Prilly duduk melamun disamping ranjang sang Ibu. Maryam masih terlelap lebih tepatnya kembali di buat tertidur karena ketika wanita itu bangun beliau akan berteriak histeris sambil terus memaki keluarga Suryo.Prilly menghela nafas sebelum memfokuskan tatapannya pada wajah cantik sang Ibu meskipun sudah berusia lebih dari 45 tahun dengan keriput-keriput kecil yang mulai memadati wajah cantik sang Ibu tapi di mata Prilly Ibunya tetap yang paling cantik.
Sampai matipun dia hanya mengakui satu wanita cantik yaitu Ibunya.
Perlahan Prilly menggenggam lembut tangan sang Ibu. "Buk maafin aku."Ucapnya penuh kesedihan sebelum mengecup lembut telapak tangan sang Ibu.
"Maaf jika nanti Ibu akan kembali merasa terluka karena rasa cintaku pada Mas Ali Buk."sambung Prilly dengan mata berkaca-kaca.
"Aku benar-benar tidak bisa memilih pada siapa hati ini akan berlabuh. Aku hanya mengikuti jalan takdir yang sudah Allah gariskan untukku dan Mas Ali. Kami tahu rasa cinta kami akan menyakiti banyak pihak terutama Ibu dan mungkin Almarhum Ayah juga tapi Buk cinta kami tidak salah hanya keadaan yang memaksa cinta kami terlihat salah."Satu air mata berhasil lolos dari mata bulat Prilly.
Prilly kembali mengecup telapak tangan Ibunya membiarkan air mata membasahi wajahnya. Jika ditanya apa dia menyesal telah menerima lamaran Ali? Jawabannya hanya satu Tidak. Dia sama sekali tidak menyesal ketika hatinya memilih Ali sebagai pemiliknya.
Dia tahu langkahnya untuk bersama Ali ke depannya tidak akan mudah terutama untuk mendapatkan restu sang Ibu. Prilly sangat yakin Ibunya akan menolak mentah-mentah jika dia ingin bersuamikan Ali, putra dari pria yang sangat dibenci oleh Ibunya.
Prilly ingin egois. Dia ingin memperjuangkan cintanya bersama Ali. Dia ingin memiliki pria tampan dengan senyuman manis itu, dia ingin senyuman manis itu hanya untuknya. Dia ingin memiliki Ali hanya untuk dirinya sendiri.
Dia egois? Memang.
Katakanlah begitu tapi apakah tidak ada secuilpun rasa perduli mereka pada hatinya dan hati Ali? Mereka sama-sama tidak menginginkan hal ini, mereka hanya ingin bahagia bersama.
Dan Prilly sudah memutuskan apa pun masalahnya dia dan Ali akan berjuang bersama maka berjuang versi Prilly di mulai dengan menemui Om Aji. Dia akan berdamai dengan masa lalu yang lalu harus di biarkan berlalu jika tidak maka kesakitan dimasa lalu yang berbuah dendam pasti akan menghancurkan masa depan dan Prilly tidak ingin masa depannya bersama Ali hancur hanya karena masa lalu.
Merogoh tas kecil yang berada di meja di samping ranjang Ibunya. Melepaskan genggamannya pada tangan Maryam lalu merogoh tas dan mengeluarkan ponselnya dari sana.
Dia mengetikkan sesuatu intinya dia hanya memberitahukan Ali kalau besok dia berencana menemui Om Aji.
Prilly yakin semua akan baik-baik dan perjuangannya dimulai dari memaafkan Om Aji.
Semoga besok dia berhasil melakukan itu dengan baik.
**
"Kamu sudah makan Sayang?"Ali memindahkan ponselnya ke telinga kiri ketika tangan kanannya kesusahan memegang ponsel.
"Belum Mas masih jaga Ibu aku belum sempat ke kantin."
Ali berdecak pelan ketika melihat jam hampir pukul 9 malam dan calon istrinya itu belum makan juga. Seketika selera Ali untuk melahap nasi goreng miliknya menguap entah kemana. Dia tidak bisa makan enak sedangkan Prilly tengah menahan lapar di sana.
"Aku anterin aja mau? Kamu mau makan apa? Nasi goreng aja gimana Yang?"Ali bertanya beruntun. "Kebetulan Mas lagi di warung nasi goreng nih. Enak loh tapi Mas udah nggak selera makan lagi."Cerocos Ali tanpa jeda. Jika ada yang melihat sisi lain Ali saat ini mereka pasti tidak akan percaya kalau kesehariannya senyuman yang terukir di wajah Ali bisa dihitung pakai jari.
Tawa renyah Prilly terdengar berderai di seberang sana dan hati Ali benar-benar tenang mendengar tawa kekasih hatinya itu.
"Kamu pasti cantik banget kalau lagi ketawa begitu. Jadi kangen."celetuk Ali dan kembali dibalas tawa oleh Prilly.
Ali meletakkan sendok nya lalu memutuskan untuk memfokuskan diri berbicara dengan kekasihnya. Ali memang sedang berada diluar tadi selepas membeli makan malam untuk Ibunya tiba-tiba dia ingin memakan nasi goreng dan sambil menunggu pesanannya datang Ali memutuskan menghubungi kekasihnya dan keterusan sampai sekarang.
Kalau dihitung-hitung mereka sudah hampir 1 jam lebih berbicara di telfon.
"Udah deh Mas jangan gombal mulu. Makan lagi tuh habisi nasinya kasihan kalau disisain begitu nanti nasinya nangis loh!"
Ali tertawa geli ketika Prilly menakuti-nakutinya seperti anak kecil. "Yang penting kamu jangan nangis, love."kata Ali setelah tawanya berhenti.
"Kamu manggil aku apa?"
"Love. Kenapa? Kamu nggak suka atau mau aku panggil Sayang aja?"Ali bertanya dengan seriusnya.
Sumpah! Membahas panggilan Sayang aja wajah Ali langsung berubah dingin cenderung datar khas dirinya jika sudah berbicara serius.
Lama-lama beku juga tuh muka! Untung ganteng!
"Nggak apa-apa jangan diganti lagi aku suka kok kamu panggil Love."
Tanpa Ali tahu di seberang sana wajah Prilly sudah merona merah semerah-merahnya bahkan gadis itu harus mengibaskan wajahnya beberapa kali untuk mengusir rasa panas.
"Oke deh. Berati mulai sekarang aku panggil kamu Love ya."putus Ali yang diangguki Prilly diseberang sana walaupun Ali sama sekali tidak dapat melihatnya.
"Terus kamu manggil aku apa dong?"Tanya Ali tiba-tiba.
Kembali Prilly tertawa yang terdengar begitu merdu di telinga Ali. "Kamu kalau ketawa biasa aja bisa nggak sih Love?"rajuk Ali manja. "Nggak usah bikin aku makin kangen."sambung Ali dengan nada lebay jika ada Rama di sini Ali yakin sahabat bencongnya itu langsung menjampi-jampinya.
Lupakan Rama fokus kembali pada pasangan yang tengah dimabuk Cinta ini.
"Emang kamu mau aku panggil apa Mas? Kan udah ada panggilan Mas juga memang nggak cukup?"
Ali tahu Prilly sedang menggodanya di seberang sana. Jadi dengan manja Ali membalas perkataan kekasihnya. "Panggilan Mas itu udah pasaran kali ah Love. Tukang bakso juga dipanggil Mas juga masak iya calon suami sendiri panggilannya sama dengan tukang bakso nggak mau ah."
Ali benar-benar puas ketika mendengar suara tawa Prilly lagi nggak apa-apa lah dia berlaku alay yang penting Prilly bisa terus tertawa. Ali tahu kekasihnya itu sedang menyembunyikan sesuatu meskipun suara Prilly terdengar ceria tapi hati Ali mengatakan ada sesuatu yang sedang disembunyikan gadisnya itu dan Ali tidak akan memaksa Prilly bercerita karena dia yakin jika sudah masanya Prilly pasti akan menceritakan semuanya padanya.
"Besok jadi kan Love?"Ali mengalihkan pembicaraan setelah Prilly memutuskan akan memanggilnya Sayang saja dan Ali berjanji setelah mereka menikah panggilan sayang itu akan berubah menjadi 'Umi-Abi'.
Bodo amat kalau ada yang mengatainya Alay! Hidup-hidup dia jadi ngapain sibuk mikirin pendapat orang lain. Yang penting Prilly bahagia bersamanya.
"Jadi Sayang. Nanti kalau udah kesana aku kabarin ya."
Dan selanjutnya Ali dan Prilly larut dalam cerita mereka bahkan Ali yang berada ditengah keramaian warung tenda nyaman-nyaman saja berbicara dengan kekasihnya begitu pula dengan Prilly yang rela berjongkok di depan kamar Ibunya agar bisa berbicara dengan Ali.
Dan perjuangan mereka akan segera dimulai.
*****