Pagi ini terlihat mendung tidak secerah biasanya mungkin sebentar lagi hujan akan turun menyirami bumi. Suasana pagi yang biasa terlihat cerah dan penuh semangat berbeda jauh dengan hari ini suasana mendung dengan awan hitam yang mulai mengepung menghiasi langit membuat orang-orang malas beraktivitas dan memilih bergelung di bawah selimut seperti yang dilakukan Prilly saat ini.Biasanya pagi-pagi dia akan bangun dan menyiapkan sarapan untuk suami dan kedua mertuanya tapi pagi ini dia benar-benar malas melakukan apapun terlebih sejak subuh tadi dirinya diserang mual hebat bahkan tubuhnya nyaris ambruk di kamar mandi jika tidak ditopang oleh suaminya.
Ali benar-benar suami siaga padahal Prilly berusaha sebisa mungkin menahan suaranya agar tidak membangun Ali yang semalam pulang terlambat karena harus lembur. Prilly sedang menundukkan kepalanya memuntahkan isi perutnya yang berupa cairan saat tiba-tiba tangan hangat suaminya mengusap dan memijit tekuknya.
"Kamu kenapa Sayang?"Suara Ali terdengar begitu serak menandakan pria itu baru saja terbangun dari tidurnya.
Prilly menggeleng pelan sebelum membersihkan mulutnya ketika perutnya terasa sedikit membaik. "Nggak tahu Mas. Tiba-tiba mual terus bawaannya pengen muntah terus. Maaf ya gara-gara suara muntahan aku kamu jadi kebangun deh."Prilly mengusap lembut pipi suaminya dengan wajah sarat akan merasa bersalah karena membangunkan suaminya.
Ali tersenyum maju selangkah lalu mengecup lembut kening istrinya. "Aku akan jadi suami jahat kalau istrinya sakit seperti ini eh malah aku enak-enakan tidur."Kata Ali sambil memapah istrinya kembali ke kamar mereka.
Prilly berusaha menyamankan diri untuk kembali tertidur ditengah perutnya yang kembali bergejolak, Prilly melirik suaminya yang sudah kembali terlelap dengan wajah polos bak seorang bayi. Prilly mengusap pelan pipi suaminya sebelum kembali beranjak dari ranjang dan berlari ke kamar mandi sesampainya disana Prilly kembali memuntahkan isi perutnya.
Kali ini suara muntahannya terdengar begitu keras bahkan Prilly sampai meringis ketika merasakan sengatan sakit pada rongga dadanya. Prilly meringis kesakitan namun perutnya terus bergejolak ingin mengeluarkan isi perutnya.
Tubuh Prilly nyaris tumbang jika Ali tidak datang dan menahan tubuh istrinya yang melemah. "Mas sakit."lirihnya dengan derai air mata sebelum kembali memuntahkan isi perutnya.
Ali memeluk dan menepuk pelan punggung istrinya. "Cup. Cup. Sayangku. Sayangku."Ali mencium pelipis istrinya ketika Prilly menangis sebelum kembali memuntahkan cairan kekuningan dan kembali mengerang kesakitan.
Dua puluh menit kemudian akhirnya tubuh Prilly benar-benar melemas hingga membuat Ali harus menggendong istrinya lalu membaringkannya di ranjang mungkin karena kelelahan atau kesakitan Prilly terlelap begitu saja setelahnya.
Dan sekarang ketika membuka matanya Prilly meraba-raba sisi ranjang berharap menemukan tubuh hangat suaminya di sana namun nihil Ali tidak ada di sana. Prilly ingin berteriak memanggil suaminya namun sebelum dia mengeluarkan suaranya perutnya kembali bergejolak hingga dengan tertatih Prilly bangkit dari ranjang berjalan menuju kamar mandi.
Sesampainya di sana Prilly kembali memuntahkan cairan bening yang seperti berlomba-lomba keluar dari mulutnya. Air mata Prilly kembali tumpah ketika sengatan rasa sakit kembali mendera rongga dadanya.
"Mas sakit."Adunya disela muntahan.
Entah berapa menit memuntahkan isi perutnya akhirnya tubuh Prilly merosot di lantai kamar mandi, semuanya seperti berputar di atas Prilly berkali-kali dia mencoba mengerjapkan matanya untuk menormalkan kembali pandangannya namun bukannya normal malah tiba-tiba kegelapan menyergapnya dan mengambil alih semua kesadaran Prilly.
Prilly jatuh tak sadarkan diri di lantai kamar mandi.
**
"Ini ditambahin apa lagi Mah?"Ali sedang mengaduk bubur yang sengaja dia buatkan untuk istrinya yang sedang dalam kondisi kurang sehat.
"Coba cicip dulu Mas kalau udah pas jangan tambahin apa-apa lagi."Winda menjawab sambil menyiapkan mangkuk juga segelas air putih untuk menantunya.
Winda sedikit meringis ketika melihat keluar jendela suasana benar-benar gelap dan sedikit mencekam. "Kamu nggak usah kantor deh Mas hari ini istri lagi sakit terus cuacanya benar-benar buruk hari ini."
Ali mengangguk setuju bukannya karena cuaca buruk dia tidak ke kantor tapi karena kondisi kesehatan istrinya yang sangat mengkhawatirkan.
"Udah matang nih kayaknya Mah."
"Yaudah kalau udah matang tuang kemari Mas."
"Awas hati-hati panas itu Nak."Winda memeringati putranya yang terlihat begitu fokus menuangkan bubur ke dalam mangkuk yang sudah disiapkan oleh Ibunya.
Ali tersenyum lebar ketika melihat hasil masakan yang khusus dia buat untuk istrinya. Pagi tadi setelah istrinya tertidur Ali segera beranjak ke dapur lalu menodong Ibu nya untuk membantunya membuat bubur untuk istrinya yang sedang kurang sehat.
"Kalau masih muntah-muntah nanti siang kita bawa ke rumah sakit aja menantu Mama. Mama khawatir dan Mama nggak mau menantu Mama kenapa-napa."Ali sangat tahu bagaimana sang Mama menyayangi istrinya.
Winda sangat menyayangi Prilly bahkan bisa dikatakan sejak ada Prilly posisi Ali layaknya anak tiri tapi tidak apa-apa toh bagi Ali yang penting dua wanita kesayangannya itu bahagia. Itu sudah lebih dari cukup.
"Iya Mah. Kalau bangun nanti masih mual kita memang harus bawa Prilly ke rumah sakit. Kasihan Mas nggak tega liat dia kesakitan begitu pas muntah."Ali benar-benar tidak tega apalagi ketika istrinya mengadu padanya dengan suara tercekat penuh kesakitan.
Winda menganggukkan kepalanya. "Yasudah kamu ke kamar gih Mas. Takutnya istri kamu udah bangun."
Ali membawa nampan berisi bubur segelas air putih dan juga secangkir teh mint yang dibuat Winda khusus untuk menantunya. Menurut Winda teh mint mampu meredakan rasa mual.
Dengan perlahan Ali membuka pintu kamarnya, seketika dahinya mengernyit bingung saat melihat ranjang kosong tidak ada Prilly di sana.
Dengan cepat Ali melangkah masuk lalu meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja di dekat sofa yang ada didalam kamarnya. "Sayang! Kamu di dalam iya?"
Ali mengetuk pintu kamar mandi namun tidak ada sahutan di dalam sana tanpa menunggu Ali segera membuka pintu kamar dan matanya seketika membulat saat melihat tubuh istrinya terbujur lemas di lantai kamar mandi.
"Ya Tuhan Sayangku. Hei kamu kenapa? Prilly buka mata kamu Sayang!"Ali segera menopang kepala Prilly ke dalam pangkuannya lalu menepuk pelan pipi istrinya yang terasa begitu dingin di tangannya.
"Mamah! MAMA! TOLONG! MAMA!"
Ali berteriak keras memanggil Ibunya sambil membawa Prilly ke gendongannya. Winda datang dengan tergopoh-gopoh dan matanya seketika membulat saat melihat sang menantu dalam gendongan putranya.
"Ya Tuhan! Prilly apa yang terjadi Nak?"Winda luar biasa panik ketika mendapati wajah menantu kesayangannya begitu pucat.
"Kita ke rumah sakit sekarang Mas!"
Ali segera keluar dengan membawa Prilly sedangkan Winda sudah melesat memanggil supirnya untuk menghantarkan Ali. Setelah semuanya selesai Winda kembali menghampiri Ali yang sudah berada disamping mobil yang akan membawanya ke rumah sakit.
"Kamu hati-hati ya Nak. Mama sama Papa akan segera menyusul ke rumah sakit."pesan Winda yang di angguki oleh Ali.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tak henti-hentinya Ali berdoa untuk keselamatan istrinya. "Mas cinta kamu Sayang. Mas Cinta kamu."Ali mengecup lembut bibir pucat istrinya.
*****
Jangan lupa baca cerita baru aku yaa "Takdir Cinta" ceritanya nggak kalah seru kok..
Ah, bagi yg mau pdf crita ini silahkan chat ke wa yaa harganya 50k.
081321817808