Bab 43

3.4K 374 22
                                    


Ali sudah bersiap-siap untuk langsung bergerak menuju rumah sakit di mana kekasihnya berada. Semalaman dia benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Kepala dan hati Ali benar-benar dipenuhi rasa bersalahnya pada Prilly.

Dan karena itu Ali memutuskan untuk menemui kekasihnya pagi-pagi sekali dia tahu Prilly pasti sangat kecewa padanya tapi dia berharap Prilly memberinya kesempatan untuk menjelaskan alasan atas ketidakhadirannya semalam seperti janji mereka.

Namun sebelum menuju rumah sakit di mana Prilly berada dia terlebih dahulu ingin menemui Ibunya, dia ingin menceritakan semuanya pada Ibunya. Perihal keinginannya untuk mempersunting Prilly sebagai istrinya.

Ali melangkahkan kakinya menyusuri loby rumah sakit dimana Ayahnya berada melirik jam di pergelangan tangannya ternyata masih pukul 6 pagi masih terlalu pagi untuk menemui kekasihnya. Ali berniat untuk mengajak Prilly sarapan bersama pagi ini hitung-hitung sebagai penebusan atas ketidakhadirannya semalam.

Ali sudah sampai dilantai dimana Ayahnya dirawat. Dengan langkah cepat dia berjalan menuju kamar sang Ayah. "Selamat Pagi Ma."Ali mengecup lembut dahi Winda.

Winda yang baru saja selesai membersihkan tubuh suaminya tersenyum lembut ketika mendapati kehadiran putranya. "Pagi Nak. Tumben semalam nggak kesini kenapa Mas?"

"Lembur Mah. Papa baik-baik aja kan? Mama udah sarapan?"

Winda menggeleng sebagai jawabannya. "Masih terlalu pagi untuk sarapan Mas. Dan kondisi Papa sudah lebih baik bahkan menurut dokter semua yang terjadi pada Papa diluar dugaan mereka. Kemungkinan Papa untuk sadar semakin besar Mas."Winda tidak bisa menutupi kebahagiaannya ketika menceritakan tentang keadaan suami nya yang semakin membaik pada Ali.

Ali tersenyum sambil mengusapkan wajahnya. "Alhamdulillah ya Allah."

Winda juga melalukan hal yang sama. "Alhamdulillah Mas. Mama yakin kedatangan Prilly kemarin bisa dikatakan sebagai acuan semangat untuk Papa agar beliau berjuang melawan penyakitnya dan bisa sehat kembali seperti semula."Winda menatap lembut wajah suaminya.

Aji terlihat begitu lelap dalam tidurnya. Sampai-sampai Winda ingin protes apakah mimpi suaminya begitu indah hingga beliau enggan untuk membuka mata padahal disini ada mereka yang menunggu kembalinya Aji.

Tapi balik lagi ke pemikiran sehatnya. Semua yang terjadi atas kehendak Tuhan dan tidurnya Aji adalah salah satu takdir yang sudah digariskan untuk Winda dan putranya. Dan semoga saja semua akan semakin membaik seiring berjalannya waktu.

"Oh ya Ma. Mas mau membicarakan sesuatu hal penting."Ali membuka suara setelah beberapa saat mereka terdiam dengan pandangan tertuju pada Aji.

Winda menoleh menatap putranya. "Apa itu Mas?"

"Mengenai hubungan Mas dan Prilly. Mas ingin segera melamar Prilly Ma. Bagaimana menurut Mama?"

Winda tak segera memberi jawaban di pandangnya Ali, -putra kesayangannya- begitu dalam seolah menyelami keseriusan putranya melalui pandang mata Ali.

Ali sama sekali tidak gentar ditatap seintens itu oleh Ibunya karena dia yakin Ibunya bisa melihat seberapa besar tekadnya sampai mengambil keputusan ini. Ali serius dia tidak akan main-main apalagi dengan ketulusan cinta Prilly padanya.

"Kamu serius Nak?"Winda membuka suara beberapa saat kemudian.

Dengan yakin Ali menganggukkan kepalanya. "Sangat Ma."jawabnya tanpa keraguan.

Winda menghela nafas lalu tersenyum hangat. "Jika itu sudah menjadi keputusan kamu Mama setuju Sayang tapi dengan satu syarat."

Ali mengernyitkan dahinya. "Syarat apa Ma?"

"Berjanjilah kalau kamu tidak akan meninggalkan Prilly jika hubungan kalian tidak mendapatkan restu dari Ibu Prilly. Tentu kamu tahu kalau langkah kalian untuk bersama ke depannya tidak akan mudah Nak."Disaat seperti ini Winda semakin menyesali kesalahannya dan Aji dulu.

Dia tahu langkah Ali dan Prilly tidak akan mudah tapi dia berdoa semoga saja Tuhan berkenan menyatukan cinta Ali dan Prilly dalam ikatan pernikahan.

Amiin.

Ali menggenggam lembut tangan Ibunya. "Tidak akan Ma. Mas tidak akan mundur karena Mas belum pernah menginginkan sesuatu sebesar Mas menginginkan Prilly. Mas ingin memiliki Prilly untuk diri Mas sendiri maka apapun rintangannya Mas yakin Mas pasti bisa lalui semua itu."Ujar Ali dengan senyuman lembutnya.

Mata Winda sontak berkaca-kaca, "Anak Mama ternyata sudah sedewasa ini."Winda menangkup wajah Ali diiringi kekehan gelinya.

Ali ikut terkekeh sebelum membawa Ibunya ke dalam dekapan hangatnya. "Semoga saja Papa mendengar semua niat baik Mas dan Mas berharap Mama dan Papa akan datang bersama untuk melamar Prilly menjadi istri Mas sekaligus menantu kesayangan Mama dan Papa."bisik Ali sambil menatap wajah tenang Ali.

Winda dengan segera mengamini apa yang dikatakan putranya karena dirinya juga menginginkan hal yang sama.

**
"Bagus! Kerja kalian semua kali ini benar-benar saya akui cukup bagus!"Kata seorang pria yang duduk nyaman di kursi kebesarannya.

Pria itu tertawa senang sambil menatap lembaran kertas yang berhamburan diatas mejanya. Tidak apa-apa mejanya berantakan toh yang membuat mejanya berantakan adalah kebahagiaannya saat ini.

"Jadi pria sombong itu rugi ratusan milyar?"Tanya kembali seolah memastikan kalau kabar yang dibawa anak buahnya adalah sebuah kebenaran.

"Benar Bos."

Tawa pria itu kembali terdengar memenuhi keheningan ruangan kerjanya itu. Dia benar-benar puas ketika dia berhasil menghancurkan Ali pria sombong yang sangat di benci olehnya.

"Setelah ini apa yang akan kita lakukan Bos?"

Pria itu tersenyum lebar namun terlihat begitu menakutkan."Tahan dulu! Biarkan pria sombong itu memperbaiki semuanya lalu kita kembali datang menghancurkan semua yang dia perbaiki layaknya mimpi buruk! Aku benar-benar tidak sabar menunggu dan melihat Ali menangis darah! Dia harus menyesal pernah menolak kerja sama denganku!"Ujar pria itu dengan seringai mengerikan.

"Setelah ini singkirkan tua bangka bernama Jaya itu dan rampas semua uang yang dibawa kabur olehnya!"

"Siap Bos Denis. Kami akan segera melaksanakan semua perintah Anda."

"Bagus! Memang kalian harus melakukan apapun yang aku inginkan jika kalian tidak ingin keluarga kalian aku penggal satu persatu!"Ancam Denis tak main-main.

"Wah ternyata pagi ini cerah sekali ya."sambungnya ceria sebelum tawa mengerikan dari sosok Denis kembali terdengar memenuhi ruangan kerjanya.

**

Ali melajukan mobilnya menuju rumah sakit di mana Prilly berada. Dia mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan. Ali benar-benar panik saat mendengar bahwa kekasihnya pingsan di kantin rumah sakit.

Ali sengaja menghubungi kekasihnya tadi bermaksud mengucapkan selamat pagi namun dirinya malah mendapati kabar kalau Prilly ditemukan tak sadarkan diri di kantin rumah sakit dan sialannya yang menerima panggilan itu adalah Dokter Bima.

Pria yang jelas-jelas menyukai calon istrinya.

Tidak bisa dibiarkan dia memang harus secepatnya melamar Prilly secara resmi kalau perlu secepatnya pula dia menikahi Prilly agar tidak ada lagi Bima-Bima lain bermunculan mengganggu Prilly-nya.

Shit! Bukan Prilly yang terganggu tapi dirinya. Bagaimana bisa membayangkan Bima menerima panggilan darinya saja melalui ponsel Prilly sudah membuat kepalanya berasap apalagi jika sampai Bima yang menggendong calon istrinya maka jangan salah Ali kalau setelah ini rumah sakit itu akan rata dengan tanah.

Ingat satu hal Ali bukanlah pria yang bermain-main dengan perkataannya.

"Sial! Kenapa tidak ada yang membuat mobil bisa terbang!"Makinya saat mobilnya mulai terjebak dalam macetnya Ibukota.

Ali tidak henti-hentinya memaki sambil memukul-mukul setir mobilnya setelah ini dia berjanji akan menjadi pembeli pertama jika ada mobil yang bisa terbang perduli setan dengan lembaran rupiah yang harus dia keluarkan.

Lihat saja nanti.

*****

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang