Setelah memaksa Rama dari semalam akhirnya Ali mengetahui dimana alamat rumah almarhum sahabat Papanya.
Ali mendengus sinis saat melihat rumah mungil yang menjadi tempat bernaung istri dan anak dari almarhum sahabat Papanya yang sebentar lagi akan memiliki setengah dari saham Suro Group.
"Ck! Sebentar lagi rumah kecil ini akan berubah menjadi istana!"Sindir Ali dengan senyum culasnya.
Ali duduk diam di balik kemudinya sambil memperhatikan rumah mungil yang berada di depannya. Rumah itu terlihat tenang bahkan lenggang seperti tidak berpenghuni.
Ali sudah memutuskan untuk melabrak anak dari almarhum sahabat Ayahnya bahkan kalau perlu dia akan mengancam anak itu agar tidak mengambil saham yang ditawari oleh Ayahnya karena seluruh saham Suryo Group adalah miliknya selaku pewaris tunggal Aji Suryo.
Ali masih menunggu sampai tiba-tiba pintu rumah mungil itu terbuka dan disana dia melihat seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut di cepol di tengah kepala keluar sambil membawa satu keranjang berisi bunga.
Ali menyipitkan matanya saat gadis itu melangkah setelah mengunci pintu rumahnya. Dan Ali bisa melihat dengan jelas, mata bulat hidung mancung dan bibir tipis yang berwarna merah alami.
Ali yakin gadis mungil ini adalah anak dari almarhum sahabat Ayahnya.
Tanpa sadar Ali menahan nafas ketika melihat gadis itu semakin melangkah menuju pagar di mana mobilnya terparkir tak jauh dari sana.
Ali nyaris terpesona saat melihat wajah cantik gadis itu dari dekat namun dia segera menggelengkan kepalanya mengingat kembali tujuannya kemari.
Dengan cepat Ali membuka pintu mobilnya dan beranjak mendekati gadis itu yang sedang mengunci pagar rumahnya.
Dengan langkah besar Ali berjalan sampai didekat gadis itu dengan cepat Ali menarik lengan sang gadis hingga gadis itu terhuyung dan menubruk dadanya.
Ali ikut terkejut ketika tubuh bagian depannya ditabrak gadis itu. Ali nyaris mengumpat namun gadis itu terlebih dahulu memarahi Ali.
"Eh Mas! Jangan narik-narik dong! Emang situ pikir gue cewek apaan?!"
Ali mengerjap pelan ini pertama kali dia alami sepanjang sejarah hidupnya menjadi orang ganteng.
Masak iya udah ganteng begini di damprat sih? Biasanya ciwi-ciwi juga pada terpesona ini malah-- ini beneran ciwi nggak sih?
"Ngelamun lagi? Minggir lo!"
Ali nyaris tersungkur ketika tubuhnya didorong oleh gadis mungil ini.
Ck! Ini mungil-mungil tapi tenaga kuda banget yak!
Ali baru akan berbalik dan membalas bentakan gadis itu sampai tiba-tiba tubuh mungil itu terpeleset nyaris terjengkang hingga reflek Ali memegang lengan gadis itu namun kakinya tidak sanggup menahan bobot tubuh mereka hingga keduanya terjatuh.
Semua terjadi begitu cepat sampai Ali merasakan tubuhnya di tindih dan bibirnya tiba-tiba tertimpa bibir tipis milik gadis yang menindihnya.
Keduanya sontak melotot tak percaya dengan apa yang terjadi namun bibir keduanya masih menempel satu sama lain.
Tanpa mereka ketahui takdir di antara keduanya mulai terjalin.
**
Mata Prilly terbelalak kaget dengan jantungnya berdetak kencang nyaris terasa meledak ketika bibirnya menghantam bibir pria yang tidak dikenal yang kini berada dibawahnya.
Waktu terasa melambat sampai keduanya tersentak lalu menjauhkan diri masing-masing.
Prilly segera beranjak berdiri sambil menepuk-nepuk baju dan celananya yang sedikit kotor begitu juga dengan Ali yang mengusap bokongnya yang kotor.
Jantung keduanya sama-sama berdetak kencang meskipun mereka tak saling menatap. Prilly segera mengambil keranjangnya yang jatuh bahkan beberapa bunga yang akan dia bawa ke toko berhamburan di tanah.
Cepat-cepat dia memungut bunga itu lalu melangkah meninggalkan Ali yang terpaku sambil menatap punggung gadis yang baru saja 'menabrak' bibirnya itu.
Tanpa sadar Ali meraba bibirnya yang sedikit berdenyut mungkin karena bibir gadis itu terlalu kuat menabrak bibirnya.
"Sialan! Lampu tembak gue juga ikut berdenyut!"Maki Ali sambil melirik bagian bawahnya yang sedikit membengkak.
Prilly masih merasakan jantungnya berdebar-debar padahal dia sudah sampai di toko bunganya. Dengan cepat dia meletakkan keranjang bunganya lalu cepat-cepat dia berjalan menuju toilet.
"Kenapa Mbak? Kebelet ya?"Tanya Siska karyawan perempuan yang bekerja di tokonya.
Prilly memiliki dua orang karyawan satu orang perempuan satu lagi laki-laki bernama Fatli yang bertugas menghantarkan pesanan bunga di toko mereka.
"Iya Ka! Mbak kebelet banget."Jawab Prilly sambil berlalu menuju toilet.
Sampai ke toilet Prilly segera membasuh wajahnya, mengusap-usap bibirnya yang baru saja-- Ya Tuhan, Prilly tidak bisa membayangkan apa yang baru saja dia alami.
Prilly menepuk pelan bibirnya, "Ck! Hilang sudah keperawanan bibir gue."dengusnya kesal.
Jika mengingat hal itu rasanya Prilly ingin menangis tapi kenapa tidak ada air mata yang keluar dari matanya?
Prilly menekan dadanya yang terus berdetak apalagi ketika otaknya tanpa sengaja memutar kembali kejadian tadi, mata tajam bertelaga hitam milik pria asing itu benar-benar membuat jantung Prilly berdebar secara tak biasa.
Prilly bisa merasakan seperti puluhan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Rasanya melilit tak nyaman namun menyenangkan. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
**
Ali kembali ke kantor dengan perasaan tak jauh berbeda dari apa yang dirasakan oleh Prilly.
Ali melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju lift. Wajahnya yang biasa datar hari ini semakin terlihat keruh hingga tidak ada yang berani menyapa Bos besar Suryo Group itu.
Rama yang melihat Ali berjalan kearah lift bertepatan dengan dirinya yang baru saja keluar, dia sudah mengangkat tangannya untuk menyapa Ali. "Hai bro! Darima--"
Ali melewati Rama begitu saja dengan memasuki lift bahkan untuk melihat Rama saja Ali enggan. Dengan tangan masih terangkat Rama melongo melihat apa yang baru saja dilakukan oleh sahabatnya itu.
Rama menurunkan tangannya bertepatan dengan pintu lift tertutup. Dengan wajah kesalnya dia menendang pintu lift pelan sebelum menghembuskan nafasnya secara perlahan-lahan, "Sabar Ram! Sabar orang waras ngalah aja."Katanya sambil mengusap-usap dadanya.
Beberapa karyawan yang melihat kelakuan Rama hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Mereka sudah terbiasa dengan sikap ajaib salah satu petinggi diperusahaan besar ini.
Hanya saja Rama memiliki sikap yang berbanding terbalik dengan sahabatnya Bos besar di perusahaan ini, Rama ramah dan penuh tawa sedangkan Ali datar dan tidak tersentuh.
Rama melangkahkan kakinya menjauhi lift sambil terus mendumel memaki sikap sombong Ali tadi.
"Awas saja kalau nanti telfon-telfon gue lagi! Gue reject! Gue blokir juga nomor lo lama-lama."Dumelnya tanpa memperhatikan karyawan yang menatap aneh kearahnya.
Mendengus pelan Rama kembali berkata sebelum berbelok menuju parkiran. "Efek kurang orgasme memang luar biasa! Luar biasa menyebalkan!"
*****