeleng seraya berjalan menuju adiknya. "Kakak pengin dirumah aja." jawabnya kemudian duduk dibibir kasur.
"Tumben."
Terkekeh pelan, Reza mengacak rambut adiknya. Merasa gemas melihat ekspresi bingung sang adik. "Kakak pengin temenin kamu, kamu pasti bosan kan?"
"Serius?!" pekik Revika senang. Dia tidak menyangka jika Reza akan sepeduli ini padanya. Melihat wajah kaku kakaknya, juga senang bekerja di manapun dan kapanpun, dia tidak menyangka bahwa kakak sulungnya ini memiliki waktu memperhatikannya. Bahkan sekarang menemaninya.
"Iya. Jadi, princess ingin apa sekarang?" tanya Reza dengan senyum manisnya.
"Jalan-jalan!"
"Ayo!"
Reza beranjak diikuti sang adik. Sebelum mereka pergi, Revika memakai jaket terlebih dahulu. Untung saja keadaannya sudah membaik sekarang, jadi dia diizinkan pergi oleh kedua orangtuanya.
Sepasang kakak beradik itu masuk kedalam mobil. Sebelum memulai perjalanan, Reza terlebih dahulu menyalakan musik dimobil mereka. Bukan kebiasaannya memang, tetapi dia tidak mau adiknya merasa canggung dengan suasana mobil yang sepi. Dia bukanlah sosok pandai berkata, sulit baginya untuk membuat suasana mencair. Jadi, lebih baik ada suara lain yang mengisi perjalanan mereka.
Setelah siap, Reza melajukan mobilnya. Tidak seperti orang kesetanan seperti biasanya. Mobilnya melaju dengan kecepatan rata-rata. Sudah cukup dia membuat adiknya takut, sekarang tidak lagi. Yah, semoga saja.
"Kak?"
Reza berdeham mendengar panggilan adiknya. Kepalanya hanya menoleh sebentar saja. Yang ada mereka akan berakhir di rumah sakit jika dia tidak fokus pada jalanan.
"Lagunya bagus kayak yang dinyanyiin sama Kak Galih, Vika pengen ikut nyanyi, tapi nggak bisa." ucap Revika selanjutnya.
Lagu yang terputar adalah Say you won't let go milik James Arthur. Ah, dia ingat. Malam itu Galih menyanyikan lagu ini agar adiknya ini tertidur. Dan sayangnya dia baru sadar sekarang, Revika tidak bisa bahasa asing. Pantas saja meski sudah pernah mendengarnya Revika tidak bisa mengikuti lagu ini, karena memang bahasanya tidak adiknya ini tidak mengerti.
"Kamu suka mendengarkan musik?" tanya Reza alih-alih membalas ucapan adiknya tadi.
"Suka!"
"Kalau gitu, mari kita cari sesuatu yang bisa kamu dengarkan setiap saat." ujar Reza seraya membelokan mobilnya kearah sebuah mall besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...