Bab 34

3.7K 405 42
                                    


"Keluarga pasien bernama Ali."

Prilly buru-buru beranjak dari duduknya. "Saya Sus. Saya keluarga Mas Ali."Sahut Prilly cepat.

Suster di hadapan Prilly tersenyum ramah. "Mbak ditunggui oleh Dokter Bima didalam ruangannya ya Mbak."Kata Suster itu sambil menunjuk kearah ruangan Dokter yang bernama Bima. Prilly mengerti Bima adalah nama Dokter yang menangani Ali tadi.

"Baik Sus. Terima kasih, saya akan ke ruangan Dokter Bima sekarang."Kata Prilly sebelum berlalu menuju ruangan Dokter Bima.

Prilly memang tidak berada di depan ruangan Ali tadi setelah Ibunya dibawa oleh perawat tadi. Prilly harus mengurus administrasi untuk Ibunya dia memutuskan agar Ibunya dirawat saja dan Dokter yang menangani Ibunya juga menyarankan hal demikian.

Sehingga setelah mengurus keperluan Ibunya yang lumayan memakan waktu Prilly baru kembali menunggui Ali yang sudah ditangani oleh Dokter. Ali juga sudah dipindahkan keruang inap. Prilly melirik jam di pergelangan tangannya hampir jam 12 siang dan dia sama sekali belum mengistirahatkan tubuhnya sejak pagi tadi.

Dan setelah menemui Dokter Bima dia berniat untuk menghubungi keluarga Ali untuk memberitahukan kondisi Ali saat ini. Semoga saja tidak ada penyakit yang serius yang diderita oleh Ali. Entah kenapa dia jadi trauma sendiri apalagi mengingat riwayat penyakit Om Aji, Ayahnya Ali.

Memang bukan penyakit menular -penyakit yang diderita oleh Aji- hanya saja Prilly merasa takut sendiri meskipun dia yakin Ali pasti baik-baik saja.

Tok! Tok!

"Masuk!"

Prilly membuka perlahan pintu ruangan Dokter Bima setelah mendengar suara dari dalam. "Selamat siang Dokter."Sapanya begitu pandangan Dokter Bima menangkap kehadirannya.

"Iya selamat siang. Silahkan masuk Mbak."balas Dokter Bima ramah.

Prilly melangkahkan kakinya memasuki ruangan Dokter Bima lalu menghempaskan pantatnya diatas kursi yang ada di depan meja kerja beliau.

Prilly memperhatikan gerak-gerik Dokter muda di hadapannya meskipun tidak muda layaknya pemuda berumur 20 tahun karena menurut Prilly Dokter di hadapannya sepertinya berusia sekitar 30 tahun keatas, 35 tahun mungkin.

"Keluarga pasien bernama Ali?"Tanya Dokter Bima memastikan.

Prilly tersenyum sopan sebelum menganggukkan kepalanya. Penampilannya sudah sedikit tertolong karena sebelum memasuki ruangan Dokter Bima tadi dia menyempatkan diri untuk mencuci muka lelahnya.

"Saya temannya Dokter."

Dokter Bima menganggukkan kepalanya. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan teman kamu. Saudara Ali hanya membutuhkan beberapa hari untuk memulihkan kondisinya meskipun tadi kondisi saudara Ali cukup mengkhawatirkan tapi untuk saat ini semuanya sudah baik-baik saja."Jelas Dokter Bima ramah.

Prilly menghembuskan nafasnya lega. Dadanya benar-benar ringan setelah mengetahui kondisi Ali yang sudah baik-baik saja. Dan setelah merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Prilly berniat mengundurkan diri karena masih ada Ibunya yang harus dia jaga juga.

Namun sebelum tangannya mencapai pintu tubuhnya seketika terpaku saat mendengar perkataan Dokter Bima yang lumayan keras.

"Saya tertarik sama kamu. Menurutmu jika saya ajak kamu berkencan dengan saya bagaimana?"

**

Prilly merebahkan tubuhnya di atas sofa didalam ruangan Ali. Dia ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak setelah keluar dari ruangan Dokter Bima. Menghela nafas Prilly benar-benar tidak habis fikir dengan sikap playboy Dokter itu tampan memang tapi rasanya benar-benar tidak pantas mengajak perempuan berkencan bahkan dikali pertama tatap muka.

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang