Sebelum ikut bergabung dengan yang lain, Gava, Gibran, dan Revika terlebih dahulu membersihkan diri mereka. Hanya membersihkan bekas tanah yang menempel saja, bukan mandi. Jika mandi pasti akan lama. Sedangkan Revika sudah tidak sabar ingin mengobrol bersama dua perempuan yang dibawa oleh kedua kakaknya. Harusnya tiga, tapi perempuan yang dibawa Regan sudah pergi. Revika pun kurang suka dengan perempuan kasar itu.
Sebelumnya, perempuan yang dibawa oleh si sulung ternyata adalah teman sekelas Gava. Makanya dia terkejut melihat temannya itu dibawa oleh sang kakak. Seharusnya kakaknya itu membawa pacar, tapi kenapa malah anak SMA yang dibawa?
Satu jam Reza mengendarai mobilnya tanpa tujuan. Pria itu memutar otaknya, mencoba mencari jalan keluar dari masalah besarnya ini. Dia harus membawa seorang wanita. Wanita yang Mamahnya ingin jadikan menantu. Dimana dia bisa menemukan wanita itu? Yang benar saja! Tidak ada satupun wanita yang bertahta dihatinya. Jadi mau bawa siapa dia kerumah?
Merasa haus, Reza menghentikan mobilnya di sebuah minimarket. Satu botol minuman dingin mungkin bisa membantu mendinginkan otaknya. Ya, mungkin saja. Setelah selesai membeli minum, dia kembali ke mobil. Baru saja dia mendudukan tubuhnya di kursi kemudi, tiba-tiba saja pintu belakang penumpang terbuka.
Dahinya berkerut melihat sosok gadis yang mungkin seumuran dengan adiknya. Siapa gadis itu? Kenapa masuk kedalam mobilnya?
"Jalan om!" perintah gadis itu seenaknya sendiri.
Umpatan sudah akan keluar dari mulutnya jika saja suara ketukan kaca jendela mobil tidak terdengar. Matanya beralih menatap sosok diluar yang tengah sibuk mengetuk pintu seraya mengoceh entah apa.
"Ayo dong om! Please bantuin saya om, yayaya? Nanti turunin saya di depan nggak pa-pa deh!" rengek gadis itu. Kedua tangannya saling bertautan, memohon pada pria yang duduk dibalik kemudi itu.
Mendengus kesal, Reza hanya diam kemudian membenarkan posisi duduknya. Dasar anak jaman sekarang, masih kecil sudah main cinta. Dia yakin bahwa cowok yang ada diluar adalah pacar atau mantan atau mungkin gebetan gadis tidak sopan ini. Terserah saja siapa cowok itu, dia pun tidak peduli.
"Saya bukan supir kamu, pindah kedepan." ujar Reza dingin. Dijalankannya mobil tanpa peduli dengan cowok yang sedari tadi mengetuk kaca jendela mobilnya.
Tanpa diduga, gadis yang ada dibelakang itu berpindah lewat tengah. Tidak sadarkah gadis itu dengan tubuh besarnya? Reza tidak habis pikir dengan gadis aneh ini.
"Udah om!" seru gadis yang entah siapa namanya itu. "Turunin saya di halte depan aja nggak pa-pa om."
"Saya bukan om kamu." sahut Reza tanpa menoleh. Fokusnya ada di jalanan sekarang.
"Iya sih, tapi kan muka om udah cocok dipanggil om."
Mendengus, Reza tidak menanggapi ucapan gadis disebelahnya. Dihentikannya mobil yang di kendarainya di sebuah halte.
"Makasih om! Coba aja bisa bales jasa om, pasti udah saya bales." gadis itu terkekeh sendiri kemudian membuka pintu.
"Kalau begitu balas jasa saya." Reza menoleh setelah mengatakan hal yang membuat pergerakan gadis disebelahnya berhenti.
"Mak-maksud om?" gagap gadis itu.
"Siapa nama kamu?"
"Rahel om."
"Tutup pintunya." ujar Reza karena pintu masih terbuka dengan keadaan Rahel yang sudah siap akan keluar. "Dari dalam." lanjutnya.
Mengangguk patuh, Rahel menuruti ucapan pria yang bahkan tidak dia tahu namanya. Setelah pintu tertutup, mobil kembali berjalan. Kemana pria ini akan membawanya pergi? Apa mungkin...
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life (#1 Wiratama's) [End]
General FictionWiratama Series 1. New Life 2. Nona Mantan 3. New Feeling Hidup tanpa tahu dunia membuatnya seperti mayat hidup. Bukan fisiknya yang terlihat mengenaskan, tetapi psikisnya. Seperti dongeng cerita seorang puteri yang dikurung dalam menara tinggi, beg...