Prolog

11K 376 35
                                    

Assalamualaikum.
Selamat datang di cerita ini.
Semoga kalian suka, ya.

***

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Prolog]

Happy reading.

***

Jakarta.

Hara Elisia baru saja selesai salat isya. Dia melipat mukena dengan rapi dan menyimpannya. Perempuan cantik lulusan sarjana Sastra Indonesia ini sudah punya butik khusus busana muslim sejak masih kuliah. Sekarang, selain mengurus bisnis butiknya yang semakin berkembang pesat, Hara juga mulai aktif menulis di Blog. Perempuan berumur 23 tahun itu mengambil tema seputar dunia parenting dan tempat-tempat liburan sebagai bahan tulisan.

"Hara?"

Panggilan itu membuat Hara menoleh. "Ada apa, Bunda?"

Wanita dengan jilbab putih berdiri di ambang pintu. "Ayah nunggu kamu di ruang tamu. Ada hal penting yang ingin dibicarakan. Nanti turun, ya?"

Hara mengangguk. "Aku pakai jilbab dulu, Bunda."

Entah kenapa rasanya malam itu sejuk sekali. Padahal di luar sana langit tidak sedang mendung. Hara bahkan melihat ada beberapa bintang lewat jendela kamar yang terbuka separuh. Bulan bersinar terang, memantulkan cahaya ke dalam kamar yang didominasi oleh warna putih itu. Hara kemudian meraih jilbab, menambah kesan anggun saat dia selesai memakainya. Kecantikan yang hakiki itu memang terjaga dengan sempurna.

Di ruang tamu bukan hanya ada Ayah saja, tetapi juga ada seorang laki-laki berkemeja putih. Hara mengenalnya. Itu Dzakki Asla Muyassar, salah satu senior di kampusnya dulu. Mahasiswa jurusan Ekonomi dan Bisnis yang lulus dengan IPK tertinggi. Mahasiswa kesayangan para dosen dan kuliah dengan beasiswa penuh.

Sudah sekitar tiga tahun Hara tidak melihat Dzakki, meskipun kabar tentang laki-laki itu selalu terdengar dari beberapa orang. Dzakki sudah bekerja di sebuah perusahaan terbesar di Jakarta. Jabatannya pun tinggi. Seorang direktur.

"Itu Hara," kata Ayah.

Hara mengangguk sopan saat Dzakki menoleh ke arahnya.

Ibu tersenyum dan mempersilakan Hara duduk.

"Nak Dzakki, sekarang tolong katakan kesepakatan yang kita buat tadi kepada Hara secara langsung. Sebagai bukti kalau kamu memang serius." Ayah membuka topik pembicaraan.

Hara tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ayah. Kesepakatan? Bukti kalau Dzakki serius? Berarti mereka tidak sedang membicarakan bisnis. Sesuatu yang lain. Sesuatu yang sering terjadi saat ada laki-laki datang ke rumah perempuan. Tidak dipungkiri Hara merasa bosan, tetapi dia tahu setiap Ayah menginginkan yang terbaik untuk putrinya. Dan ayah Hara tipe orang orangtua yang sangat selektif. Beliau tidak akan asal pilih. Sejauh ini sudah banyak laki-laki yang datang untuk meminang Hara, tetapi belum ada yang berhasil meluluhkan hati Ayah.

"Dia memang kaya, tetapi itu harta orangtuanya. Ayah mau cari laki-laki yang punya skill untuk bertahan hidup dan mampu membiayai keluarga dengan hasil kerja keras."

Salah satu kalimat Ayah yang pernah Hara dengar.

"Hara?" Dzakki membuka suara. Terdengar lembut di telinga Hara. "Kedatangan saya ke sini karena ingin mempersuntingmu."

Hara memejamkan kelopak mata, perkataan laki-laki itu seolah meresap ke lubuk hatinya. Dingin. Dingin yang merayap ke seluruh tubuh dan berhasil membuatnya menggigil. Dzakki adalah sosok laki-laki yang pernah Hara sukai dalam diam. Dalam hening di setiap sujudnya. Dalam doa-doa yang tidak pernah didengar oleh orang lain.

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang