Malamnya, senyum dibibir Revika tak jua luntur. Si bungsu terus merasa senang setelah kenal dengan Rahel. Teman dari Gava itu benar-benar menyenangkan. Tadi mereka bermain hingga sore, lalu Rahel pulang karena takut dimarahi orangtuanya. Ada rasa tidak rela memang, tetapi setelah Rahel berjanji mereka akan bermain lagi, Revika terus tersenyum hingga sekarang.
"Jadi, ceweknya Reza yang udah buat putri Mamah ini senyum terus?" tanya Alina membuat Reza tersedak makanannya. Apa dia tidak salah dengar tadi? Ceweknya? Siapa? Gadis remaja teman dari Gava? Yang benar saja!
"Bukan cewek aku Mah," ujar Reza dengan nada lelah. Sungguh dia lelah terus saja diolok oleh keluarganya. Mereka mengatakan dia pedofil karena memacari gadis berusia belum sampai 18 tahun.
"Kalau jadi cewek kamu Mamah setuju kok Za, nggak pa-pa seumuran Gava. Yang penting baik. Juga yang penting kamu kuat aja nunggu dia siap kamu nikahin."
Jika Regan sudah tertawa melihat penderitaan kakaknya, Gava malah bergidik ngeri. Membayangkan Rahel menjadi pasangan kakak tertuanya. Berarti menjadi kakak iparnya kan? Jangan sampai hal itu terjadi.
"Emang nggak ada cewek lain apa? Masa temen Gava jadi kakak ipar Gava nanti Mah?" ujar Gava. Masih tidak terima dengan pemikiran Mamahnya.
"Loh, memang kenapa? Toh yang menikah kan kakak kamu bukan kamu."
"Memang siapa yang mau menikah sih Mah? Aku nggak mau, apalagi sama anak remaja." timpal Reza membuat wajah cerah ibunya berubah muram. Meski begitu dia tetap pada pendiriannya.
"Sekarang banyak kali Za, nggak pa-pa lah. Lagian kamu juga nggak ada pacar kan?" sahut Farah. Sama seperti iparnya, dia pun setuju jika Reza bersama Rahel. Dari cerita Revika, Rahel adalah gadis yang baik.
"Santai aja Za, di dunia ini yang pedofil bukan cuma kamu." ujar Galih seraya menepuk bahu saudaranya.
Mata Reza menatap tajam Galih yang malah membuat pria itu terkekeh. Tatapan tajam sulung Wiratama sudah biasa baginya. Bukan hal baru lagi, jadi tidak berpengaruh baginya.
"Papah setuju kok Za, udah kamu lamar aja." timpal Rian membuat wajah Reza semakin gelap.
"Kalau Ayah?" tanya Farah.
"Ayah juga setuju, tapi enggak dengan langsung lamar. Ingat, gadis itu masih sekolah." komentar Gifri.
"Memang siapa yang mau lamar bocah itu sih Yah?" kesal Reza. Kenapa malah semua orang memojokkannya seperti ini. Memang siapa yang mau menikah dengan gadis kecil itu?
"Kenapa Kak Reza nggak mau sama Rahel?" tanya Revika penasaran. Dia pikir Rahel adalah pacar kakaknya, tetapi ternyata bukan. Saat dia bertanya pada Rahel pun, gadis itu membantah.
"Kok cuma manggil nama sayang? Rahel lebih tua dari kamu loh." Alina bertanya seraya mengusap lembut kepala putrinya.
"Rahel yang minta Mah, dia bilang gini, 'gue masih muda, jangan panggil Kak. Panggil Rahel aja' gitu katanya." jelas Revika yang dengan polosnya mengikuti gaya Rahel saat berbicara.
"Jangan ngikutin gaya dia dek, sesat!" ujar Gava dengan matanya yang menatap tajam sang adik.
"Kenapa?" jika dulu dia akan takut saat kakaknya menatap dia tajam, berbeda dengan saat ini. Matanya malah mengerjap bingung menatap sang kakak.
"Ya..." Gava menggaruk tengkuknya sendiri. "Gabaik pokoknya dek. Jangan suka niruin dia makanya, kalau bisa jangan main sama dia." lanjutnya dengan nada meyakinkan.
"Heh! Ngawur kamu. Masa anak Mamah gaboleh main sama temennya." timpal Alina menatap tajam putra bungsunya.
Tangan Gava terangkat dengan jari berbentuk huruf V seraya menunjukkan cengiran khasnya. Sebenarnya dia bersungguh-sungguh mengatakan hal tadi, tetapi mana mungkin dia melawan ibunya. Tidak ada alasan khusus kenapa dia tidak suka Revika bermain dengan Rahel. Dia kurang suka saja, takutnya Revika akan terkena virus gila dari Rahel. Dia tidak rela jika adiknya nanti tidak polos lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...