New Life || 38. Kakek Nenek

19.4K 1.6K 105
                                    

Dua minggu terlewati dan terasa begitu lama bagi Revika. Gadis ceria yang berubah menjadi begitu pendiam. Hanya dengan Regan ia mau berbicara. Bahkan dengan ibunya sendiri ia hanya bungkam. Menjawab dengan bahasa isyarat. Ketika Regan mencoba membujuk, ia hanya membalas dengan gelengan. Walaupun begitu, semua saudaranya masih setia mendampingi. Selalu meluangkan waktu untuk menemani si bungsu.

Besok adalah hari ulangtahun Revika. Gava yang paling semangat dari semua saudaranya. Cowok yang sebentar lagi melepas seragam putih abu-abunya begitu merasa antusias. Dia bersama dengan Bundanya sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Tentu dengan bantuan Gibran. Sedangkan Regan, ia tidak tahu sedang sibuk apa Kakaknya yang satu itu. Jika dua Kakak tertuanya sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Dua pria itu jelas sibuk mengurus perusahaan.

"Mamah lagi sibuk banget ya Bun?" tanya Gava. Tangannya sibuk mengerjakan pekerjaan yang sudah sejak tadi ia lakukan. Meniup balon, tetapi tidak menggunakan mulut. Bisa habis nafasnya. Ia menggunakan pompa kecil untuk mempermudah pekerjaannya.

"Iya. Mamah lagi banyak pikiran, jadi jangan diganggu dulu." sahut Farah yang tengah membungkus kado. Setiap orangnya memberi lima belas kado. Jadi wajar jika begitu banyak kado yang mereka persiapkan.

"Tapi Mamah ikutan acaranya kan?"

"Iya. Tadi sih katanya lagi nyari kado sama Regan."

Gava ber-oh-ria sembari mengangguk. Memang ia tidak tahu ada apa dengan keluarganya akhir-akhir ini. Ia merasa banyak orang berubah. Adik kesayangannya menjadi begitu pendiam. Kakaknya, Regan terlihat seperti orang banyak masalah. Entah apa masalahnya ia tidak tahu. Paling parah adalah kakak sulungnya, Reza. Pria itu kembali menjadi emosian. Sudah beberapa pelayan dirumah diganti karena dipecat begitu saja oleh Reza. Untuk kedua kakaknya yang lain memang tidak terlalu menonjol, tetapi mereka pun terlihat memiliki masalah. Juga keluarganya yang tidak terasa hangat lagi. Papahnya juga belum kembali hingga saat ini. Sedangkan Mamahnya terlihat acuh. Ah, sebenarnya ada apa dengan keluarganya?

Tok tok

Ibu dan anak itu langsung menoleh pada pintu. Setelah Farah memberi interuksi, pintu terbuka menampilkan sosok pelayan disana. Jika salah satu anggota keluarga, pasti sudah langsung masuk. Pelayan wanita itu menunduk hormat pada kedua majikannya.

"Orangtua Tuan ada dibawah Nyonya." ujar sang pelayan yang membuat Farah terkejut. Tentu saja dia terkejut, orangtua suaminya ada dibawah? Dirumah ini?

Sejurus kemudian ibu dari Gava itu langsung beranjak. Meninggalkan kegiatannya yang belum selesai. Kedua mertuanya ada disini, benar-benar mengejutkan. Apa kedua mertuanya itu marah karena dia beserta keluarganya tidak jadi berkunjung?

"Mah? Pah?" panggil Farah pelan. Pasangan lanjut usia itu menoleh padanya. Sejurus kemudian ia langsung menyalami keduanya. "Kok nggak bilang mau kesini? Kan bisa Farah jemput." ujarnya sembari mendudukan tubuhnya di sofa.

"Memang kalian peduli?" sinis Alivia. Farah yang mendengar itu meringis dalam hati. Ibu mertuanya tidak berubah walaupun kini rambutnya sudah tak hitam lagi.

"Maaf Mah... Seharusnya kami ber-"

"Tidak perlu meminta maaf jika kamu memang tidak ada niatan untuk berkunjung." potong Alivia ketus. "Sudah satu bulan lebih cucuku ditemukan, dan kalian tidak membawanya padaku?" decihan tak suka keluar dari bibir wanita itu.

Menghela nafas, Farah tidak menyahut lagi. Mau bagaimana pun dia akan tetap salah dimata ibu mertuanya. Sedangkan ayah mertuanya cuek saja. Jika ada yang bertanya darimana sifat Reza datang, jawabannya adalah dari pria yang kini tengah menyesap tehnya dengan tenang padahal disebelahnya sang istri tengah mencak-mencak. Pembawaannya begitu tenang, terkesan cuek pada sekitar, tidak terlalu banyak bicara, tegas, juga tajam. Dan hampir semua sifat itu turun pada putra sulung Alina dan Rian. Jika Gifri hanya setengahnya saja, berbanding dengan Rian yang ramah.

New Life (#1 Wiratama's) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang