Bab 5

3.7K 355 13
                                    


Begitu sampai di ruangannya Ali segera menghempaskan tubuhnya di atas sofa sambil melonggarkan dasinya yang entah kenapa hari ini terasa begitu mencekik lehernya.

"Sialan!"

Ali memaki kasar entah kepada siapa ia tujukan.

Ali menghela nafas berkali-kali berusaha menetralkan debaran jantungnya. "Ini jantung kenapa lagi? Cuma nubruk bibir detaknya kayak dapat perawan aja!"Katanya sambil memukuli dadanya dengan kesal.

Ali merasa kesal dan berdebar di saat bersamaan. Tanpa sadar tangannya kembali menyentuh bagian bawah bibirnya di iringi dengan detak jantung yang bertalu-talu.

"Tidak bisa dibiarkan! Gue nggak mau ketemu lagi tuh cewek kalau begini keadaannya!"

Ali beranjak dari sofa menuju meja kerjanya. Ali menduduki kursi kebesarannya sambil meraih gagang telfon yang segera di tempelkan di telinga kirinya.

"Suruh Rama keruangan saya! Sekarang!"

Tut!

Brak!

Ali menghempaskan gagang telfonnya begitu saja setelah memutuskan panggilan dengan sekretarisnya.

Setelah itu suasana ruangan Ali terasa begitu hening dan sepi. Hanya deru nafas Ali yang terdengar seiring dengan bunyi jarum jam yang menggantung di dinding ruangannya.

Ali memejamkan mata, kepalanya benar-benar pusing ketika jantungnya terus berdetak setiap bayangan ciuman 'kecelakaan' yang di alaminya  beberapa saat lalu.

"Mau apa sih lo sebenarnya? Pagi-pagi udah bikin orang kesal aja!"

Ali mendongak ketika tiba-tiba terdengar suara seseorang dan dia melihat Rama sedang mendumel sambil melangkah menuju sofa ruangannya.

Dia sudah katakan kan? Kalau satu-satunya bawahan yang tidak menaruh hormat pada atasan sedikitpun hanya Rama.

Jika tidak mengingat hubungan persahabatan diantara mereka dan orang tua mereka yang kebetulan juga bersahabat mungkin sudah sejak dulu Ali menendang homo ini keluar dari perusahaannya.

"Gue punya tugas buat lo!"Kata Ali sambil beranjak menyusul Rama ke sofa.

"Ogah gue! Lo fikir gue anak SD di kasih tugas-tugas segala."Tolaknya tanpa sungkan.

Ali memejamkan matanya sebelum mengambil tempat di depan Rama. "Ram, please gue benar-benar nggak dalam mood yang bagus untuk ladenin kekurangajaran lo!"keluh Ali dengan wajah lelahnya.

Rama sedikit mengernyit melihat wajah lesu sahabatnya. "Lo ada masalah apa sih? Muka lo kuyu banget."Rama mulai bersikap serius ketika melihat perubahan pada wajah sahabatnya.

Ali menggeleng pelan matanya mulai terfokus menatap sahabatnya. "Sejauh ini gue baik. Dan akan semakin membaik kalau lo mau lakuin tugas dari gue."

Rama mengerut keningnya dia merasa penasaran dan bingung disaat bersamaan, Ali sangat jarang menyuruh-nyuruhnya seperti ini dan jika sudah disuruh Rama yakin pasti ada hal mendesak.

"Ada apa sih sebenarnya? Dan tugas apa yang lo pengen gue lakuin?"

"Gue mau lo cari tahu tentang anak dari almarhum sahabat bokap kita! Sedetil dan seakurat mungkin! Gue mau berkasnya gue terima paling telat malam ini."Kata Ali.

Rama membulatkan matanya, "Yak sempak kendor! Lo kira cari informasi seseorang kayak lepas kancing baju janda! Yang bener dong lo kalau ngomong."Damprat Rama tanpa takut bahkan dia benar-benar tidak merasa takut sama sekali saat wajah Ali berubah datar.

"Intinya gue mau berkas itu nanti malam udah masuk ke email gue. Minggat lo sono!"Ali mengibaskan tangannya.

Wajah Rama memerah dengan cepat dia berbalik sebelum itu dia menyempatkan diri untuk mengatai Ali.

"Dasar bos gila!"

Ali tak ambil pusing dengan sikap kurang ajar Rama karena dia tahu sahabatnya itu akan melaksanakan tugas darinya dengan baik.

**

"Mbak kenapa sih ngelamun aja hari ini?"Sisa menyenggol lengan Prilly yang berdiri layaknya patung pancoran di depan meja kasir sedangkan pembeli di hadapannya sudah mulai jengah karena tak kunjung dilayani oleh pemilik toko.

Untung saja Siska cepat tanggap kalau tidak bisa-bisa pelanggan mereka kabur semua hari ini.

Ini bukan kali pertama Prilly melamun sejak kedatangannya pagi tadi.

"Eh ya kenapa sis?"Tanya Prilly setelah sadar dari lamunannya.

Siska menggelengkan kepalanya, "Mbak kalau capek istirahat Mbak jangan melamun! Nanti kesambet baru tahu."sungut Siska berani,dia memang tidak ada sopan-sopannya jadi karyawan mirip siapa ya kira-kira?

"Mbak cuma ngantuk doang Sis."Kilah Prilly sambil menyibukkan dirinya dengan rangkaian bunga.

Prilly tentu tidak mungkin menceritakan apa yang menjadi penyebab dia kehilangan fokusnya seharian ini.

Benar-benar memalukan!

Prilly mulai merangkai beberapa tangkai bunga mawar menjadi satu buket yang sangat cantik ditambah dengan bunga baby breath bunga yang berwarna putih bersih dan berukuran kecil-kecil ini memiliki makna yang sangat dalam yakni cinta abadi.

Sejak dulu Prilly memang sangat menyukai hal-hal yang berbau dengan bunga dan keindahan lainnya. Sehingga dia mempunyai ide untuk membuka sebuah toko bunga selain mendapatkan uang dia juga bisa menyalurkan hobinya yakni merangkai bunga.

Tidak sampai 20 menit, Prilly sudah menyelesaikan satu buket mawar merah dalam ukuran sedang bertepatan dengan pintu toko yang terbuka menampilkan sosok pemuda yang mampu membuat senyum Prilly mengembang.

"Eh Adek Sultan datang."Celetuk Siska yang seketika membuat Sultan merengut.

"Jangan panggil Adek dong Mbak. Tengsin kali didepan gebetan gue lo panggil adik."Ketus Sultan tak terima karena Siska selalu saja memanggilnya Adek.

Prilly sontak tertawa, remaja satu ini memang benar-benar tidak ingin terlihat muda karena sejak dulu tepatnya sejak Sultan mengklaim Prilly adalah jodohnya di masa depan dia benar-benar menolak keras dipanggil Adek.

Padahal umurnya dengan Prilly berbeda lumayan jauh.

Dasar Sultan ini!

Menoleh setelah mendebat Siska. Senyuman Sultan langsung tersungging ketika matanya bertemu dengan mata Prilly, Mbak favorit yang sudah diklaim sejak awal adalah gebetannya.

"Halo Mbak Prilly cantiknya Abang Sultan!"Sapanya begitu ceria.

"Huweeekk!! Perut gue terasa diaduk-aduk."

Sultan segera melotot menatap Siska yang memeragakan orang yang sedang muntah bahkan gadis itu memegang perut dan menutup mulutnya.

"Busuk banget ya Mbak Sis mulut lo!"Dengus Sultan marah.

Prilly kembali tertawa wajah marah Sultan terlihat begitu menggemaskan bukannya takut Siska semakin mengolok-olok Sultan.

"Mbak lo belain gue kek apa kek! Gue calon imam masa depan lo lagi dihina plus dibully habis-habisan sama karyawan bogel lo itu!"Sultan mencoba mencari perlindungan dari Prilly.

"Cih! Imam masa depan baru di kik gue aja udah ngadu lo! Pulang sana mimi cucu dulu dedek Sultan, biar cepat gede!"Ejek Siska tanpa ampun.

Sultan menghentakkan kakinya pertanda dia sudah sangat kesal pada Siska. "Udah-udah kok pada berantem sih? Nanti jodoh loh!"Goda Prilly sambil mengerling menatap Siska dan Sultan secara bergantian.

"Ogah gue!"

"Najis gue!!"

Sultan dan Siska serempak berkata sambil membuang wajah kesamping dengan tangan terlipat didada masing-masing dan yang membuat tawa Prilly pecah adalah mereka melakukan gerakan itu secara bersamaan.

Benar-benar jodoh ini kayaknya.

*****

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang