Dulu ketika masih menduduki bangku sekolah menengah atas, Ali pernah jatuh cinta bahkan kala itu dia bersedia mengorbankan segalanya demi cinta pertamanya.Semua berjalan indah bahkan untuk usia yang masih belum bisa di katakan dewasa Ali sudah bisa menjaga dan memperlakukan kekasihnya dengan baik.
Sampai tiba di tahun kedua Ali dan pasangannya menjalin cinta tepatnya di tahun terakhir mereka sebelum menghadapi ujian akhir Ali di kejutkan dengan kenyataan yang baru saja di lihat oleh mata kepalanya.
Rola -kekasihnya- cinta pertamanya sedang bercumbu tidak bukan hanya bercumbu tapi bersenggama dengan salah satu teman dekatnya.
"Aaahh.."
Desahan Rola bagai cambukan keras yang di terima oleh Ali. Dia tidak berlari kakinya terlalu lemah untuk sekedar membalikkan badannya. Matanya masih terpaku pada dua orang berbeda kelamin yang tengah menikmati sisa-sisa pelepasan mereka.
Dia tidak menyangka selama ini ternyata hatinya berada ditempat yang salah. Mengepalkan tangannya kuat-kuat Ali nyaris mendobrak pintu kamar Denis hingga kalimat yang keluar dari mulut Rola menghentikan langkahnya.
"Aku benar-benar muak harus berpura-pura mencintai Ali teman kamu itu!"Kata Rola tanpa berniat turun dari atas tubuh Denis.
Wajah Ali semakin pias, Ali bisa melihat ketika tangan Denis mengusap-usap lembut punggung telanjang Rola hingga tangan nakal itu mampir dan meremas lembut bongkahan pantat Rola hingga wanita itu menjerit sekaligus mendesah yang membuat perut Ali mendadak mules.
"Sabar Sayang. Kita harus memanfaatkan kesempatan untuk memoroti Ali. Kamu nggak lihat gimana royalnya dia sama kamu? Mobil keluaran terbaru yang kamu pengen pun di belikan Ali sebagai hadiah bukan?"Denis kembali meremas pantat Rola.
Sambil melenguh Rola kembali membuat gerakan memutar hingga membuat Denis ikut mendesah. "Tapi sampai kapan? Aku benar-benar muak dengan sandiwara ini!"Kata Rola ditengah desahannya.
Ali benar-benar tidak mampu menopang tubuhnya lagi, dia tidak menyangka kalau dirinya benar-benar tolol hingga mampu dimanfaatkan oleh manusia tidak berguna seperti mereka.
Ali merapatkan tubuhnya ke dinding diiringi desahan Denis dan Rola yang kembali mengudara hingga membuat luka di dada Ali menganga semakin lebar.
Dan sejak saat itu Ali bersumpah tidak akan mempercayai ketulusan apalagi cinta yang terdengar layaknya omong kosong ditelinga Ali. Yang mereka perlukan terutama kaum hawa seperti Rola adalah harta dan kedudukan bukan cinta apalagi ketulusan.
Dan Ali tidak akan membiarkan dirinya dimanfaatkan lagi meskipun kali ini dengan cara berbeda. Dia tidak akan menyerahkan apapun yang seharusnya menjadi milik Ali seorang jatuh ketangan orang lain.
Tidak akan!
Selepas kepergian Rama, Ali kembali menekuni pekerjaannya begitu banyak laporan yang harus dia periksa dan di tengah-tengah gerakan tangannya mencoret barisan angka yang dianggap Ali tidak sesuai tiba-tiba bayangan ciuman kecelakaan yang dialaminya tadi pagi kembali terputar di kepalanya hingga gerakan tangannya terhenti.
Ali memejamkan matanya, dia benar-benar seperti perjaka yang baru melihat 'goa' padahal dia sudah sangat ahli dalam sepak terjang cium mencium itu tapi kenapa yang tadi pagi rasanya berbeda?
Dulu Ali pernah berciuman dengan Rola dan hanya sebatas itu karena Ali sangat menghargai Rola sebagai wanita yang sangat dicintai olehnya sampai perselingkuhan Rola terbongkar dan Ali berubah layaknya pria brengsek yang hobi mempermainkan perempuan.
Katakan dia kekanakan! Tapi Ali benar-benar menikmati masa-masa itu sebelum dia berangkat menuntut ilmu dan tinggal di negara lain meskipun sampai disana Ali tetap melanjutkan 'pertualangannya' hanya saja tidak sebebas seperti dulu.
Sampai akhirnya Ali menginjakkan dinegara kelahirannya dan Ali benar-benar sudah melupakan sepak terjangnya sebagai playboy. Mungkin nanti jika masalah warisan ini selesai.
Yang terpenting sekarang adalah saham Suryo Group jangan sampai jatuh ke tangan orang asing. Ali menghela nafas sebelum kembali menekuni pekerjaannya.
Tok!
Tok!
"Masuk!"Ali berkata tanpa menolehkan kepalanya.
"Maaf Pak ada yang ingin bertemu Bapak. Katanya teman lama Bapak."Ami sekretaris Ali atau tepatnya mantan sekretaris Aji yang sekarang menjadi sekretaris Ali.
Ali mendongak mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas di hadapannya, keningnya terlihat berlipat dia sedikit merasa aneh ketika mendengar 'teman lama'.
"Siapa?"
"Gue. Apa kabar Ali?"
**
Ali melangkahkan kakinya memasuki istana dimana Aji Suryo pengusaha terkenal bernaung. Ali menghela nafasnya jika tahu macet parah dijalan menuju rumahnya dia akan lebih memilih pulang ke apartemennya saja.
"Sudah pulang Nak?"Winda yang sedang bersantai segera menyambut putra tunggalnya.
Ali mengangguk pelan sebelum melabuhkan kecupan di kening wanita yang sangat dicintainya itu. "Udah Ma. Papa mana?"Tanya Ali ketika tidak melihat sang Papa.
Winda menghela nafas, "Papa kurang sehat, kesehatannya menurun terlebih keinginannya sampai sekarang belum terpenuhi."Kata Winda lesu.
Ali tahu kemana arah pembicaraan Mamanya. "Sudahlah Mam. Kalau memang istri almarhum teman Papa nggak mau dikasih apa-apa ya sudah biarkan saja toh itu maunya mereka sendiri bukan mau Papa."Ali yang sedang dalam mood yang tidak bagus tidak bisa mengolah kata yang keluar dari mulutnya.
"Kamu nggak bisa seenaknya gitu Mas. Mama dan Papa sudah menceritakan semuanya dan tidak seharusnya kamu memberi respon begini."tegur Winda, dia tidak suka ketika putranya berubah dingin dan tidak berperasaan seperti ini.
Ali menghela nafas panjang hari ini sudah berat untuknya hingga membuat moodnya benar-benar buruk dan dia tidak ingin melampiaskan semuanya pada sang Mama.
"Terserah Mama dan Papa saja kalau begitu."Kata Ali pasrah. "Mas ke kamar duluan ya Ma."Ali segera berbalik dan meninggalkan Winda yang menatap sedih punggung putranya.
"Apa ini karma untuk Mama dan Papa Mas? Mama dan Papa menyakiti putri orang lain dan semua seperti berbalik pada kamu. Kamu di sakiti oleh orang yang paling kamu percaya sama seperti almarhum Usman yang dikhianati oleh Papa sahabat karibnya."Ujar Winda tanpa sadar sudah menitikkan airmatanya.
Begitu sampai di kamarnya Ali segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang kepalanya berdenyut sakit dan ingin segera di istirahatkan. Namun Ali memilih untuk beranjak menuju kamar mandi dari pada berbaring yang mungkin akan membuatnya terlelap Ali tidak bisa tidur sekarang karena ada hal penting yang harus ia lakukan.
Ali menghabiskan waktu satu jam lebih di dalam kamar mandi, ia memilih berendam untuk merilekskan otot-ototnya yang tegang setelah bekerja seharian ini.
Ali mendesah pelan pikirannya kacau setelah kedatangan 'teman lama' tadi ke kantor, teman lama yang hampir 5 tahun tidak Ali temui bahkan nyaris Ali lupakan kecuali rasa sakit yang masih begitu membekas di dada Ali.
Dan waktu berjalan begitu cepat hingga pukul 10 malam Ali sudah mendapatkan email dari Rama. Memang luar biasa persahabatan mereka.
Rama Homo : Puas lo?
Ali terkekeh geli saat ada sebuah pesan dari Rama lengkap dengan tanda jari tengah paling tidak pesan dari Rama sedikit membuat moodnya naik.
Ali mengedikkan bahunya, dia tidak terlalu menghiraukan sahabat homonya itu. Ali memilih membuka emailnya dan disana lengkap tertulis tentang putri dari seorang Usman sahabat Papanya.
Ali memperhatikan baik-baik semua informasi yang dikirim Rama untuknya. Sampai matanya terpaku pada foto gadis yang pagi tadi menabrak bibirnya.
"Aprillia Ananda Usman."gumam Ali penuh makna.
*****