Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari membuat matanya silau. Siapa yang membuka jendela pagi-pagi begini, batinnya.Merenggangkan ototnya Prilly kembali mengerjap sebelum mata bulatnya terbuka sepenuhnya.
"Bangun sudah jam 10 itu."
Prilly menoleh menatap Ibunya yang sudah terlihat rapi. "Ibu mau kemana?"Dia memilih mengabaikan perkataan Ibunya tadi.
"Pulang. Ibu ingin pulang, lama-lama disini bikin umur Ibu makin pendek."Maryam berusaha bergurau.
Prilly jelas terkejut, sepertinya sudah sangat lama dia tidak mendengarkan gurauan dari Ibunya biasanya mereka akan melalui hari dengan berdebat.
Dengan gerakan cepat Prilly beranjak dari ranjangnya lalu menyanggul rambutnya asal-asalan sebelum mendudukkan dirinya di samping Maryam.
"Ibu sudah sehat?"Prilly menggenggam tangan Ibunya. Ya Tuhan rasanya benar-benar hangat.
Maryam menoleh menatap putrinya sejenak sebelum senyuman hangatnya terukir. "Maafin Ibu karena beberapa hari ini Ibu selalu menyakiti hati kamu."Ucap Maryam tiba-tiba.
Prilly menggelengkan kepalanya, "Ibu tidak salah Prilly yang salah Buk. Prilly minta maaf."Sontak mata keduanya berkaca-kaca.
Prilly tersenyum meskipun air mata menetes di pipinya, ini bukan air mata kesakitan melainkan air mata kebahagiaan. Dia bahagia dan rasanya benar-benar tidak dapat dia gambarkan. Intinya pagi ini adalah pagi terindah setelah mendung menaungi hidupnya.
"Apa kamu benar-benar mencintai Ali Nak?"
Tubuh Prilly sontak menegang, dia tidak ingin membahas hubungannya dengan Ali di saat dia baru saja berbaikan dengan Ibunya.
Maryam tersenyum lembut saat melihat wajah putrinya yang menegang. "Ibu salah dan semalam Ayah kamu datang ke mimpi Ibu."Maryam terlihat menerawang.
"Ayah kamu mengatakan satu kalimat yang menjadi cambuk untuk Ibu. Jangan jadikan dendam sebagai penghalang kebahagiaan putri kita."Maryam mengulang kembali apa yang diucapkan almarhum suaminya dalam mimpinya semalam.
Maryam menundukkan kepalanya, dia merasa dirinya benar-benar menjadi Ibu yang paling jahat di dunia. Bagaimana bisa dia menyengsarakan putrinya hanya karena dendam masa lalunya.
Masa lalu antara dirinya dan Aji sama sekali tidak melibatkan Prilly maupun Ali semuanya murni masa lalu. Bahkan sekarang Aji sudah menerima balasan atas apa yang pria itu lakukan di masa lalu.
Tapi dengan sombongnya Maryam mengatakan tak akan memaafkan pria itu bahkan ketika pria itu sudah menggadaikan hidupnya seperti sekarang ini.
Ya Tuhan betapa sombong dan angkuhnya ia sebagai hamba yang hina penuh dosa Maryam benar-benar malu.
Tuhannya saja selalu memberikan ampunan-nya pada hamba-hambanya yang berlumur dosa tapi kenapa dirinya begitu keras hati untuk memaafkan Aji. Pria itu memang bersalah tapi dia sudah bertaubat dan mengakui semua kesalahannya.
Semakin dipikirkan Maryam semakin malu dengan sikapnya beberapa waktu lalu. Dendam benar-benar membutakan hatinya.
"Buk jangan menyesali apa pun lagi semua sudah berlalu Buk. Sekarang kita hanya bisa berusaha menjadi lebih baik lagi dan jika Ibu berkenan bisakah Ibu memaafkan Om Aji?"Prilly bertanya dengan sangat hati-hati dia tidak ingin Ibunya kembali histeris saat mendengar nama Aji.
Maryam menoleh menatap putrinya dengan wajah bersimbah air mata. "Ibu malu Nak. Ibu malu karena sudah menjadi manusia angkuh. Ibu benar-benar dibutakan oleh dendam hingga lupa kalau Ibu hanya manusia berlumur dosa. Ibu bukan orang suci tapi kenapa Ibu berkeras hati menolak permintaan maaf Aji."Dan tangis Maryam pecah.