"Kenapa kalian repot mencariku? Padahal aku akan datang kerumah kalian nanti, memberikan kado ulangtahun pada adik kalian. Dan jangan lupakan kejutan yang sudah kusiapkan untuk keluarga kalian."
Inilah kejutan yang Helena maksudkan. Pantas saja dari awal Reza mencari keberadaan wanita ini begitu sulit. Ketika mereka bertemu pun, Helena nampak tenang. Sangat tenang seakan tidak akan hal buruk yang menimpa. Ternyata ada Rian yang menjadi tameng. Wajar wanita itu bisa masuk dengan sangat mudah ke kediaman ini tanpa membuat keributan sedikit pun. Tentu karena Helena datang bersama dengan Rian. Ingin rasanya ia memaki pada pria yang sudah membuatnya ada di dunia ini.
Mereka semua tidak lagi berada di rooftop, Helena memaksa mereka untuk turun. Tentu dengan Rian yang juga ikut turun tangan. Kini semuanya berada di ruang tamu besar. Jangan lupakan orang-orang berbaju hitam yang mengelilingi keluarga Wiratama. Reza sendiri tidak tahu bagaimana nasib orang-orangnya. Karena ia memang sudah menyiapkan banyak orang untuk menjaga rumah ini.
"Semua berkas-berkas ini, silahkan tanda tangani." banyak dokumen yang Helena sodorkan. Tetapi semua orang hanya bergeming. Seakan tidak mempedulikan adanya wanita itu.
"Vika sayang, buat-"
"Bunuh saja aku." potong Vika dengan suara pelan. Sontak semua orang terkisap dengan ucapan gadis itu. "Bukankah jika aku mati semuanya selesai?" tanyanya dengan suara begitu tenang. Tidak ada lagi air mata yang keluar. Stok air matanya sudah habis. Ia pun lelah jika harus menangis terus-menerus.
"Jangan bicara seperti itu sayang." Alina mengusap bahu putrinya sayang. Terlalu banyak beban yang dilimpahkan pada putrinya. Pada gadis yang baru saja menginjak usia 17 tahun. Hingga putrinya mengatakan hal tadi. Ucapan yang tak pernah terbayang akan keluar dari bibir putrinya.
"Jika kalian memberikan semuanya pada dia, itu juga membunuhku."
Tawa Helena pecah. Wanita itu tertawa sendiri dengan kerasnya. Berbeda dengan putrinya yang hanya tersenyum miring. Lalu Elena yang diam saja ditempatnya. Berdiri disebelah Rahel di belakang Helena.
"Anak pintar." pujian itu keluar dari bibir Helena membuat Revika geram. "Mengorbankan nyawamu untuk keluarga? Lucu sekali. Kau pikir dengan kematianmu semua selesai? Tentu saja tidak!" Helena terkekeh, menertawakan gadis yang kini menatapnya penuh kebencian. "Semua masalalu kelammu ada padaku. Walaupun kau mati, kau masih menjadi aib untuk Wiratama. Bagaimana reaksi dunia ketika tahu masalalu si bungsu keturunan Rahendra Wiratama? Kehancuran kalian sudah kujamin."
"Kami berikan semuanya, tapi berikan semua file tentang Vika. Semua! Dan kau tidak boleh menyimpan salinannya." putus Reza pada akhirnya.
Alis Helena terangkat, menatap sulung Wiratama dengan penuh minat. "Tentu saja. Lagipula aku tidak membutuhkan semua itu setelah mendapat semua yang kuinginkan."
"Kak..." lirih Revika menatap kakaknya yang bahkan tidak meliriknya sama sekali.
Tanpa ragu Reza mengambil dokumen yang disodorkan oleh wanita itu. Tangannya bergerak cepat membubuhkan tanda tangannya diatas kertas itu. Biarlah semuanya diambil wanita itu. Toh dia bisa membangun semuanya dari awal. Uang tentu bukan suatu hal besar dibandingkan dengan adiknya.
"Kau juga Galih Alifano Sanjaya. Berikan perusahaan Sanjaya padaku. Semua yang diwariskan padamu."
Tidak banyak berkata, Galih langsung membubuhkan tanda tangannya di kertas tersebut. Satu kejutan yang begitu mengguncang dirinya hari ini. Sanjaya. Dia keturunan keluarga Sanjaya. Bukan Wiratama. Ayahnya memberitahu jika perusahaan mereka bekerjasama dengan perusahaan Sanjaya yang sampai sekarang tidak ia ketahui pemiliknya. Ternyata orang yang dicarinya adalah orangtuanya sendiri. Orangtua kandungnya. Apa ini yang membuat kedua orangtuanya sibuk mengurus perusahaan itu dan melimpahkan Wiratama padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...