Bab 28

3.4K 363 14
                                    


Prilly sudah kembali menjalani kehidupannya seperti semula -sebelum mengenal keluarga Suryo- meski ada ganjalan di hatinya namun Prilly berusaha keras menepis semua ganjalan itu.

Sebenarnya hanya satu ganjalan yang menyangkut di hatinya Ali. Sejak pertengkaran terakhir mereka sampai hari ini Prilly belum bisa menghilangkan Ali sepenuhnya dalam pikirannya.

Setiap memejamkan mata selalu saja senyuman pria itu yang mengitari kepalanya dan setelah membuka mata bak hayalan jadi nyata Prilly malah melihat pria itu berdiri di sudut kamarnya dengan senyuman yang khas senyuman yang mampu membuat hati Prilly bergetar karenanya.

Menggelengkan kepalanya Prilly kembali menekuni kegiatannya saat ini yakni mengisi pot-pot bunganya dengan pupuk kandang. Prilly sedang berada ditoko bunga miliknya.

"Mbak pesanan dari Mas Galih udah siap belum?"

Prilly menoleh menatap Siska yang baru saja selesai melayani pelanggan mereka. "Udah tuh Ka. Buket Mawar seratus tangkai itu kan?"Tanya Prilly memastikan.

Siska mengangguk dengan penuh semangat. "Iya Mbak. Mas Galih itu romantis banget ya nembak gebetannya aja sampai kasih seratus tangkai mawar lagi. Beruntung banget tuh cewek."Kata Siska berapi-api dengan tatapan memuja saat matanya menangkap buket besar milik pria yang sedang dibicarakan olehnya.

"Ya wajar dong dia kan artis tuh pasti nembak sekaligus naikin pamor dia sebagai artis. Biasalah artis sama sensasi kan nggak bisa dipisahkan."Fadli tiba-tiba ikut nimbrung dalam pembicaraan sambil membawa pot-pot yang sudah diisi pupuk oleh Prilly.

Siska tak terima Mas Galih idolanya dikatai begitu langsung pasang badan dengan penuh perhitungan dia menatap Fadli yang sama sekali tidak terganggu dengan tatapan Siska yang layaknya ingin menelannya hidup-hidup.

"Eh buluk!"Dan seketika tawa Prilly pecah ketika Siska dengan tega mengatai Fadli buluk. Fadli mendelik kesal pada Siska yang tentu saja diabaikan oleh gadis bar-bar itu. "Apa lo pe'a?"Fadli memusatkan perhatiannya pada Siska setelah menaruh pot bunga di tempat biasanya.

Siska dan Fadli siap perang tentu saja Prilly sudah duduk manis sambil menikmati tontonan gratis didepannya, 'Ck. Coba saja ada Sultan pasti lebih seru'.

"Lo dengar ya Buluk! Walaupun Mas Gilang nyari sensasi atau apa tetap aja di bandingkan elo dia lebih unggul kemana-mana!"Kata Siska sambil berkacak pinggang.

Fadli pun tidak mau kalah dengan pose sama seperti Siska dia membalas ucapan pedas wanita itu. "Walaupun gue ketinggalan jauh dibanding dia tapi gue lebih bangga nyari duit dari hasil keringat gue bukan karena video mesum gue yang viral kemana-mana yang dijadikan tangga meraih kepopuleran! Heran gue manusia kardus modal video mesum begitu lo bela-belain mati-matian begini!"Dengus Fadli begitu kesal.

"Walaupun dia tenar karena video mesum tapi lo nggak bisa nutup mata kalau dibalik itu semua Mas Galih itu artis yang memiliki segudang prestasi cemerlang."Siska masih belum bisa menerima kenyataan yang dipaparkan oleh Fadli yang sialannya memang tidak sepenuhnya salah.

Fadli kembali mendengus mungkin jika terlalu lama berada diposisi ini dia akan berubah menjadi banteng dan kalaupun dia menjadi banteng orang pertama yang dia seruduk adalah gadis keras kepala di hadapannya saat ini.

Dasar Boncel menyebalkan!

"Berhenti katain gue boncel Fadli Buluk!"Pekik Siska berang. Fadli ternganga dibuat dengan ilmu bathin yang dimiliki Siska.

"Ngeri gue lama-lama dekat lo! Dukun mana sih yang jadi guru lo!"Fadli berpura-pura bergidik yang jelas dibalas lemparan pot oleh Siska sedangkan Prilly sudah terbahak-bahak melihat kelakuan pekerja kesayangannya.

"Berhenti Buluk! Enak aja lo bilang gue berdukun! Fadli Buluk sialan!"Siska berusaha mengejar Fadli yang sudah terbahak-bahak sambil terus berlarian mengitari toko.

"Ekhem.."

Seketika kegiatan berlari Siska dan Fadli berhenti begitu pula dengan Prilly yang seketika pias saat mendengar suara yang sangat dikenali olehnya.

Tawa Prilly seketika terhenti dan jantungnya seperti meloncat keluar saat melihat pria yang selama ini memenuhi otaknya berdiri tegak dipintu tokonya.

Ali di sana dengan pakaian mahalnya serta senyuman yang entah sejak kapan sudah menjadi favorit Prilly.

'Ya Tuhan.. Jantungku. '

**

Ternyata keputusannya menyambangi toko Prilly tidak salah jika tahu begini mungkin sejak kemarin Ali sudah ke toko Prilly. Dia benar-benar lega dan hatinya terasa membuncah ketika sampai di toko Prilly dirinya langsung di sambut oleh derai tawa Prilly yang terdengar begitu renyah di telinganya.

Ali benar-benar suka ketika suara tawa Prilly merambat masuk ke dalam gendang telinganya merdu dan begitu menenangkan hatinya.

Meskipun tawa Prilly bukan karena dirinya tapi dia tetap menyukai sensasi jantungnya yang berdebar kuat ketika mendengar tawa Prilly.

Sepertinya dia memang sudah benar-benar jatuh terperosok ke dalam pesona gadis mungil ini. Meskipun masih terlalu dini untuk menyimpulkan kalau dia jatuh cinta tapi Ali yakin cepat atau lambat hatinya pasti akan mengiring dirinya kesana.

Dia akan segera jatuh cinta pada Prilly dan syukur-syukur kalau Prilly masih bisa memaafkan dirinya dan bersedia membuka hatinya untuk menerima Ali.

"Ekhem.."Ali kembali berdehem guna memecahkan kesunyian di antara mereka.

Saat ini dia dan Prilly sedang duduk berseberangan hanya dibatasi meja kecil yang terdapat vas bunga di atas nya. Prilly segera mengajaknya keruangan kerja wanita itu meskipun ruangannya tidak luas bisa dikatakan mungil seperti Prilly tapi suasana yang ditawarkan diruangan ini benar-benar membuat nyaman. Ruangan ini terlihat begitu rapi dan asri tapi terlepas itu semua yang membuat Ali nyaman disini adalah aroma ruangan ini khas Prilly.

Ali ingin sekali menghirup rakus aroma ruangan ini tapi tidak ia lakukan dia takut Prilly berspekulasi macam-macam padanya. "Katakan apa maksud kedatangan lo kesini?"

Ali menatap Prilly sendu, dia sudah terlalu nyaman dengan panggilan 'Mas' yang Prilly sematkan padanya hingga ketika Prilly kembali berbicara 'lo-gue' membuat bagian kecil di hatinya tidak terima.

Tapi di balik itu semua Ali memilih diam dan membiarkan Prilly bersikap seperti ini di terima seperti ini saja dia sudah bersyukur bahkan dia sudah bersiap jika tiba disini tadi dia akan diusir oleh Prilly dan syukurlah hal itu tidak terjadi Prilly masih menerima kedatangan dirinya meski sedingin dan sedatar ini.

"Aku mau minta maaf. Prilly dengar dulu!"Ali buru-buru menahan lengan Prilly ketika gadis itu beranjak dari duduknya. Ali ikut berdiri dengan tangannya memegang erat pergelangan tangan Prilly.

"Jika maksud lo maaf untuk bokap lo yang bejat itu! Gue nggak akan memberikan maaf itu."Jawab Prilly dingin namun tidak menyentakkan lengannya yang masih berada di genggaman Ali.

Ali menghela nafas, Prilly buru-buru mengalihkan pandangannya ketika matanya beradu dengan tatapan sendu Ali. "Aku ngerti. Aku sangat mengerti tapi tolong Pril. Tolong maafin keluarga gue yang udah nyakitin lo dan keluarga lo."mohon Ali lebih tepatnya dia sedang mengiba pada Prilly.

Prilly menoleh ketika kata keluarga keluar dari mulut Ali seketika dadanya sesak dia masih ingat dengan jelas ketika almarhum Ayahnya diteror oleh penagih-penagih hutang Ibunya yang menangis semuanya masih melekat erat di kepalanya dan sekarang Ali menginginkan maaf darinya setelah apa yang dilakukan oleh keluarga pria itu pada keluarganya.

Bukankah itu terlalu mudah? Maaf terlalu mudah untuk Ali dan keluarga nya dan Prilly benar-benar tidak akan mengabulkan permintaan pria itu.

Tidak akan.

"Sampai kapanpun gue nggak akan maafin keluarga lo terutama bokap lo yang bejat itu."

*****

Jangan lupa ikut promo 6pdf 100k ya pembayarannya bisa lewat pulsa loh..

Hanya untuk hari ini yaaa..

Warisan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang