Chapter 5

1.5K 197 19
                                    

Giyuu dan pria pemburu iblis berjalan menyusuri gunung. Sudah lebih dari setengah jam mereka berjalan namun Giyuu sama sekali tidak bersuara. Ia hanya diam sambil memeluk haori merah yang sudah kotor.

Sedikit catatan sebelum pergi kabur, Tsutoko memasangkan haori merah miliknya pada Giyuu. Dan Giyuu sekarang membawa peninggalan satu-satunya dari sang kakak.

Karena suasana yang sedikit canggung. Pria pemburu iblis bertanya pada Giyuu. "Siapa namamu?"

"Tomioka Giyuu." Agak lama Giyuu terdiam sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Manik birunya tetap menatap lurus kedepan.

"Nama yang bagus."

Suasana kembali hening. Tidak ada pembicaraan antara Giyuu dan si pemburu iblis yang belum menyebutkan namanya.

Saat berada di hutan kecil, pemburu iblis mencium bau darah yang sudah mengering dan bau bunga wisteria. Segera saja ia waspada. Tangan sudah menggenggam gagang katana miliknya.

Setelah keluar dari hutan kecil. Ia melihat sebuah rumah. Dari baunya, darah itu pasti berasal dari rumah yang dilihat olehnya. Begitu juga dengan bau bunga wisteria yang terasa semakin kuat. Ia pun menggiring Giyuu menuju rumah tersebut. Baru berada 10 meter dari depan rumah, Giyuu dan pemburu iblis itu terkejut.

Manik biru Giyuu membola dengan sangat sempurna. Giyuu melihat pemandangan yang sangat mengerikan didepan matanya. Dimana tiga mayat tergeletak dilantai rumah dengan keadaan yang tidak utuh. Darah sudah mengering.

Pemburu iblis itu melihat hal yang sama dengan Giyuu. Ada jejak bau iblis di rumah itu. Sepertinya mayat itu diserang oleh iblis beberapa waktu lalu. Ia melihat Giyuu sedang menghampiri seorang gadis kecil yang tengah terduduk. Bau bunga wisteria ini, ia yakin dari si gadis kecil.

"Hey, kau terluka?" Giyuu mengulurkan tangannya pada sang gadis.

Gadis itu menatapnya. Iris biru laut beradu dengan iris merah darah. Cukup lama gadis itu menatap Giyuu. Baginya dimata Giyuu ada seberkas cahaya kecil yang menyala. Mata biru yang menenangkan.

Lalu, gadis itu menangis. Giyuu yang terheran melihatnya tiba-tiba menangis pun akhirnya dengan refleks memeluknya. Ia mengelus pelan surai tosca milik gadis tersebut. Membuat tangis gadis itu semakin pecah. Sangat menyayat hati.

"Tou-san, Kaa-san, Onii-chan. Mereka dibunuh oleh iblis." Tidak ditanya Giyuu, gadis itu menceritakan apa yang telah terjadi padanya.

"Ikutlah dengan kami jika kau mau." Hanya itu yang bisa Giyuu katakan.

Akhirnya gadis itu mengangguk dan menerima uluran tangan Giyuu. Setelah mengubur dan mendoakan orang tua juga kakaknya. Gadis itu pergi bersama Giyuu dan si pemburu iblis yang menolong Giyuu.

Aku menemukan cahayaku kembali dan aku berjanji pasti akan menjaganya. Tou-san, Kaa-san, Onii-chan, iblis itu pasti akan membayar perbuatannya. Aku bersumpah.

***

Giyuu bersama pemburu iblis dan juga tak lupa si gadis kecil berjalan menuruni gunung. Tujuan mereka adalan ke gunung tempat si permburu iblis tinggal.

Diperjalanan Giyuu masih tetap diam. Tak apa pemburu iblis itu memahaminya. Jadi ia mengajak gadis kecil untuk berbicara.

"Hei nak, siapa namamu?"

"Mizuki Kira. Ojii-san sendiri siapa namanya?" Gadis bernama Kira itu balik bertanya.

"Namaku Urokodaki Sakonji."

"Ne, Urokodaki-san. Mengapa kau memakai topeng?" Kira bertanya seraya menunjuk topeng yang bertengger di wajah Urokodaki.

"Banyak yang mengatakan jika wajahku terlalu lembut untuk seorang lelaki. Jadi, aku menutupinya dengan menggunakan topeng ini." Urokodaki menjawab sambil memegangi topengnya.

"Pfftt. Hahahaha." Kira tertawa terbahak-bahak.

"Kau sangat aneh Urokodaki-san. Memangnya kenapa kalau wajahmu terlihat lembut? Memangnya ada yang salah?"

"Tidak ada yang salah."

"Kalau begitu kau tidak perlu menutupinya. Benar, kan? Etto-" Kira menatap Giyuu dan Urokodaki secara bergantian.

"Namanya Tomioka Giyuu." Urokodaki menepuk pelan puncak kepala Giyuu.

"Benar kan, Giyuu-san?" Kira merangkul Giyuu. Tapi Giyuu tidak menjawab pertanyaannya. Kira membiarkan hal itu.

"Terimakasih karena sudah menolongku, Urokodaki - san."

"Kau tidak perlu berterimakasih padaku Kira. Itu sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk saling menolong." Balas Urokodaki.

"Kau benar Urokodaki - san."

Kira beralih memandang Giyuu. Tangan mungilnya masih merangkul Giyuu dengan hangat.

"Dan untukmu Giyuu-san. Mulai sekarang kita akan menjadi seorang teman. Terimakasih atas bantuannya." Kira tersenyum lima jari kepada Giyuu.

Giyuu hanya melihat Kira sekilas lalu pandangannya kembali kedepan, pada jalan setapak yang akan mengantar mereka ke tempat Urokodaki tinggal. Ia tidak membalas senyuman itu sama sekali dan tidak pula berkata apa-apa.






Tbc

HIKARI ; Kimetsu no Yaiba [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang