Bab 45

3.4K 390 17
                                    


Prilly masih belum membuka mulutnya sejak setengah jam yang lalu. Dokter Bima benar-benar angkat kaki dari kamar Prilly hingga menyisakan Ali dan Prilly dalam keheningan.

Tepatnya Prilly yang mengabaikan semua rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Ali. Pria itu tidak bosan-bosannya mencari perhatian dari kekasihnya yang sayangnya sama sekali tidak di respon oleh Prilly.

"Sayang.. Kamu mau diemin Mas sampai kapan sih eum? Mas udah minta maaf kan?"Ali mengambil tempat didepan Prilly yang duduk nyaman diatas ranjang pasiennya.

Menghela nafas panjang ketika Prilly lagi-lagi tidak merespon dirinya. Ali mulai putus asa menghadapi Prilly yang memilih diam dari pada melampiaskan kekesalannya pada dirinya yang ingkar janji kemarin.

"Sayang Mas benar-benar minta maaf sama kamu. Mas salah karena melupakan janji kita tapi Demi Tuhan Mas nggak sengaja Sayang. Mas mohon kamu ngomong dong! Mas kangen kamu! Emang kamu nggak kangen Mas apa?"Ali merajuk.

"Enggak!"

Seketika Ali memanyunkan bibirnya, sedari tadi tidak merespon pertanyaannya sekali merespon kenapa ketus begitu sih?

Tentu saja Ali hanya berani menggerutu di dalam hatinya saja jika di mulut bisa-bisa dia yang ditendang Prilly dari kamar ini.

Prilly masih betah menatap ke luar jendela pemandangan jalanan yang macet di bawah sana jauh lebih menarik dari pada wajah tampan calon suaminya. Prilly tidak marah dia mengerti kalau Ali sibuk seperti kata pria itu tadi tapi apa salahnya pria itu mengabari dirinya terlebih dahulu sehingga dia bisa tenang dan tidak resah memikirkan keadaan pria itu sepanjang malam.

Demi Tuhan dari pada marah Prilly lebih merasa ketakutan dia cemas dia takut kalau terjadi hal buruk pada Ali. Tapi apa kata pria itu tadi? Lupa? Hebat sekali alasannya.

Jika bukan karena cintanya yang berlebihan pada Ali mungkin dia sudah menendang bokong pria nakal itu. Lihat saja sejauh mana Ali bersabar membujuknya jika pria itu marah maka dia siap menyemburkan semua kekesalannya yang sudah dia simpan sejak semalam.

Dari pada makan hati lebih baik dia melampiaskan semuanya supaya Ali juga tahu kalau diabaikan apalagi sampai di lupakan itu tidak enak.

"Sayang. Please! Liat Mas dong, Mas kangen kamu."Ali kembali merengek kali ini sambil memegang leher Prilly berusaha menggerakkan kepala Prilly agar menoleh padanya.

Pria itu benar-benar frustasi diabaikan oleh calon istrinya.

Prilly berusaha sekuat tenaga menahan agar lehernya tidak bergerak jika melihat Ali dia yakin hatinya akan luluh begitu saja apalagi suara rengekan Ali terdengar begitu menggemaskan Prilly yakin ekpresi wajah Ali juga tidak kalah menggemaskannya.

"Aku pulang aja deh ya! Capek-capek kemari eh dicuekin."Ali berniat menggoda kekasihnya namun tanggapan Prilly jauh dari prediksinya.

"Oh jadi kamu capek? Yaudah nggak lagi kesini! Nggak usah jumpain aku lagi sekalian!"Prilly berkata sinis dengan wajahnya yang terlihat marah ketika menatap Ali.

Ali gelagapan seketika. Demi Tuhan bukan ekspresi ini yang dia harapkan dari Prilly bukan wajah marah Prilly tapi dia berharap Prilly berbalik dan menatapnya dengan manja seperti biasa.

Ouh sialan! Kenapa dia bisa salah bersikap di saat-saat seperti ini bukannya mendapat pelukan hangat dia yakin sebentar lagi Prilly benar-benar akan menendangnya dari kamar ini.

"Sayang maksud Mas bukan gitu--"

"Nggak usah banyak alasan deh Mas! Kamu lupain kemarin aja udah cukup buat aku sakit hati! Sekarang malah kamu tambahin gini! Kalau kamu capek ya udah pulang sana!"Prilly segera menarik selimut lalu membaringkan tubuhnya tanpa memperdulikan Ali yang terlihat begitu bersalah.

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang