Bab 21

3.2K 353 14
                                    


Setelah melewati padatnya jalanan akhirnya Prilly dan Ali tiba di parkiran rumah sakit. Ali dan Prilly serentak keluar setelah Ali memarkirkan mobilnya lalu berjalan beriringan menuju loby rumah sakit.

Ali dan Prilly harus berjalan kaki lumayan jauh karena Ali tidak mendapatkan area parkir didekat loby semua area parkir di dekat loby penuh hingga mau tidak mau Ali harus memarkirkan mobilnya di tempat yang lumayan jauh dari loby rumah sakit.

Prilly memperhatikan Ali secara diam-diam, wajah Ali terlihat begitu lesu dan lelah bahkan Prilly yakin Ali belum sempat mengganti pakaiannya  Ali masih mengenakan kemeja biru muda meskipun tanpa jas Prilly tahu itu baru kantor karena Ali juga mengenakan celana kain hitam yang terlihat kusut sama dengan kondisi baju Ali yang terlihat kumal.

Ali memang sudah tidak mengenakan sepatunya lagi karena tadi sebelum menjemput Prilly dia mengantikan sepatunya dengan sandal jepit yang selalu dia simpan di dalam mobilnya.

Prilly benar-benar merasa prihatin dengan penampilan Ali saat ini, semuanya terlihat jauh dari kata rapi bahkan rambut Ali sudah seperti terkena puting beliung namun satu hal yang Prilly herankan adalah wajah Ali masih saja terlihat tampan dan begitu enak untuk dipandang.

Luar biasa ciptaan Tuhan, Tuhan benar-benar menganugrahkan ketampanan untuk Ali yang bisa dikatakan diatas rata-rata. Tinggi, tegap dengan kulit putih bersih rahang tegas dengan kelopak bibir penuh, hidung mancung serta alisnya yang berjejer rapi membuat kaum wanita iri dan satu lagi jangan lupakan bulu mata Ali yang panjang dan begitu lentik benar-benar enak dipandang mata.

"Awas!"

Prilly begitu terkejut dengan teriakan Ali namun belum sempat dia bertanya ada apa tiba-tiba tubuhnya sudah oleng dan matanya nyaris meloncat ketika kakinya seperti kehilangan pijakan.

"Awww!!"Prilly berteriak histeris saat membayangkan tubuhnya akan terhempas ke tanah.

Prilly tidak berani membuka matanya dia sudah bersiap untuk merasakan kesakitan pada bokongnya namun beberapa saat kemudian Prilly tidak merasakan apa-apa dan ketika matanya terbuka Prilly kembali terbelalak ketika posisinya ada diatas tubuh Ali.

Lagi? Hanya kurang ciuman saja.

Prilly buru-buru beranjak dari atas tubuh Ali diikuti Ali yang terlihat begitu meradang. "Mas kalau jalan liat-liat dong! Ini rumah sakit bukan lapangan!"Ali begitu nyolot ketika memarahi pria yang menjadi dalang insiden barusan.

Jantung Ali nyaris copot ketika tubuh mungil Prilly di tabrak oleh pria berbadan tegap yang berdiri angkuh didepannya sekarang. Ali benar-benar kesal melihat wajah sengak pria penabrak Prilly ini.

"Santai aja kali Mas. Lagian perempuan ini juga nggak kenapa-napa."sahut pria itu enteng.

Para perawat dan juga orang-orang yang berada di loby berbondong-bondong keluar ketika melihat dua orang pria tampan adu mulut dalam fikiran mereka Ali dan pria itu ribut karena memperebutkan Prilly.

"Bukan masalah baik-baik ajanya Mas. Mas harus hati-hati badan Mas tuh besar kalau nabrak orang mungil kayak saya ya terpental lah. Kok begok sih itu aja nggak bisa mikir!"Prilly ikut mencerca pria sombong yang hampir membuatnya celaka.

Prilly benar-benar tidak sadar kalau dia dan Ali sudah menaiki tangga menuju loby rumah sakit sampai tiba-tiba pria sombong ini menabraknya. Dan yang lebih membuat Prilly jengkel adalah wajah pria yang menabraknya ini sama sekali tidak memperlihatkan rasa bersalah.

Wajahnya terlihat begitu angkuh dan sombong dan Prilly benar-benar membenci orang-orang yang sombong seperti pria ini.

"Kalau kamu kenapa-napa tenang saja. Aku bersedia menikahi kamu."

Prilly nyaris tersedak air ludahnya ketika pria penabrak itu berusaha menggodanya sedangkan Ali sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja karena secara tiba-tiba Ali sudah melayangkan satu tinju yang membuat laki-laki itu jatuh tersungkur.

Bugh!

Semua berteriak histeris ketika Ali memukul pria itu bahkan orang-orang yang berada di dalam loby berdesak-desakan keluar ingin melihat pertengkaran dua pria tampan itu.

Prilly segera tersadar dari keterkejutannya dan buru-buru menahan Ali dengan cara memeluknya. "Sudah Mas. Sudah jangan buat keributan tujuan kita kesini untuk melihat Om Aji bukan bertengkar."Prilly mengeratkan pelukannya pada pinggang Ali ketika Ali meronta ingin di lepaskan.

"Lepasin aku Pril! Aku benar-benar akan merobek mulut sialan itu!"Ali benar-benar emosi otaknya tidak bisa menerima ketika pria yang kini sudah bangkit setelah mendapat pukulan darinya itu menggoda Prilly tepat di depan dirinya.

"Udah Mas! Udah biarin aja. Kita masuk sekarang kasihan Om Aji udah nungguin kita."Prilly masih berusaha membujuk Ali yang terlihat begitu meledak-ledak apalagi ketika pria itu dengan sengaja mencolek bahu Prilly.

"Ouch sialan! Kau benar-benar akan mati malam ini!!"

**

Ali didampingi Prilly keluar dari kantor satpam yang akhirnya harus turun tangan ketika Ali benar-benar menghajar pria yang menggoda Prilly tadi.

Prilly berjalan dengan kepala menunduk di belakang Ali dia tidak berani mengeluarkan suaranya karena raut wajah Ali benar-benar tidak bersahabat saat ini. Kedua tangan pria itu terkepal disisi tubuhnya dengan rahang mengeras sejak tadi wajah tegang Ali benar-benar menyeramkan.

"Jika tidak mengingat dosa mungkin aku benar-benar akan membunuh pria kurang ajar itu."Dengus Ali kentara dengan kekesalannya.

Ali mendadak menghentikan langkahnya hingga Prilly yang berjalan di belakangnya menyeruduk punggung lebarnya.

Dug!

"Aw!"Ringis Prilly ketika merasakan keningnya menghantam punggung Ali yang keras.

Ali seketika menoleh dan melihat Prilly sedang terbungkuk sambil mengusap dahinya. "Ngapain kamu jalan di belakang aku sih? Nabrakkan sini aku lihat."Ali menggerutu sambil menjulurkan tangannya menggeser tangan Prilly yang tengah mengusap dahinya.

"Sampai merah gini sih."Ali kembali memgomel ketika melihat dahi Prilly memerah sedangkan Prilly jangan di tanyakan lagi mendapatkan perhatian semanis ini dari Ali sontak membuat wajahnya memerah.

Mereka sedang berada didepan loby rumah sakit hingga perlakuan manis Ali pada Prilly menarik perhatian beberapa orang yang lewat.

Ali mengusap lembut dahi Prilly yang memerah. "Sakit banget ya?"Tanyanya sebelum meniup-niup dahi Prilly.

Prilly kembali dibuat terpaku hembusan nafas Wangi Ali membuatnya seperti melayang hingga tak menginjak bumi.

"Sakit banget ya sampai kamu nggak bisa jawab aku. Cek ke dokter aja yuk!"Ali benar-benar khawatir dengan Prilly tanpa sadar tangannya sudah turun dan menangkup pipi tembem Prilly.

Prilly segera tersadar terlebih ketika merasakan usapan lembut tangan Ali di pipinya, dia benar-benar tidak kuat dengan manisnya sikap Ali padanya. "En..ggak apa-apa. Enggak apa-apa, aku baik-baik aja kok."jawab Prilly terbata.

"Beneran?"Tanya Ali memastikan.

Prilly menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan wajah yang terlihat begitu imut hingga membuat Ali tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Prilly.

"Gemesin banget sih kamu."

Kembali wajah Prilly merona dengan cepat dia menyingkirkan tangan Ali dari wajahnya lalu berbalik berjalan terlebih dahulu meninggalkan Ali yang tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah menggemaskan Prilly.

Jika sudah seperti itu apakah Ali masih mampu menjalankan rencananya?

*****

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang