Bab 44

3.2K 392 22
                                    


Seperti orang kesetanan Ali memarkirkan mobilnya sembarangan sampai satpam rumah sakit menahan langkahnya.

"Mohon maaf Mas jangan parkir di depan pintu masuk. Silahkan parkir ke area yang sudah di sediakan rumah sakit."Seorang satpam berusia pertengahan tahun menghadang Ali yang akan berlari menuju loby rumah sakit.

"Saya tidak sempat ke parkir lagi Pak. Istri saya mau melahirkan. Tolong pindahkan mobil saja atau terserah bakar saja sekalian Pak. Permisi."

Ali meninggalkan satpam yang mematung sambil melongokkan kepalanya ke dalam mobil Ali yang kebetulan pintunya tidak sempat di tutup Ali.

"Ck! Orang kaya mah bebas mobil sebagus ini saja di suruh bakar. Ckck!"Satpam itu tidak hentinya berdecak sambil memperhatikan mobil Ali.

Satpam itu benar-benar terkesima dengan Ali yang sepertinya benar-benar berniat menghilangkan mobilnya bukti nya pria itu meninggalkan mobilnya dalam keadaan menyala.

"Ini gimana ngemudinya sih? Beda banget sama angkot di rumah."Satpam itu mulai kebingungan karena tidak tahu cara mengemudikan mobil sport milik Ali.

"Minta tolong Dokter disini saja kasihan kalau mobil ini di bakar."Satpam rumah sakit itu keluar dari mobil Ali berniat mencari seseorang yang bisa membantunya mengemudikan mobil Ali agar bisa dipindahkan ke parkiran.

Ali benar-benar kesetanan berlarian di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan orang-orang yang ditabrak olehnya. Ali mengabaikan umpatan dan makian yang ditujukan untuk dirinya.

Keringatnya mulai bercucuran membasahi wajah dan jas mahalnya tapi Ali tidak perduli yang diperdulikan hanya Prilly. Dan sialnya Ali harus menunggu lift selanjutnya yang akan membawanya ke kamar calon istrinya di rawat.

Ali memang sempat menanyakan dimana kamar Prilly dan sialannya lift yang akan membawanya ke lantai 13 penuh. Tidak ada cara lain, dengan cepat Ali bergerak menuju tangga darurat dan mulai berlarian menaiki puluhan anak tangga.

Nafasnya mulai pendek-pendek Ali benar-benar kelelahan namun dia tidak ingin berhenti dan istirahat terlebih dahulu karena itu akan membuatnya semakin terlambat menemui calon istrinya.

"Ya Tuhan jika tadi aku menginginkan mobil terbang maka sekarang aku ingin memiliki sayap. Jangan gila disini Li masih ada puluhan anak tangga yang harus kau lalui. Semangat demi calon istri!"Ali berbicara dengan nafas tersendat-sendat karena kelelahan.

**

Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali matanya terasa silau karena cahaya matahari yang masuk lewat jendela di sisi kanannya.

Menghela nafas Prilly sekarang tahu dia berada dimana dengan jarum infus yang menancap di tangan kanannya tentu sudah menjawab semuanya.

"Kamu sudah sadar Pril?"

Prilly menoleh disertai ringisan pelan ketika kepalanya mendadak pusing karena terlalu cepat menoleh untuk melihat siapa yang masuk ke dalam kamar inapnya.

"Dokter Bima?"Dia masih mengingat Dokter tampan yang memeriksa Ali beberapa waktu lalu.

Dokter Bima tersenyum lembut pada gadis yang sudah menambatkan hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.

"Benar ini saya rupanya kamu masih mengingat saya wajar sih karena ketampanan saya sangat sulit untuk dilupakan."Candanya diikuti dengan kekehan gelinya.

Prilly tersenyum lemah berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya. "Kepala kamu masih pusing?"Dokter Bima kembali bertanya saat melihat Prilly meringis setelah duduk bersandar di atas ranjangnya.

Prilly menganggukkan kepalanya. "Sedikit Dok."jawabnya sambil memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit.

Bima menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Prilly yang masih terlihat begitu cantik meski wajahnya terlihat begitu pucat.

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang