"Mas jangan sekarang. Aku belum siap! Aku takut Ibu histeris lagi Mas."Prilly menahan lengan Ali yang terus melangkah menyusuri koridor rumah sakit dimana Ibu Prilly di rawat.
Ali menghentikan langkahnya menahan nafas sejenak sebelum berbalik menatap calon istrinya yang terlihat begitu ketakutan.
"Apa lagi yang kamu takutkan Sayang? Mas sudah berjanji nggak akan ninggalin kamu. Mas akan perjuangin kamu dan ini adalah salah bentuk dari perjuangan Mas."Ali berkata sarat akan frustasi.
Bagaimana tidak, Prilly selalu mengeluhkan ketakutannya akan kehilangan Ali tapi ketika Ali ingin berjuang -bertemu dengan Ibu Prilly- gadis itu malah menghalanginya.
Sebenarnya apa sih maunya gadis kecintaan Ali ini?
"Iya aku ngerti Mas. Aku ngerti cuma jangan sekarang Mas, waktunya nggak tepat. Ibu baru saja sadar dan aku nggak mau Ibu kembali drop lagi. Mas, aku mohon jangan sekarang ya Sayang, please?"Prilly memohon dengan wajah memelasnya hingga membuat Ali gemas setengah mati.
"Oke. Kali ini Mas ngalah tapi untuk kedepannya Mas nggak akan biarin kamu menang. Mengerti love?"Ali menuding jari telunjuknya guna memperingatkan sang kekasih.
Dengan senyuman lebar Prilly menganggukkan kepalanya. "Siap Pak Direktur."sahutnya sambil memperagakan gerakan hormat pada Ali.
Tawa Ali terdengar berderai diikuti tawa Prilly hingga mereka menjadi pusat perhatian di koridor rumah sakit itu. Bagi pekerja di sana saat melihat siapa yang sedang tertawa terbahak-bahak di koridor rumah sakit langsung memilih pergi mereka tidak ingin berurusan dengan petinggi rumah sakit tempat mereka bekerja.
Ali dikenal dingin dan kejam jadi mereka memilih menyingkir karena tidak ingin berurusan dengan sosok kejam itu.
Sedangkan pengunjung rumah sakit terutama kaum hawa saat mendengar tawa Ali sebagian dari mereka benar-benar di buat terpesona dengan tawa merdu ditambah wajah tampan milik Ali yang membuat mereka benar-benar jatuh hati pada pria manis itu tanpa mereka ketahui sosok yang mereka lihat hanya ada ketika pria itu bersama wanita pujaannya.
Jika tidak, jangan bermimpi untuk mendengar tawa merdu dan tatapan hangat milik putra kesayangan Aji Suryo itu.
**
Setelah mengantar kekasihnya Ali kembali melajukan mobilnya menuju kantor meskipun sudah sangat terlambat tapi dia harus tiba di sana karena Rama terus menerus meneror dirinya melalui panggilan telepon.
Ali melirik jam di pergelangan tangannya hampir jam 4 sore ditambah dengan jalanan yang macet mungkin sekitar satu jam lagi Ali baru akan tiba di kantornya.
Tring!
Tiba-tiba ponsel Ali berbunyi pertanda satu pesan masuk. Ali meraih ponsel miliknya yang dia letakkan di kursi penumpang sebelahnya.
Senyuman Ali seketika mengembang saat melihat siapa yang baru saja mengiriminya pesan.
From: My Makmum❤️
Mas nanti malam kamu bisa ke rumah sakit lagi nggak?
Ali mengernyit bingung, kenapa Prilly tiba-tiba bertanya seperti itu bukankah tadi gadisnya itu yang menolak mentah-mentah dirinya berkeliaran di rumah sakit. Katanya takut kalau Ibu Maryam sampai tahu.
To: My Makmum❤️
Insya Allah bisa. Kenapa Love?Send.
Ali menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas di depannya berubah merah. Ali mengetuk-ngetuk jarinya pada setir mobil sambil menunggu balasan dari Prilly.
Tring!
Buru-buru Ali membuka dan membaca balasan dari Prilly dan senyumannya semakin mengembang lebar setelah membaca isi pesan dari calon makmumnya itu.
From: My Makmum❤️
Aku masih kangen kamu Mas dan aku ingin menghabiskan malam ini bersama kamu, 💋Deg!
Tiba-tiba jantung Ali berdetak kencang, maksud dari 'menghabiskan malam bersama kamu' itu gimana ya? Kok horor sih?
Ali mengerjapkan matanya beberapa kali, kenapa isi pesan Prilly kali ini terdengar begitu ambigu ya?
Bukan pesan Prilly yang ambigu tapi pikiran lo aja yang mesum!
Ali menggelengkan kepalanya, benar kekasihnya tidak mungkin 'memancing' dia saja yang berfikiran terlalu jauh.
Benar, pikirannya sedang lelah jadi mulai melantur kemana-mana. Ali baru akan membalas pesan kekasihnya bertepatan dengan lampu berubah hijau.
Tinnn!!!
Tinn!!!
Suara rentetan klakson mobil terdengar memekakkan telinga. "Akh sial! Sabar oi! Ini juga mau jalan!! Pada nggak sabaran banget sih ini orang!!"Ali mendumel sendirian sambil melajukan mobilnya kembali.
Hingga akhirnya Ali lupa untuk membalas pesan Prilly bahkan sampai malam pria itu sama sekali tidak menghubungi kekasihnya.
Dilain tempat terlihat Prilly yang menunggu kedatangan Ali. Malam ini dia sudah berjanji akan menghabiskan malam bersama kekasihnya, calon suaminya.
Oh tolong! Jangan berfikiran terlalu jauh maksud dari menghabiskan malam disini adalah melakukan hal-hal manis layaknya pasangan seperti makan malam bersama, pergi ke bioskop atau menghabiskan waktu dengan memandang langit di sebuah taman dan Prilly ingin melakukan semua itu bersama Ali.
Tapi kenapa pria itu tidak kunjung datang bahkan ponselnya sudah berada diluar jangkauan sejak tadi. Prilly mulai khawatir dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Ali terlebih ketika masalah -restu Maryam- yang menghalangi hubungan mereka masih belum menemui titik terang.
Prilly mengusap wajahnya dengan kasar ketika bayangan percakapan dirinya dengan sang Ibu tadi sore kembali terngiang di kepalanya.
"Sampai kapanpun Ibu nggak akan merestui hubungan kamu dengan putra pembunuh itu!"
"Mas Ali nggak salah Buk. Yang melakukan semua itu Om Aji bukan Ali lagi pula Om Aji sudah mengakui semuanya dan berusaha memohon maaf pada kita Buk."Prilly berusaha membujuk Ibunya.
Maryam menatap nyalang putrinya. "Jangan berani-beraninya kamu membela pembunuh itu di hadapan Ibu! Kamu nggak tahu rasanya ketika suami kamu meninggal karena ulah biadab pembunuh itu!!"
Prilly mendesah lelah, niatnya ingin membujuk sang Ibu secara perlahan malah berakhir perdebatan seperti ini.
"Ibu tetap ingin kamu menjauhi keluarga Aji! Terutama putranya! Ibu tidak ingin kamu terlibat terlalu jauh dan ujung-ujungnya kamu jatuh hati pada putra pembunuh itu!"Kata Maryam lagi.
'Terlambat Buk. Terlambat karena aku sudah benar-benar jatuh hati pada putra pembunuh yang Ibu benci itu.'Ujar Prilly di dalam hati.
Malas berdebat kembali dengan Ibunya Prilly memilih keluar dan mengetikkan pesan untuk kekasihnya.
Dan sekarang Prilly kembali dilanda kebingungan ketika Ali tak kunjung menampakan batang hidungnya padahal Prilly benar-benar ingin berada dalam dekapan pria itu.
Dia ingin memeluk Ali memastikan semuanya akan baik-baik saja meskipun jalan mereka untuk bersatu tidak akan mudah terlebih sekarang hubungan Prilly dengan Ibunya yang semakin memburuk.
Salahkah dia mencintai Ali? Salahkah hatinya berlabuh pada sosok Ali? Jika salah kenapa Tuhan malah membiarkan dirinya jatuh sedalam ini pada cinta Ali?
******