Bab 50

3.3K 361 18
                                    

Puas bergosip Rama berniat meninggalkan rumah sakit di mana Bima bekerja. Sebenarnya niatnya kemari mencari Ali dan kebetulan tadi dia melihat Bima lalu mengajaknya mengobrol.

Dan seperti Bima katakan Ali tidak ada disini. Rama ingin menyambangi kamar Ibunya Prilly tapi karena mereka belum cukup dekat satu sama lain hingga membuat Rama segan.

Rama ingin memberi tahu Ali kalau kemarin dia melihat Rola masuk ke dalam hotel bersama seorang pria dan dia yakin pria itu bukan Denis.

Rama merasa tidak tepat kalau harus menceritakan semua itu melalui sambungan telefon jadi hari ini dia memutuskan untuk menyambangi Ali tapi sayangnya Ali tidak ada dimana-mana. Sebenarnya kemana sih pria itu?

"Mas Rama."

Rama yang hampir membuka pintu mobilnya sontak menoleh. "Loh Prilly?"Dia memastikan apakah yang memanggilnya barusan memang Prilly kekasih Ali.

Prilly tersenyum kecil sebelum bergerak maju mendekati Rama. "Iya ini aku Prilly."Prilly terlihat sedikit gugup tapi dia harus menuntaskan rasa penasarannya dari pada dibiarkan dan menimbulkan pikiran-pikiran buruk terhadap Ali lebih baik dia mengkonfirmasi langsung pada Rama.

"Eh kok melamun? Ada apa?"Rama menyentuh lembut bahu Prilly hingga gadis itu sedikit tersentak.

Rama tahu hubungannya dengan Prilly belum cukup dekat tapi dia yakin Prilly gadis baik dan sangat cocok mendampingi Ali. Tatapan polosnya benar-benar menggemaskan hingga tidak heran Ali begitu posesif pada gadis ini terlebih Bima juga menaruh hati pada gadis mungil ini.

"Kenapa sekarang malah Mas Rama yang melamun?"Prilly terkekeh kecil hingga menyadarkan Rama lalu keduanya tertawa bersama.

"Di sini panas kita cari cafe atau ke kantin saja jika ada yang ingin kamu bicarakan. Bagaimana?"tawar Rama yang di angguki oleh Prilly.

"Sekalian makan siang aja kalau nggak gimana? Mau jam 12 juga ini."Rama kembali berbicara setelah melirik jam di atas dashboard mobilnya.

Sekarang mereka sudah memasuki jalan raya dan bergabung dengan puluhan mobil yang sepertinya akan terlibat macet. Dan benar saja tak lama mobil Rama dan puluhan mobil lain mulai membentuk deretan panjang.

"Boleh deh Mas. Tapi bakal lama deh karena macetnya lumayan parah juga ini."Prilly memanjangkan lehernya melihat ke depan.

Rama mengikuti apa yang di lakukan Prilly dan mengangguk setuju. "Bener kayaknya bakal lama nih."

Prilly menghela nafas jika menunggu sampai mereka tiba di restoran yang akan menjadi tempat makan siang mereka rasanya terlalu lama sedangkan dirinya sudah tidak sabar untuk memuaskan rasa penasarannya.

Entah kenapa Prilly benar-benar tidak tenang saat ini padahal jika di pikir kembali wajar saja mantan kekasih Ali berkeliaran di sekitar sini toh ini kota besar jadi tidak mungkin rasanya melarang orang berada di kota ini.

Tapi bukan itu masalahnya, Prilly hanya memiliki firasat kalau kembalinya mantan kekasih Ali akan membawa dampak buruk untuk hubungan mereka ke depan.

Stop!

Astagfirullah.. Ya Allah bersihkan hatinya dari buruk sangka pada orang lain.

Prilly menghembuskan nafasnya mungkin dia memiliki ketakutan sendiri seperti ini karena dia benar-benar mencintai Ali dan takut kehilangan pria itu.

Tapi kenapa hatinya gundah seperti ini ditambah Ali yang sama sekali tidak memberinya kabar seperti ini bahkan Rama yang notabene sahabatnya juga tidak tahu dimana Ali sekarang.

Apa jangan-jangan...

"Sebenarnya apa yang sedang menganggu pikiranmu Prilly? Mas lihat kamu terlalu memaksakan diri untuk berfikir. Apa ada masalah?"

Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menoleh dan matanya bertemu dengan mata hitam Rama yang juga sedang memperhatikan dirinya.

"En..enggak Mas. Cuma...cuma.."Prilly terbata-bata, dia tidak tahu harus memulai dari mana.

Jika langsung bertanya apa Rama tidak akan berfikir kalau dirinya termasuk wanita pencemburu atau lebih buruknya dia akan di cap sebagai wanita posesif yang membosankan.

Tapi jika tidak bertanya bagaimana mungkin Rama bisa tahu isi hatinya.

Ya Tuhan kenapa jadi rumit begini?

"Tanyakan saja kalau ada yang mengganjal di hati kamu."Rama kembali membuka suara, dia jadi tidak tega melihat wajah tertekan Prilly sepertinya gadis itu benar-benar sedang berfikir keras.

"Mas maaf kalau aku lancang tapi aku benar-benar tidak sengaja mendengar percakapan Mas dengan Dokter Bima tadi."Prilly memulainya dari sana sebelum melanjutkan dia memilih melihat wajah Rama apakah pria itu tersinggung dengan perkataannya barusan.

Tapi yang dia dapati hanya senyuman geli bahkan bibir pria itu tampak berkedut seperti menahan tawa. Dan seketika Prilly mendengus dia lupa kalau hubungannya dengan Rama belum sedekat itu tapi melihat wajah geli pria itu benar-benar membuatnya kesal.

Seperti biasa ketika sedang merajuk maka bibir tipisnya langsung maju beberapa senti. Dan tawa Rama benar-benar pecah ketika melihat wajah manyun kekasih sahabatnya itu.

Prilly benar-benar menggemaskan.

"Biar Mas tebak kamu pasti ingin menanyakan perihal Rola mantan kekasih Ali kan?"Rama sudah menghentikan tawanya beralih menatap Prilly penuh selidik.

Dengan wajah cemberut Prilly menganggukkan kepalanya. "Entah kenapa perasaanku benar-benar tidak enak setelah mendengar nama perempuan itu."Prilly enggan menyebutkan nama wanita yang pernah singgah di hati Ali.

Rama tersenyum kecil dia mengerti perasaan Prilly meskipun belum pernah terlibat dalam masalah percintaan tapi dia tahu dalam sebuah hubungan kecemburuan, rasa takut kehilangan, gundah, gelisah itu adalah hal yang wajar.

Rama yakin jika sampai Prilly tahu bagaimana Ali mencintai Rola dulu mungkin gadis itu tidak akan tenang sama sekali.

"Mereka hanya terlibat hubungan dan itu semua sudah berakhir sejak 5 tahun lalu. Jadi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."Rama tidak ingin menceritakan apapun karena itu bukan haknya karena yang berhak itu hanya Ali.

Prilly menganggukkan kepalanya. "Benar Mas. Seharusnya aku percaya sama Mas Ali bukan ketakutan atau berburuk sangka. Mas Ali pasti nggak akan ngecewain aku kan Mas?"Prilly tahu hatinya masih sedikit ketakutan dia hanya perlu diyakinkan.

Rama menganggukkan kepalanya. "Pasti."semoga saja Ali tidak melakukan hal bodoh dengan mempertaruhkan kamu Prilly. Sambung Rama di dalam hati.

Mobil Rama masih terjebak dalam kemacetan namun suasana di dalam mobil sudah jauh lebih tenang. Prilly dan Rama banyak bercerita bahkan mereka sudah bisa seakrab itu dalam hitungan jam.

Rama benar-benar suka dengan sikap supel Prilly, manis dan polosnya gadis itu benar-benar alami tidak dibuat-buat dan dia berjanji jika Ali sampai menyakiti Prilly maka dia orang pertama yang akan menghajarnya.

Rama sama sekali tidak rela sahabatnya melepaskan permata seperti Prilly hanya untuk setumpuk kotoran seperti Rola.

Sampai kapanpun dia tidak akan membiarkan wanita yang pernah menyakiti sahabatnya kembali berkeliaran di sisi Ali. Tidak akan.

Karena rasanya terlalu menjijikkan jika sampai Ali kembali jatuh ke dalam tumpukan kotoran itu.

*****

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang