Tepat waktu makan malam, enam generasi muda Wiratama baru saja kembali dari jalan-jalan mereka. Kenapa lama? Karena mereka mampir dulu ke mall. Awalnya Gava bercelatuk asal, tapi ternyata Reza mengikuti ucapan adiknya itu. Untuk pertama kalinya, lima pria keturunan termuda Wiratama menginjakan kaki di mall secara bersama. Biasanya, mereka paling malas jika untuk urusan belanja. Tapi akan beda cerita jika disini adik kecil mereka yang belanja.
Awal masuk ke gedung besar bertingkat itu, Revika merasa takut. Suasananya begitu ramai dan bising. Meski di kebun binatang banyak orang, tapi itu di tempat terbuka. Juga tidak sebising keadaan sekarang. Sebab Galih yang ada disampingnya, gadis itu merangsek mendekati kakaknya itu. Kedua tangannya mencengkram lengan kakaknya.
"Kenapa sayang?" tanya Galih. Pria itu menghentikan langkahnya, membuat yang lain juga melakukan hal serupa.
Menghela nafas, Revika semakin merapat pada Galih ketika banyak pasang mata yang menatap kearah mereka. Dia benar-benar merasa gugup. "Pulang ya Kak?" tanya Revika pelan, lebih seperti permintaan tepatnya.
Semua orang menatap adik mereka bingung. Galih yang pertama sadar akan keadaan adiknya, karena dialah yang paling dekat sekarang. Bisa dia rasakan tubuh gemetar adiknya. "Jangan takut sayang..." ucap Galih lembut. Tangannya terangkat, mengusap pelan kepala adiknya. "Kita semua jagain kamu, jangan takut ya?"
"Pulang..." suara Revika lebih terdengar seperti rengekan. Semuanya menghela nafas. Mereka paham dengan yang Revika rasakan. Rasa takut berada di keramaian, hal itu wajar saja karena sedari dulu Revika terus saja sendiri.
"Beneran nggak mau? Nanti kita bisa main loh dek!" ucap Regan. Dia merasa kasian, tapi dia juga ingin adiknya belajar dengan lingkungan. Jika terus berada dirumah sama saja, tidak akan ada perubahan pada Revika.
"Kamu nggak mau ke timezone emang? Timezone bagus loh dek, kayak yang di novel yang kamu baca." tambah Gava. Padahal dia saja tidak tahu jenis novel apa yang suka dibaca adiknya. Mulutnya memang sering berkata asal jika tidak direm.
"Beneran?" cicit Revika pelan.
"Iya, Angel mau kesana?" tanya Gibran dengan senyum manisnya.
"Nggak ramai kan?"
"Mmm," Gava tampak berpikir untuk menjawab pertanyaan adiknya. Timezone jelas ramai, meski bukan weekend sekalipun. Jadi harus menjawab apa dia? Tidak mungkin kan berbohong?
"Cukup ramai, tapi banyak anak kecil disana. Kamu suka anak kecil kan?" giliran Reza yang membuka suara.
"Suka! Tapi..."
"Gausah takut sayang. Mereka baik, lagian ada kita berlima yang jagain kamu. Kita kesana ya?" yakin Galih. Lagipula mereka sudah sampai disini, masa tidak melakukan apapun. Setidaknya bermain di timezone pun tidak apa, asal adiknya ini senang.
"Hm," gumam Revika seraya mengangguk. Semuanya tersenyum melihat itu.
Banyak waktu yang mereka habiskan di timezone. Meski usia mereka sudah tidak pantas bermain disana, kecuali mereka kesana membawa anak kecil, tapi mereka sangat menikmatinya. Ikut tersenyum saat adik mereka tersenyum. Merasa senang saat melihat adik mereka tertawa tanpa beban. Tatapan orang-orang pun tak mereka hiraukan. Yang terpenting satu, adik mereka. Bahkan Regan pun tidak membuat ulah, padahal banyak wanita cantik disana. Pria itu sibuk bermain dengan adiknya.
Perjalanan mereka di mall tak hanya sampai situ, mereka juga berbelanja baju. Awalnya hanya untuk Revika, tapi semuanya mendapat. Dengan syarat, Revika yang memilihkan. Gadis itu bahkan sampai lelah memilih banyak baju untuk semua kakaknya. Meski begitu, dia sangat menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...