Bab 36

3.7K 397 47
                                    


Dulu tepatnya sejak kecil Ali sudah diajarkan oleh Papanya jika menginginkan sesuatu dia harus berusaha untuk mendapatkannya meskipun dia pewaris tunggal dengan harta yang mungkin tidak akan habis sampai tujuh turunan tapi tetap saja Ali harus melakukan satu hal yang bernama Usaha.

Dan Ali selalu menerapkan apa yang diajarkan sang Papa dalam meniti kehidupannya. Termasuk ketika dia berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Ali harus mengerahkan semua waktu dan tenaganya untuk belajar agar bisa diterima di universitas yang sudah lama diincar olehnya.

Pada akhirnya Ali lulus di sana dan semua itu karena hasil kerja kerasnya bukan karena koneksi atau kekuasaan nya sebagai pewaris tunggal. Papanya juga tidak campur tangan dalam kesuksesannya -lulus di universitas kenamaan- kala itu semua murni hasil kerja kerasnya.

Ali manja dan dia akui itu tapi dalam hal bertarung -belajar- semua kemanjaannya akan menguap dia hanya akan adu otak bukan adu kekuasaan. Dan sampai saat ini ketika dia berhasil menduduki kursi Direktur semua dia dapat dari hasil kerja keras.

Walaupun tanpa kerja keras pun kursi Direktur Suryo Group memang sudah menjadi miliknya hanya saja Ali ingin menunjukkan kalau usaha memang tidak pernah mengkhianati hasilny.

Dan sekarang Ali harus kembali berjuang ketika hatinya sudah berlabuh pada gadis mungil berparas cantik di hadapannya saat ini. Jika tidak berada dalam posisi genting seperti ini mungkin Ali sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah melongo Prilly yang terlihat begitu lucu.

Hanya saja untuk saat ini jangankan tertawa menggerakkan bibirnya untuk tersenyum saja Ali tidak mampu bibirnya berubah kaku seiring dengan detak jantungnya yang menggila.

Ternyata menunggu jawaban 'iya' dari Prilly lebih menegangkan dari pada menunggu kesepakatan proyek triliunan rupiah.

"Ka..kamu bilang apa tadi?"Prilly baru sadar dari keterpanaannya langsung bertanya pada Ali, ia hanya ingin memastikan bisa saja Ali mengigau saat mengatakan hal itu bukan?

Ali menghela nafas lututnya terasa lemah hingga akhirnya dia memilih mundur dan duduk di sisi ranjang. "Aku lemes. Aku ngulang lagi sambil duduk aja nggak apa-apa ya?"Ali masih sempat menanyakan hal seremeh itu ditengah kondisi segenting ini.

Prilly mengangguk meskipun hatinya sudah gemas bukan main apalagi ketika bertanya Ali selalu memperlihatkan wajah polosnya yang memang sudah seperti itu atau sengaja Ali buat-buat polos begitu. Tapi sepertinya wajah polos menggemaskan itu bukan sebuah kesengajaan yang Ali lakukan.

"Kalau aku lamar lagi kamu mau jawab apa?"

Prilly menggigit kuat bibir bawahnya ketika Ali kembali bertanya dengan wajah polosnya. "Emang tadi itu lamaran?"Ali menganggukkan kepalanya masih dengan wajahnya yang terlihat begitu lugu.

"Memang ada lamaran seperti ini? Ditempat ini?"Prilly memperhatikan ke sekeliling mereka menunjukkan dimana mereka berada disaat ini.

Ck! Kenapa Ali tidak sadar dimana mereka berada saat ini masak iya Prilly dia kasih gagang infus bukan cincin! Bego sih!

Prilly menahan diri agar tidak tertawa melihat wajah Ali yang berubah cemberut dia yakin pria itu pasti sedang menggerutu habis-habisan lihat saja bagaimana bibir merah alami itu manyun-manyun tidak jelas.

Prilly memandang wajah Ali yang sepertinya sama sekali tidak sadar kalau dirinya sedang diperhatikan oleh Prilly gadis yang baru saja dilamar olehnya itu. Prilly tersenyum kecil ketika merasakan debaran jantungnya yang berdentum menggema di rongga dadanya.

Prilly tahu dirinya sudah jatuh dalam pesona pria tampan yang sedang manyun di hadapannya ini. Tanpa Ali sadari Prilly berjalan mendekati pria yang duduk di sisi ranjang dengan wajah cemberut.

Cup!

Prilly mengecup lembut pipi Ali hingga membuat si empunya terkejut bukan main bukannya merasa bersalah Prilly malah tersenyum lebar ketika melihat wajah menganga Ali yang begitu menggemaskan.

"Itu jawaban dari aku. Cukupkan?"

**

Ali tidak bisa menahan senyumannya ketika sudah menginjakkan kaki di rumah sakit dimana Papanya di rawat. Setelah, ah bagaimana dia menjelaskannya ya. Ali malu.

Ckck! Seperti lepas perawan saja.

Yak! Dia bukan malu karena lepas perawan tapi wajah Ali mulai memerah bahkan rona merah itu menjalar sampai ke lehernya.

Wah benar-benar sudah menjadi budak cintanya Prilly dia ini.

"Selamat malam Pak."sapa Suster perempuan yang sudah menargetkan Ali sebagai calon gebetannya sejak pertama melihat Ali datang kerumah sakit ini.

"Malam."balas Ali dengan senyuman yang begitu manis. Ah senangnya hati Ali hari ini.

Suster bernama Lia itu sontak berdiri kaku saat melihat senyuman Ali untuk pertama kalinya. Biasanya pria itu hanya akan mengangguk ketika di sapa bahkan pernah dengan cueknya Ali mengabaikan sapaannya tapi kenapa malam ini pria itu bisa tersenyum semanis itu padanya?

Dan sial! Kenapa senyuman pria bisa semanis itu sih?

Suster Lia segera tersadar dari keterpanaannya pada Ali saat temannya sesama suster memanggil namanya. Sedangkan Ali sudah menghilang ke dalam lift yang akan membawanya keruang sang Papa.

Ali sudah menelfon Ibunya tadi sore dan beliau mengatakan kondisi Papanya masih sama seperti kemarin belum ada kemajuan. Ali sendiri ngotot keluar dari rumah sakit karena khawatir Ibunya cemas karena dirinya tak kunjung menampakan diri di sini.

Ali dan calon istrinya. Rasanya benar-benar menyenangkan ketika menyebut Prilly sebagai calon istrinya. Dia tidak menyangka jalan cintanya dengan Prilly akan semudah ini. Dia sudah mempersiapkan diri untuk dimaki-maki oleh Prilly tapi ternyata Tuhan malah memberinya hadiah yaitu Prilly dan Ali berjanji setelah masalah ini dia akan kembali melamar Prilly tentu saja dengan cincin bukan gagang infus.

Mengingat Prilly kembali senyuman terukir di bibirnya. Sialan! Kenapa tiba-tiba dia malah kembali membayangkan lembutnya bibir Prilly ketika bibirnya dengan nakal melumatnya.

Dia tidak menyangka bibir tipis itu memiliki tekstur kenyal dan begitu lembut ketika dilumat oleh bibirnya. Satu kata yang cocok mewakili segala rasa yang melanda dirinya yaitu nikmat.

Bibir Prilly benar-benar luar biasa nikmat.

Auh sialan! Kenapa dia berubah menjadi pria mesum seperti ini.

Ali mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak boleh. Dia tidak boleh seperti ini tapi gimana dong? Ketika kata 'cukupkan?' keluar dari bibir Prilly dengan cepat Ali menjawab tidak lalu tanpa aba-aba dia segera melumat bibir tipis calon istrinya itu.

Tring!

Ali buru-buru menormalkan ekspresi wajahnya. Wajah mesumnya seketika berubah datar seperti biasa. Untungnya sejak menaiki lift tadi Ali sendirian jadi tidak ada yang melihat wajah mesumnya. Syukurlah.

Berdehem pelan Ali baru melangkahkan kakinya keluar dari lift saat ponselnya bergetar dengan cepat Ali merogoh saku celananya.

My makmum❤️
Mas besok pagi Insya Allah aku bakal jenguk Om Aji.

Dan senyuman Ali mengembang semakin lebar. Sepertinya jalan untuk dirinya bersatu dengan Prilly semakin terbuka lebar.

Semoga saja tidak ada hal-hal lain yang mengharuskan mereka untuk berpisah. Semoga saja.

*****

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang