Seharian ini yang dilakukan Prilly adalah termenung lalu tersenyum-senyum sendirian sampai-sampai Siska dan Fatli mengira kalau bos cantik mereka itu mulai tidak waras."Sis itu Mbak cantik kenapa sih?"Tanya Fatli sambil menyenggol lengan Siska.
Siska yang sedang menanam bibit bunga menoleh lalu mengedikkan bahunya. "Kena sawan kali."balasnya acuh.
Fatli langsung menoyor kepala Siska hingga membuat gadis itu berdecak kesal. "Kalau ngomong nggak pernah pakek bismillah memang lo nih."
Siska mendengus pelan sebelum kembali menekuni pekerjaannya. "Mbak Prilly emang udah begitu sejak Abang tampan tadi pulang." Dan Abang tampan yang dimaksud Siska adalah Ali.
"Yang ngeborong bunga di toko?"Tanya Fatli memastikan.
Siska langsung menganggukkan kepalanya. "Iye."jawab Siska tanpa menolehkan kepalanya.
Fatli terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya seperti memikirkan sesuatu. "Menurut lo nih ya Sis. Cinta pandangan pertama itu ada nggak sih?"Tanya Fatli melenceng jauh dari pokok pembicaraan mereka.
Siska menghentikan pekerjaannya lalu berbalik menatap Fatli. "Jangan bilang lo lagi jatuh cinta nih?"Siska menyipitkan matanya menatap Fatli penuh perhitungan.
Fatli yang duduk di samping Siska langsung tertawa terbahak-bahak. "Kagak kan gue cuma nanya doang. Jangan cemburu begitulah say."Katanya sambil mencolek dagu Siska.
"Iihh jijik gue!"Balas Siska sambil menepis tangan jahil Fatli di dagunya.
Sontak Fatli kembali tertawa hingga menarik perhatian Prilly yang berdiri tak jauh dari mereka. "Lagi bahas apa sih kalian kayaknya seru banget."Prilly ikut bergabung dan mengambil tempat disebelah Siska.
Mereka duduk bertiga diatas bangku kecil yang memang sengaja ditaruh disana agar memudahkan pekerjaan mereka ketika menabur bibit bunga atau menanam bunga.
"Ini Mbak. Fatli lagi jatuh cinta katanya."Fatli sontak membulatkan matanya sedangkan Siska menyeringai penuh kepuasan.
Prilly menoleh dan menatap Fatli dengan senyuman mengembang, "Oh ya. Selamat dong akhirnya Fatli bisa melepaskan kejombloannya. Harus potong tumpeng nih!"Goda Prilly sontak membuat tawa Siska meledak.
Fatli memang dikenal sebagai jomblo sejak bekerja disana bahkan kejombloan Fatli sering dijadikan lelucon oleh rekan kerjanya tapi Fatli memilih santai saja toh dia tahu mereka hanya bercanda sama seperti saat ini.
"Iya nih Mbak kayaknya harus diadakan syukuran nih atas lepasnya titel kejombloannya Fatli."Siska menambahkan yang tentu saja membuat Fatli mendengus.
Prilly dan Siska kembali tertawa melihat wajah betenya Fatli. "Manada gitu Mbak nih si mulut ember nih asik fitnah orang aja nyari sensasi dia nih Mbak."Ujar Fatli tak lupa tangannya bergerak menoyor kembali kepala Siska.
Siska mengerucutkan bibirnya sedangkan Prilly tertawa kecil melihat kelakuan dua orang di hadapannya ini. Prilly mengalihkan pandangannya pada jajaran pot yang sudah disemai bibit oleh Siska pandangannya menerawang jauh entah apa yang ada di pikirannya yang pasti apapun yang fikirkan oleh Prilly saat ini tidak jauh-jauh dari pria bernama Ali.
**
Menjelang sore Prilly pulang kerumahnya, hari ini dia bisa bekerja dengan leluasa karena ada Wak Minan yang menjaga sang Ibu meskipun kondisi Maryam sudah membaik Prilly tetap saja khawatir.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Prilly tersenyum lebar setelah membuka pintu matanya langsung menangkap sosok Ibunya yang sedang duduk bercerita dengan Wak Minan.
"Lagi gosipin apa sih? Seru banget kayaknya gabung dong."Seru Prilly setelah mengambil tempat di samping Ibunya.
Maryam dan Wak Minan sontak tertawa dengan gemas Wak Minan mencubit pipi tembem Prilly. "Gemes banget sama dara cantik ini."Seru Wak Minan gemas.
"Terima kasih Wak Minan sayang."Balas Prilly dengan kedipan manjanya.
Maryam dan Wak Minan kembali tertawa.
"Yaudah kalau gitu Prilly masak dulu ya. Ibu sama Wak Minan mau makan malam apa biar Prilly masakin spesial untuk wanita-wanita kesayangan Prilly ini."Prilly memeluk kedua wanita paruh baya itu secara bergantian.
"Apa saja Nak. Kami akan melahap apapun yang kamu masak."Jawab Maryam yang diangguki oleh Wak Minan. "Benar kata Ibumu cantik kami sudah tidak sabar melahap masakan terenak didunia."sambung Wak Minan sambil memeragakan kata dunia dengan melebarkan kedua lengannya.
Prilly tertawa diikuti Maryam lalu Wak Minan. Prilly segera pamit untuk bergelut dengan alat dapurnya. Maryam dan Wak Minan kembali melanjutkan pembicaraan mereka tadi.
Prilly baru saja selesai menunaikan ibadah shalat isyanya tepat ketika ponselnya berdering. Setelah melipat mukena dan sajadahnya Prilly segera mendekati nakasnya lalu mengambil benda pipih yang berbunyi nyaring ingin diperhatikan.
Prilly mengernyitkan dahinya ketika melihat nama Tante Winda terpampang disana. "Ada apa ya Tante Winda telfon malam-malam begini nggak biasanya."gumam Prilly pelan.
Sebelum menerima telfon Prilly terlebih dahulu memastikan kalau Ibunya sudah memasuki kamar dia tidak ingin Ibunya kembali menangis jika tahu dia masih berhubungan dengan keluarga Aji Suryo.
Prilly menghela nafas lega saat melihat lampu kamar Ibunya sudah padam. Maryam memang langsung beristirahat setelah menyantap makan malam bersama Wak Minan tadi begitupun Wak Minan yang langsung pamit pulang untuk beristirahat.
Prilly kembali ke kamarnya menutup pintu dengan perlahan namun tepat ketika pintu kamarnya ia tutup saat itu pula sambungan telfon terputus bahkan sebelum Prilly menjawabnya. Prilly baru akan memencet tombol panggilan untuk menelfon Tante Winda saat ponselnya kembali berdering tapi dengan deretan nomor baru yang tidak ada di kontak ponselnya.
Prilly mengernyit bingung namun tetap menerima panggilan tersebut dia takut kalau diabaikan siapa tahu ini panggilan penting.
"Halo."sapa Prilly setelah ponselnya tertempel sempurna ditelinga kirinya.
"Ini siapa ya?"sambungnya lagi saat tidak mendapat respon dari sipenelfon.
"Siapa sih? Iseng banget gangguin orang!"Dumel Prilly tanpa menjauhkan ponselnya agar si penelfon tahu kalau tingkahnya itu mengganggu Prilly.
Prilly sudah akan memutuskan sambungan telfon saat tiba-tiba terdengar suara berat di seberang sana yang seketika membuat Prilly terkejut, Prilly nyaris menjatuhkan ponselnya ketika suara berat itu memanggil namanya.
"Prilly ini aku Ali."
Deg!
Dan jantung Prilly berdetak kencang dengan dada berdebar Prilly berusaha menjawab, "Ah ya. Ke..kenapa Li?"Prilly menggigit bibirnya kuat-kuat, dia benar-benar berdebar saat ini.
Terdengar helaan nafas berat Ali diseberang sana hingga membuat Prilly mengernyit bingung namun sebelum Prilly mengutarakan kebingungannya Ali terlebih dahulu berbicara.
"Papa masuk rumah sakit dan sekarang ingin bertemu kamu. Jika tidak keberatan tolong temui Papaku Pril. Aku mohon."
Dan kali ini Prilly tidak bisa menahan tangannya hingga ponselnya jatuh ke lantai. Aji bukan ayahnya tapi kenapa mendengar Aji masuk rumah sakit dada Prilly berdetak kencang dan kali ini debaran itu terasa menyakitkan.
Tanpa memperdulikan apa-apa Prilly segera meraih ponselnya terdengar suara Ali yang memanggil-manggil namanya namun dia abaikan. "Jemput aku sekarang Li. Aku akan menemui Om Aji."
*****