Pagi sekali Maryam harus dikejutkan dengan kehadiran Ali, putra dari pria bernama Aji yang sangat di benci olehnya."Kamu masih disini? Pergi kamu!"Maryam kembali mengusir Ali.
Maryam tidak percaya kalau pria bernama Ali benar-benar keras kepala seperti bapaknya. Bagaimana tidak Maryam seketika pusing saat melihat pakaian yang dikenakan pria ini masih sama dengan pakaian yang dia kenakan kemarin.
Benar sekali. Ali sudah berada didepan rumahnya sejak kemarin sore dan artinya pria bengal ini melewati malam dengan berdiri sepanjang malam di depan rumahnya? Benar-benar luar biasa tekad anak muda ini.
"Saya tidak akan kemana-mana sebelum Ibu dan Prilly bersedia memberikan maaf kalian untuk Papa saya."Jawab Ali dengan suara tegas namun terdengar serak.
Maryam kembali berkacak pinggang menatap Ali tajam. "Saya tidak akan pernah memaafkan Papa kamu itu!"Seru Maryam penuh kebencian.
Ali menganggukkan kepalanya. "Maka saya tidak akan pernah angkat kaki dari rumah Anda."Tegas Ali begitu keras kepala hingga membuat Maryam pusing.
Untung saja Prilly sedang sibuk ditoko jadi semalam putrinya memilih menginap disana bersama karyawannya katanya ada pesanan bunga dalam jumlah besar dan harus diselesaikan dalam waktu satu malam.
Dan Maryam berharap putrinya tidak pulang pagi ini bukan apa-apa dia tidak ingin putrinya berhubungan kembali dengan keluarga Aji. Termasuk dengan putra Aji ini jika bapaknya bejat tidak menutup kemungkinan kalau putranya ini akan sebejat Papanya juga.
"Terserah! Asal jangan mati didepan rumah saya karena saya malas harus berurusan dengan polisi apalagi keluarga sialanmu itu!"Kata Maryam sebelum membalikkan badannya berlalu ke dalam rumah meninggalkan Ali yang tersenyum kecut sendirian.
"Papa Mas harap perjuangan Mas ini nggak sia-sia."
**
"Akhirnya selesai juga. Ahh, leganya!"Siska merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Prilly dan Fatli juga melakukan hal yang sama seperti yang Siska lakukan. Siska menatap wajah bos cantiknya yang terlihat kuyu mungkin karena kecapean namun Siska yakin faktor capek bukanlah hal yang utama yang menjadi sebab lesunya wajah Prilly.
Fatli mengikuti arah pandang Siska dan dia juga merasakan hal yang sama hanya saja dia lebih memilih diam tidak seperti Siska yang jiwa kekepoannya sudah melewati batas hingga tanpa segan gadis itu mengutarakan hal yang mengganjal di benaknya.
"Mbak Prilly kenapa sih? Lesu banget Mbak sakit?"Tanya Siska.
Prilly menoleh lalu tersenyum kecil pada Siska. "Kelihatan banget ya Ka?"
Siska dengan semangat menganggukkan kepalanya. "Banget Mbak. Emang Mbak sakit apa?"
Prilly menggeleng pelan. "Cuma kecapean aja Ka. Kan kita begadang dari semalaman."Kilah Prilly tak berniat menceritakan apapun pada Siska.
Bukan apa-apa dia hanya tidak nyaman saja apalagi nanti pembahasan mereka akan merembet kemana-mana terutama Ali pria yang sangat dihindari olehnya. Membicarakannya saja Prilly sedang tidak berniat apalagi kembali bertatap muka seperti kemarin.
Hati Prilly benar-benar lemah. Jiwanya meronta kesakitan ketika melihat raut kekecewaan pada wajah tampan Ali. Buru-buru Prilly menggelengkan kepalanya dia menolak kembali membayangkan wajah sendu Ali bisa-bisa ketegaran hatinya semakin menipis.
"Mbak maaf kalau aku ikut campur."Prilly tersentak kaget ketika merasakan sentuhan Siska pada lengannya. "Aku nggak bermaksud kurang aja--"
"Tanpa bermaksudpun lo itu udah kurang aja kali Sis!"Sambar Fadli yang sedari tadi memilih menyimak saja. Siska sontak meradang sedangkan Prilly tertawa kecil.