Tanpa Revika sadari, harinya sudah banyak berlalu dirumah besar ini. Setelah mempelajari cara menggunakan ponsel, harinya sudah tidak sejenuh sebelumnya. Meski dia tidak selalu bermain ponsel -karena dilarang bermain ponsel berlebihan oleh ibunya- tetapi ini lebih baik daripada sebelumnya. Para kakaknya pun kerap kali mengajak ngobrol di chat. Dia merasa seperti kakak-kakaknya selalu ada disampingnya.
Kakak termudanya membuat sebuah grup, dimana isinya adalah generasi muda Wiratama. Katanya agar lebih simpel saat akan berbicara disana. Yang paling sering muncul tentu adalah sang pembuat grup. Lalu Revika, juga Gibran dan Regan. Dua tertua? Mereka akan muncul jika sempat. Orang yang sudah bekerja memang berbeda. Tidak bisa tiap saat bermain ponsel.
Malam ini makan malam berjalan seperti biasa. Pasangan Farah dan Gifri sudah kembali. Seperti biasanya mereka semua akan saling bercanda saat makan malam. Terkadang berbagi cerita yang bagi mereka menarik untuk diceritakan. Keluarga ini benar-benar terasa hidup sekarang. Sudah tidak ada lagi rumah sepi seperti tak berpenghuni. Sekarang akan terdengar gelak tawa orang-orang, bahkan teriakan membahana kedua ibu kesayangan anak-anak itu.
"Besok kalian bawa cewek ya?" tanya Alina setelah selesainya pembahasan tentang kakek-nenek mereka. Ya, mereka akan memutuskan berkunjung saat liburan saja nanti. Karena yang kemarin gagal akibat kecelakaan tak terduga.
"Siapa Mah?" tanya Regan.
"Kamu, sama Reza."
Orang yang namanya baru saja tersebut menghentikan gerakan tangannya. Kepalanya menoleh pada sang ibu, melemparkan tatapan bertanya pada ibunya.
"Jangan berlagak lupa kalian berdua. Minggu lalu kalian janji mau bawa pacar kalian." Alina menatap tajam kedua putranya itu.
"Kakak ipar Vika bakal dateng besok Mah?" tanya Revika semangat. Matanya menatap kedua kakaknya bergantian.
"Iya sayang. Kedua kakak kamu bakal bawa pacar mereka besok." jawab Alina seraya mengusap lembut kepala putrinya.
"Kakak kamu yang lain juga kok sayang." timpal Farah yang membuat tiga pria muda lainnya tiba-tiba saja tersedak.
Galih yang tengah memakan tumis kangkung buatan Bundanya tiba-tiba saja tersedak. Tumis yang tadinya enak mendadak pahit. Gibran yang tengah minum tersedak mendengar ucapan Bundanya. Lalu Gava yang tengah sibuk memakan ayam goreng dengan sambal tersedak sampai akan menangis karena merasa tenggorokannya panas akibat sambal tadi. Ucapan Bundanya benar-benar membuatnya terkejut. Segera dia meminum air putih untuk menetralkan rasa pedas tersebut.
"Kak Galih, Bang Gibran, sama Kak Gava juga bakal bawa cewek besok Bun?" tanya Revika menatap Bundanya dengan tatapan berbinar.
"Iya sayang. Bener kan?" Farah melemparkan pertanyaan itu pada ketiga putranya. Yang seketika mereka semua terlihat salah tingkah.
"Bunda mau ngapain? Masa semuanya bawa cewek Bun, rame dong." ujar Gava setelah tenggorokannya terasa lebih baik.
"Jelas mau kenalan sama calon mantu Bunda." jawab Farah enteng.
"Biar Reza sama Regan dulu Bun, kita nanti aja." tutur Galih berharap.
"Kamu juga udah tua, jadi lebih baik secepatnya kamu bawa cewek kerumah ini buat dikenalin."
"Gibran nggak ada cewek Bun, jadi nggak bakal bawa." ujar Gibran dengan wajah tenangnya.
Farah memandang putranya dengan tatapan menilai. Jika dipikir-pikir memang benar, putranya yang satu ini sangat jarang memiliki kekasih. Atau malah tidak pernah? Sifat cuek juga pendiam membuat banyak gadis enggan dengan putranya ini.
"Kalau kamu nggak secepatnya punya pacar, Bunda bakal jodohin kamu sama anak temen Bunda." final Farah setelah memikirkan nasib putranya. Mungkin cara menjodohkan akan baik bagi putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...