New Life || 47. Elena

19.8K 1.5K 115
                                    

Hari setelah Reza dan Galih mendengar semua cerita adik bungsu mereka lewat sambungan telepon, Elena datang menemui Galih. Tentu Galih cukup merasa terkejut melihat kehadiran wanita itu. Sebelumnya Elena pamit untuk ke Bali mengurus pekerjaan. Wanita muda itu adalah seorang arsitek. Jadi wajar bukan kalau sibuk? Hubungan keduanya pun tidak lebih dari seorang teman. Soal Galih yang membawa Elena kerumahnya dulu, itu karena desakan dari kedua ibunya. Beruntung Elena dapat memahami, walaupun dia tahu jika wanita itu menyimpan harapan padanya.

"Mungkin sekarang aku kesana cuma buat pura-pura jadi kekasih kamu, tapi bisa aja kan nanti aku kesana beneran jadi kekasih kamu?" itulah ucapan Elena sebelum keluar dari mobil saat itu.

Kini wanita yang sudah beberapa minggu tak ia lihat berdiri di hadapannya dengan senyum lebar. Tanpa merasa sungkan Elena memeluk tubuh Galih. Beginilah kalau orang hidup di negara orang lain, kebiasaannya pun jadi berbeda. Galih bisa memaklumi itu.

"Aku merindukanmu." ucapnya pelan. Masih dengan memeluk tubuh Galih walaupun tidak mendapat balasan, wanita itu mendongak. "Apa kamu juga?"

"Hm,"

Walau hanya dehaman, namun Elena sudah merasa senang bukan main. Dikecupnya pipi Galih kemudian beranjak untuk duduk di sofa. "Ada yang ingin aku bicarakan." ucap Elena berubah serius.

"Kalau begitu katakan."

"Sama Reza."

Alis Galih terangkat sebelah. "Reza? Memang ada apa?"

"Jangan banyak tanya dan ayo pergi keruangan Reza!" Wanita itu kembali beranjak. Berbeda dengan Galih yang masih duduk dengan mata menatapnya bingung. "Reza pasti sibuk."

"Ini tentang Helena, cepatlah!"

Mencerna ucapan Elena, Galih segera beranjak dari duduknya. Refleks tangannya menggandeng tangan Elena sembari berjalan menuju ruangan Reza. Tanpa tahu jika sekarang Elena tengah tersenyum melihat tangannya yang digenggam oleh pujaan hatinya. Memang sejak dia bertemu dengan Galih untuk urusan bisnis, dia menyukai pria itu. Pria murah senyum, tegas, dan berwibawa. Ck! Memang wanita mana yang tidak akan jatuh pada pesona pria ini?

Setelah diberitahu Reza ada diruangannya, Galih langsung saja masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat sang empunya ruangan berdecak sebal.

"Ada yang ingin Elena bicarakan." ujarnya setelah duduk nyaman di sofa dengan Elena duduk disebelahnya.

"Apa? Kalian akan menikah?" sahut Reza asal. Ditutupnya berkas yang tengah dikerjakannya tadi.

Ucapan asal itu dibalas dengusan oleh Galih. "Katakan El," ucapnya pada wanita disebelahnya.

"Dua hari yang lalu aku bertemu Helena." ujar Elena membuka pembicaraan. Baik Galih maupun Reza kini fokus pada wanita ini. "Dia menawariku kerjasama." lanjutnya.

"Kerjasama?" bingung Galih.

"Dia mengira aku patah hati karena ditolak olehmu," dia terkekeh pelan melihat raut terkejut Galih. Siapa juga yang tidak terkejut mendengar hal itu. Karena kenyataannya tidak seperti itu. Baik Galih maupun Elena sudah tahu itu. "Helena mengajakku bekerjasama untuk menghancurkan kalian semua. Keluarga Wiratama."

"Kamu menerimanya?" tanya Galih yang dibalas anggukan oleh Elena. Untuk kedua kalinya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Memiliki tujuan lain?" tebak Reza. Elena terkekeh mendengar itu. Matanya menatap Reza penuh minat. "Otakmu memang selalu bekerja cepat Kakak Ipar." kekehnya pelan.

"Begini, sebenarnya alasan aku menerima ajakan wanita itu karena ingin mengetahui masalahnya dengan keluarga kalian. Aku merasa ada yang janggal. Apalagi sebelumnya aku pernah melihat dia bersama Om Rian." jelas Elena. Dia masih ingat jelas percakapannya bersama Helena pada saat itu.

New Life (#1 Wiratama's) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang