Malam ini, keenam generasi muda Wiratama tidur bersama di rooftop bersama. Setelah memboyong kasur lantai keatas, mereka tidur dengan posisi Revika diapit oleh Reza dan Galih. Dua pria itu tidak mau mengalah pada adik-adiknya, mereka tetap ingin berada disisi adik perempuan mereka. Disisi lain Reza ada Gava sedangkan Regan dan Gibran disisi lain Galih.
Lama mereka berbincang dengan mata menatap langit malam. Pemandangannya memang tak seindah langit malam di desa. Tetapi cukup membuat nyaman, apalagi bagi Revika yang baru pertama kali melihat bintang. Gadis itu sangat ingin melihat bintang setelah membaca cerita berjudul Bintang. Dan keinginannya sudah terpenuhi sekarang.
Malam semakin larut, menenggelamkan mereka semua kealam bawah sadar mereka. Meski tubuh mereka tertutupi selimut, hawa dingin tetap terasa. Membuat Revika bersingut masuk kedalam dekapan kakaknya. Dan itu adalah Galih. Dengan senang hati pria itu mendekap adik cantiknya. Sedangkan Reza mengusap kepala adiknya lembut.
Tidur mereka terasa sangat nyenyak meski tidak diranjang empuk dengan penghangat ruangan. Tapi, nyatanya tidur bersama terasa lebih menenangkan daripada berada dalam ruangan luas sendirian. Hingga matahari mulai menunjukkan sinarnya, menerpa keenam insan yang masih bergelung dengan mimpi mereka.
Lama mereka tidak terganggu, mungkin karena merasa sangat nyenyak juga lelah karena tidur terlalu larut. Tetapi mereka ada di atap sekarang, bukan di kamar dimana sinar matahari tidak akan langsung mengenai kulit mereka. Tentu saja lama kelamaan mereka merasa panas, dan tidur mereka mulai terusik.
Revika lah yang pertama membuka mata. Gadis itu mengerjap, menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari yang menyilaukan mata. Perlahan gadis itu mendudukan tubuhnya. Seperti orang linglung, dia melihat sekitarnya. Lalu kilas kejadian semalam mulai melintas di otaknya.
Kepala Revika mendongak, matahari sudah cukup tinggi. Berarti hari sudah mulai siang. Lalu matanya kembali menatap kelima saudaranya. Biasanya jam segini mereka semua sudah pergi dari rumah. Entah mereka kemana dia pun tidak tahu. Tapi kenapa mereka masih tidur sekarang?
"Kak?" panggil Revika. Tangan gadis itu mengguncang pelan tubuh kakak tertuanya. "Kak bangun..." lanjutnya masih mengguncang bahu kakaknya.
Ternyata bukan hanya Reza yang membuka mata, tetapi juga dengan Galih. Pria itu memang akan terganggu dengan suara saat tertidur. Makanya mendengar suara Revika membuat kesadarannya mulai kembali.
"Kak Reza sama Kak Galih nggak pergi emang? Ini udah siang loh, mereka juga." ucap Revika seraya menunjuk ketiga kakaknya yang masih terlelap.
Perlu waktu beberapa detik bagi kedua pria itu mencerna ucapan adik mereka. Sampai Reza lah yang paham pertama kali.
"Shit!"
Tak!
Reza mengadu saat kepalanya dipukul cukup keras oleh Galih. Dia menatap sinis saudaranya itu yang dibalas tak kalah sinisnya. Dari semua saudaranya, memang Galih lah yang paling berani pada Reza. Mungkin karena usia mereka yang hanya terpaut satu tahun.
"Jangan dengerin ucapan kakak kamu itu ya dek?" ucap Galih seraya mengusap sisi kepala Revika lembut. Menyadarkan Reza akan kesalahannya tadi. Dia mengumpat di depan adik kecilnya.
Merutuk dalam hati, Reza memilih diam saja. Pria itu kemudian mulai membangunkan Gava yang tidur persis di sebelahnya. Dari cara halus sampai kasar sudah dia coba, tapi adiknya tak kunjung bangun. Karena kesal, Reza menendang Gava hingga adiknya itu terjatuh dari kasur. Tidak tinggi, tapi dia yakin jika itu cukup membuat adiknya terbangun.
"Aduh!" erang Gava saat kepalanya menyentuh lantai rooftop. "Sakit njir." ucapnya seraya mengusap kepalanya. Perlahan cowok itu mendudukan tubuhnya dengan mata setengah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...